Malam Natal ,24 Desember 2025
Pulau Senang, Berkatnews.com – Sukacita Natal tahun ini tidak hanya berdenyut di gemerlap kota-kota besar. Jauh di tengah laut, di Pulau Senang dan Teban—wilayah kecil Paroki St. Carolus Borromeus Ujung Beting—Natal datang dengan cara yang sederhana, sunyi, namun justru terasa begitu nyata dan menyentuh hati. Di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk, terang Natal bersinar lembut, menghangatkan iman umat yang setia.
Pada malam Natal, pukul 19.00 WIB, langkah-langkah kecil umat mengarah ke Gereja Santa Maria Consolata—Bunda Maria Penghibur. Sekitar empat puluh umat berkumpul, membawa kerinduan, harapan, dan syukur mereka. Dalam kesederhanaan bangunan gereja dan hati yang terbuka, Perayaan Ekaristi Natal dipimpin oleh Rm. Martin da Silva. Tak ada kemewahan, namun ada keheningan yang berbicara dan sukacita yang tulus.
Dalam kotbahnya, Rm. Martin mengajak umat untuk melihat kembali akar iman mereka: keluarga. Iman, katanya, tidak tumbuh dengan sendirinya. Ia dirawat dalam keseharian—dalam doa sederhana, dalam kesetiaan orangtua, dalam teladan hidup.

Hiasan perayaan Natal di Pulau Senang
“Pada malam Natal ini,” ujarnya dengan lembut, “Allah hadir dalam diri Yesus untuk meneguhkan dan menyalakan kembali iman itu di tengah keluarga kita.”
Dengan sentuhan humor yang membumi, Rm. Martin mengingatkan agar iman tidak seperti kapal selam—muncul sebentar, lalu tenggelam kembali, bahkan hanyut tanpa arah. Senyum dan tawa kecil pun pecah, namun pesannya tertanam dalam-dalam: iman perlu dihidupi, bukan hanya dikenang.
Usai Ekaristi, Ibu Yuli, ketua wilayah, menyampaikan rasa syukur atas kehadiran umat yang cukup banyak. Di tengah rasa syukur itu, terselip pula kerinduan: umat Teban tidak dapat hadir malam itu karena air laut kering- air laut yang surut. Pompong tidak bisa berlayar. Laut, yang biasanya menjadi penghubung persaudaraan, malam itu justru menjadi batas yang tak terlewati.
Namun Natal tidak berhenti di altar. Ia mengalir ke pastoran, ke tenda sederhana yang dipinjam dari desa, ke tawa dan cerita ringan—bual yang menghangatkan. Anak-anak, orang muda, para ibu, semua larut dalam sukacita. Musik sederhana, joget penuh tawa, dan kebersamaan tanpa sekat membuat malam itu terasa istimewa. Natal sungguh hadir: sederhana, hangat, dan sangat manusiawi.
Natal Pagi , 25 Desember 2025

Perayaan Misa Natal Pagi
Keesokan paginya, Natal kembali berdenyut di Pulau Senang. Pukul 08.00 WIB, Perayaan Ekaristi Natal pagi dimulai dan dihadiri sekitar enam puluh umat. Sukacita terasa lebih lengkap: umat dari Teban akhirnya tiba. Sejak pukul 07.00 WIB mereka telah berlayar, menembus laut pagi demi satu tujuan—merayakan Natal bersama sebagai satu keluarga iman.
Dalam homilinya, Rm. Martin mengawali dengan pertanyaan sederhana yang justru membuka ruang kebersamaan: apakah pesan Natal PGI–KWI akan disampaikan dalam poin-poin penting atau dibacakan seluruhnya. Suasana hening sejenak, lalu terdengar suara seorang ibu dari Teban, jujur dan apa adanya:
“Romo, bacakan saja semuanya sambil dijelaskan.”
Jawaban spontan itu mengundang senyum, dan Rm. Martin pun menuruti suara umat. Pesan Natal dibacakan dan diuraikan perlahan. Umat mendengarkan dengan penuh perhatian. Ketika pesan itu menyentuh krisis dalam keluarga, tentang kekerasan, sikap saling mementingkan diri, dan godaan gaya hidup materialistis ,banyak hati merasa diteguhkan. Istilah seperti pinjol dan judol mungkin terdengar asing, namun luka dan tantangan keluarga adalah kenyataan yang sangat mereka pahami.
Setelah homili, Ibu Yuli kembali berdiri, kali ini mewakili seluruh umat. Ia menyampaikan ucapan Selamat Natal dan salam damai bagi Bapa Uskup serta para imam. Dengan suara penuh syukur, ia mengungkapkan kebahagiaan umat Pulau Senang dan Teban: bahwa pada setiap hari raya besar, selalu ada imam yang datang, hadir, dan berjalan bersama mereka. Di pulau kecil ini, kehadiran imam bukan hal biasa, ia adalah tanda perhatian dan kasih Gereja yang nyata.

Suasana kebersamaan romo martin bersama umat di pulau
Perayaan pun berlanjut dalam Natal bersama yang sederhana namun sarat makna. Setiap keluarga membawa nasi dan lauk dari rumah. Makanan yang mungkin biasa saja, namun ketika disantap bersama, berubah menjadi perjamuan kasih. Anak-anak, orang muda, hingga orang tua duduk berdampingan di bawah tenda, berbagi makanan, tawa, dan cerita hidup.
Kebersamaan itu semakin kaya dengan kehadiran dua anggota kepolisian dari Polsek Senayan. Tanpa jarak dan tanpa seragam formalitas, mereka larut dalam suasana, bercengkerama dan bergurau bersama umat. Persaudaraan tumbuh alami, hingga kebersamaan itu berakhir sekitar pukul 12.30 WIB.
Natal di Pulau Senang tidak dirayakan dengan gemerlap lampu atau pesta besar. Namun justru di sanalah Natal sungguh dihayati: dalam iman yang sederhana, dalam kebersamaan yang tulus, dan dalam hati-hati yang saling menguatkan. Sebuah Natal yang tinggal lama dalam ingatan dan lebih lagi, dalam hati.
Perjalanan ke Batam, 26 Desember 2025.
Penulis : Romo Martin Da Silva

