Edisi Hari Jumat Pekan I Prapaskah
Bacaan pertama Yehezkiel 18 : 21-28, Adakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? Bukankah kepada pertobatannya Aku berkenan supaya ia hidup?; Mazmur 130: 1-2. 3-4ab. 4c-6. 7-8, Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan?; Bacaan Injil Matius 5: 20-26, Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu.
Kerajaan Surga, Neraka, Dan Hidup Keagamaan
RD. Marcel Gabriel *)
Pembaca BERKAT News yang terkasih : Salam Sinode, Salam Komunio & Missio.
Pada hari ini, kita memasuki hari ke-10 dalam Masa Puasa atau Masa Persiapan Paskah. Dan Firman Tuhan pada hari ini, baik melalui Nabi Yehezkiel dalam Bacaan Pertama, melalui Pemazmur dalam Mazmur Tanggapan, dan melalui Penginjil Matius dalam Bacaan Injil, semuanya secara bersama-sama mengangkat tema tentang Hidup Keagamaan dan Bagaimana Efek dari Hidup Keagamaan tersebut? Dan ternyata “efek” dari penghayatan Hidup Keagamaan tersebut terkait atau dengan surga (Kerajaan Surga) atau dengan neraka.
Dua pola Hidup Keagamaan
Nabi Yehezkiel dalam Bacaan Pertama membuka kepada kita tentang dua pola Hidup Keagamaan, yakni pola hidup yang dihayati oleh “orang benar” dan pola hidup yang dihayati oleh “orang fasik.” Di satu sisi, kita melihat bahwa “pola hidup orang fasik” diwarnai oleh berbagai tindakan negatif yang melawan Tuhan maupun sesama, yakni “bertindak durhaka,” “melakukan kecurangan dan kekejian,” “berubah setia”, dan “melakukan dosa.” Di sisi yang sebaliknya, kita melihat bahwa “pola hidup orang benar,” ditandai oleh berbagai tindakan positif baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama, seperti “berpegang pada segala ketetapan Tuhan,” “melakukan keadilan dan kebenaran.”
Efek atau Buah-buah dari Pola Hidup Keagamaan
Efek dari Pola Hidup Keagamaan ini ternyata terkait langsung dengan Surga atau Kerajaan Surga dan dengan Neraka atau Siksa Kekal. Surga atau Kerajaan Surga akan dinikmati oleh para penghayat Pola Hidup Keagamaan Orang Benar. Mereka ini adalah pelaku keadilan dan kebenaran, orang-orang yang setia kepada Tuhan dan melaksanakan hukum-hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya. Sedangkan Neraka atau Siksa Kekal akan dinkmati oleh mereka yang menghayati Pola Hidup Keagamaan Orang Fasik, yaitu orang-orang yang berubah setia kepada Allah dan para pelaku kejahatan, orang-orang yang durhaka, keji dan curang, yang melakukan dosa.
Di dalam Bacaan Injil, Yesus mengingatkan para pendengar-Nya untuk menghayati suatu Pola Hidup Keagamaan, yang “jauh lebih benar dari pada hidup keagamaan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, (Mat. 5: 20).” Seperti apa Pola Hidup Keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini? Dalam Matius 23: 13-14 kita menjumpai Pola Hidup Keagamaan dan Pola Hidup Sosial orang-orang ini, sebagai berikut, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat”.
Pola Hidup Keagamaan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat ini, pada ayat-ayat lanjut dari keseluruhan Injil Mateus bab 23 tersebut, digambarkan sebagai “Pola Hidup Keagamaan yang menutup Pintu Kerajaan Surga,” bagi orang lain dan juga bagi diri mereka sendiri. Karena itu siapapun yang menghayati Pola Hidup Keagamaan dan Hidup Sosial seperti orang-orang Farisi dan para ahli Taurat ini, pasti akan “menuai celaka,” dan bahkan “kematian kekal,” (Mat. 23 : 1-36; Yehe. 18 : 24. 26).
Masa Puasa, Kesempatan untuk membangun Pola Hidup Keagamaan Orang Benar
Untuk mereka yang menghayati Pola Hidup Keagamaan Orang Benar, nampaknya baik dan aman untuk melanjutkan cara hidup seperti itu, karena ganjarannya sudah jelas, yakni hidup bersama Allah di dalam kerajaan-Nya. Namun bagi mereka yang menghayati Pola Hidup Keagamaan Orang Fasik, hal yang dikecam Yesus dari orang-orang Farisi dan para ahli Taurat tersebut, bagi mereka pintu Kerajaan Surga sudah tertutup. Tertutup oleh cara atau Pola Hidup Keagamaan mereka sendiri, (Bdk Mateus 24 : 1-36). Nah, apakah tertutupnya Pintu (Kerajaan Surga) bagi kelompok penghayat Pola Hidup Keagamaan Orang Fasil ini sudah final?
Mengacu kepada Yehezkiel 18: 21-28, ternyata bahwa kemungkinan untuk berganti Pola Hidup Keagamaan dari Orang Fasik menjadi Orang Benar masih terbuka. Karena Tuhan Allah kita menghendaki hidup dan keselamatan bagi kita, para putera dan puteri-Nya. Inilah yang Dia katakan, “Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup? … Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati, (Yeh. 18 : 23. 27-28).”
Mengacu kepada kasih Tuhan yang dibukakan kepada kita lewat Firman-Nya ini, mari kita melihat kembali Pola Hidup Keagamaan dan Pola Hidup Sosial kita selama ini. Jikalau ada yang berseberangan dengan hukum dan ketetapan Allah, Masa Puasa ini hendaknya menjadi kesempatan bagi kita untuk kembali kepada Allah dengan bertobat dan membangun Pola Hidup Keagamaan & Pola Hidup Sosial, seperti yang dihayati oleh orang-orang benar di zaman Yehezkiel itu. Amin!
*) Imam Keuskupan Pangkalpinang, Sekretaris General PIPA Keuskupan Pangkalpinang