Pekan II Tahun C/II Tanggal 21 Januari 2022
Peringatan Wajib Santa Agnes, Perawan dan Martir.
Bacaan pertama, 1 Samuel 24 : 3-21, Aku tidak akan menjamah Saul, sebab dialah orang yang diurapi Tuhan; Mazmur 57 : 2. 3-4. 6. 11, Kasihanilah aku, ya Tuhan, kasihanilah aku; Bacaan Injil Markus 3 : 13-19, Yesus memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya untuk menyertai Dia.
Menghayati Kemuridan Di Tengah Situasi Yang Tidak Bersahabat
RD. Gabriel Marcel *)
Para Pembaca BERKAT News yang terkasih : Salam Sinode dan Misi.
Kita berada dalam Pekan Biasa II dalam Tahun Liturgi C/II dengan Peringatan Wajib Santa Agnes, yang memenangkan dua mahkota kehidupan, yakni sebagai seorang Perawan sekaligus sebagai seorang Martir. Sementara Firman Tuhan yang menjadi pedoman hidup kita pada hari ini berisi tentang Panggilan Para Murid Yesus (Mrk. 3: 13-19) dan situasi sulit yang terjadi di dalam kehidupan Umat Pilihan Allah (1Sam. 24: 3-21).
Di antara situasi panggilan dengan kondisi hidup yang sulit ini, ada Pemazmur yang hadir dengan doa permohoan kepada Tuhan, “Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku (Mzm. 57: 2. 3-4. 6. 11.). Demikian, ada kemartiran, ada panggilan, dan ada situasi hidup yang sulit. Dari berbagai situasi hidup yang ada ini, apa kiranya yang menjadi pesan Tuhan bagi kita?
Dari ketidaktaatan kepada iri hati hingga menjadi perang antar saudara sebangsa!
Situasi sulit yang terjadi dalam Bacaan Pertama bermula dari Saul, yang dipilih menjadi Raja atas Umat Allah, namun tidak mematuhi rencana dan kehendak Allah. Dan karena itu, dia ditolak dan takhta kerajaan dipindahkan kepada Daud, (1Sam. 15: 22-23; 16: 13). Selanjutnya dalam perang melawan orang Filistin ketika Saul melihat Daud yang dielu-elukan setelah mengalahkan Goliat dan orang Filistin, Saul menjadi iri hati, dan bahkan berusaha untuk membunuh Daud (1Sam. 18: 8-9; 19: 1a).
Awalnya, berkat diplomasi Yonathan yang menjadi sahabat kentalnya Daud, Saul mengurungkan niat jahatnya itu (1Sam. 19: 4-7). Sekalipun demikian, niat jahat itu hanya tertunda sementara. Dalam Bacaan Pertama hari ini, Saul sungguh-sungguh bertekad untuk mewujudkan niat jahatnya terhadap Daud, hingga akhirnya menimbulkan perang saudara di antara Umat Pilihan Allah, (1Sam. 24: 3).
Menghayati kemuridan di mana ada iri hati, perang saudara, dan gangguan setan.
Situasi hidup di mana Daud dipanggil untuk menggantikan Saul menjadi raja, sebagaimana yang telah kita kemukakan di atas, adalah situasi di mana orang-orang, terutama raja Saul dikuasai oleh ketidaktaatan kepada Allah dan kemudian menjadi iri hati kepada penggantinya dan selanjutnya memunculkan perang saudara di antara Umat Pilihan Allah.
Situasi di mana para murid Yesus dipanggil, juga memiliki kesulitannya sendiri, yakni “gangguan setan”, (Mrk. 3: 15). Dan ke dalam situasi dunia yang dipenuhi oleh aneka kesulitan hidup, baik kesulitan rohani maupun kesulitan jasmani inilah, para murid dipilih untuk mewartakan Injil, yang adalah kabar gembira tentang keselamatan yang disediakan oleh Allah.
Allah menjadi benteng perlindungan dan kehendak-Nya menjadi pengatur tingkahlaku hidup.
Menghadapi situasi sulit seperti itu, pilihan yang tepat bagi orang-orang pilihan Allah adalah berlindung kepada Allah dan tetap berusaha untuk melaksanakan kehendak-Nya. Pilihan ini kita dapati dari Pemazmur dan juga dari Daud. Pemazmur menyerahkan diri kepada Allah dan memohon belaskasih serta perlindungan-Nya.
Sedangkan Daud menolak untuk membalas kejahatan Saul, dengan tidak mau menyentuhnya sekalipun kesempatan itu ada, dan para pengikutnya mendorong Daud untuk membunuh Saul. Daud menghargai Saul sebagai orang yang diurapi Tuhan, sekalipun Saul bertindak jahat terhadapnya, dan Daud menyerahkan perkara itu kepada Tuhan sebagai hakimnya. (1Sam. 24: 5-8. 11-13; Mzm. 57: 2b-3).
Demikian, apa yang dilakukan Daud dan pemazmur menjadi semacam Aksi Nyata bagi keduabelas orang yang dipanggil Yesus dan dijadikan murid-Nya. Oleh karena tugas yang dikuasakan kepada keduabelasan ini adalah “memberitakan Injil dan mengusir setan”, (Mrk. 3: 14-15), maka mereka harus selalu berada dalam hubungan yang tidak terputuskan dengan pemilik sekaligus pemberi kuasa itu, yakni Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat Umat Manusia.
Santa Agnes : dari persembahan diri yang total kepada hidup kekal bersama Kristus.
Tidak banyak yang ditulis tentang Santa Agnes, yang kita peringati pestanya pada hari ini. Agnes dihukum mati pada tahun 288 saat berusia antara 12-15 tahun, pada akhir masa penganiayaan Kaisar Dioklesianus. Agnes dimakamkan di kota Roma. Satu hal yang umum dari peringatan para martir, ialah bahwa peringatan itu tidak dirayakan pada hari kelahiran mereka, melainkan pada hari di mana mereka dibunuh demi iman dan kesetiaan mereka kepada Kristus.
Secara manusiawi hidup mereka berakhir, namun bersamaan dengan itu juga hidup abadi mereka di dalam Kristus mulai menjadi nyata. Semoga doa-doa Santa Agnes menguatkan kita untuk menjadi murid-murid Yesus yang mampu menghayati panggilan kita bukan saja di saat-saat yang aman, tetapi terutama di saat-saat ketika kesulitan menimpa kehidupan kita. Hendaknya meneladani cara hidup Daud, Pemazmur, dan Santa Agnes ini, yang kita kenal dari Firman Tuhan dan sejarah hidup mereka ini. Amin!
*). Sekretaris General PIPA Keuskupan Pangkalpinang