Trihari Suci (Kamis Putih), Bacaan pertama, Keluaran 12: 1-8.11-14, Ketetapan tentang Perjamuan Paskah; Mazmur, 116: 1-13.15-16bc.17-18, Piala syukur ini adalah persekutuan dengan Darah Kristus; Bacaan kedua Surat Rasul Paulus yang pertama kepada Jemaat di Korintus 11: 23-26, Setiap kali kamu makan dan minum, kamu mewartakan wafat Tuhan; Bacaan Injil Yohanes, 13:1-15, Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir.
Inilah Tubuh-Ku, Inilah Darah-Ku
Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)
Inilah tubuh-Ku, inilah darah-Ku, merupakan kata-kata konsekrasi Yesus. Setiap kali kata-kata konsekrasi Yesus ini diucapkan kembali, terlaksanalah tugas Imamat Yesus Kristus; dimana didalamnya terjadi pengudusan kita sebagai manusia.” Terlaksana penebusan.
Dalam Bacaan I (Kel. 12:1-8.11-14) Allah menetapkan perjamuan paskah yang harus dilakukan oleh orang Israel sebagai bukti perlindungan Allah yang tiada terkira atas bangsa Israel. Perjamuan itu diatur sedemikian rupa dan harus ditaati oleh bangsa Israel, yaitu setiap keluarga harus mengambil anak domba atau kambing jantan yang tidak bercela, berumur setahun dan yang dikurung selama empat belas hari; lalu disembelih pada waktu senja dan darahnya diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu rumah-rumah di mana orang memakan daging dari domba atau kambing tersebut. Dagingnya harus dibakar dan dimakan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit. Dan pada saat Tuhan melawat Mesir untuk menghukumnya dengan jalan membunuh semua anak sulung, baik anak sulung manusia maupun binatang, maka darah yang dibubuhkan pada tiang dan ambang atas dari pintu rumah tersebut tidak akan kena tulah atau luput dari kebinasaan.
Dalam bacaan II (1Kor 11:23-26) St. Paulus menegaskan bahwa yang ia wartakan dan saksikan adalah apa yang ia terima dari Tuhan, yaitu: “Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (ay. 23-24). Demikian juga Ia lakukan dengan anggur. Dan Paulus menambahkan Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (ay. 26).
Dalam Injil (Yoh. 13:1-15) dikisahkan meskipun tahu bahwa di hadapan-Nya ada penderitaan hingga kematian, namun Yesus tetap berani untuk menunjukkan kasih-Nya kepada para murid-Nya (ay.1). Semua Ia simbolkan dengan membasuh kaki para murid-Nya, dengan pesan ”Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (ay. 14-15). Pembasuhan kaki itu kemudian Yesus konkritkan dengan mati di kayu salib dan darah-Nya membasuh dosa manusia.
Bagaimana dengan kita? Bacaan-bacaan di Misa Kamis Putih (pembuka Tri hari suci) memfokuskan perhatian kita pada pengorbanan diri. Pengorbanan diri yang paling sempurna adalah pengorbanan diri Yesus Kristus Putera Allah.
Jika didalam bacaan pertama (Kitab Keluaran) kita mendengar kisah tentang ketetapan perjamuan paskah, yang dimaknai dengan mempersembahkan anak domba kepada Tuhan sebagai hasil panen pertama, kemudian dalam perjalanan selanjutnya makna paskah itu diubah menjadi peringatan pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir, maka St. Paulus dalam bacaan kedua (1Korintus) memahami dan memaknai paskah sebagai perjamuan kasih Tuhan dengan manusia dalam apa yang disebut Ekaristi.
Bagi Paulus, Tuhan Yesus adalah Anak Domba Allah yang menyerahkan diri untuk disembelih demi keselamatan manusia. Pengalaman rohani pribadinya itulah yang ia bagikan dengan berkata: “Saudara-saudara, apa yang telah kuteruskan kepadamu telah aku terima dari Tuhan yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (1Kor 11:23-25).
Perkataan Paulus itu sekarang selalu kita dengar dan alami dalam dan ketika kita berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi atau Misa kudus. Sayangnya banyak di antara kita yang mungkin merasakan misa kudus itu biasa-biasa saja karena sudah menjadi acara/kegiatan rutin kita.
Padahal setiap kali kata-kata konsekrasi Yesus itu (Inilah Tubuh-ku, Inilah darah-Ku) diucapkan kembali, terlaksanalah tugas imamat Yesus Kristus, di mana di dalamnya terjadi pengudusan kita (manusia).* Semoga Kamis Putih yang merupakan pembuka rangkaian tri hari suci menyegarka cinta kita kepada Ekaristi, dan dengan demikian kita bisa semakin memaknai wafat Yesus (Jumat Agung, hari I), Yesus dikubur (Sabtu suci, hari II) dan memupuk kerinduan kita akan kebangkitan Kristus (vigili paskah) dan akhirnya kita sungguh bangkit bersama Kristus yang bangkit di Minggu paskah (hari ketiga). Semoga. Tuhan memberkati. ***
*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang