Renungan Harian Kamis 2 Juni 2022

by Alfons Liwun

Peringatan Faklutatif St. Marselius dan Petrus martir; dalam pekan Paskah VII, Tahun C/II; Bacaan pertama, Kisah Para Rasul 22: 30, 23: 6-11, Hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma; Mazmur 16: 1-2a.5.7-8.9-10.11, Jagalah aku, ya Tuhan, sebab ppada-Mu aku berlindung; Bacaan Injil Injil Yohanes 17: 20-26, Supaya mereka sempurna menjadi satu.

 Hati Yang Berani Bagi Kebenaran Adalah Anugerah Allah Semata

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)

Salam sejahtera saudaraku tercinta,  

Kisah Para Rasul (22:30; 23:6-11) pada bacaan pertama mengisahkan keberanian Paulus dalam mempertahankan imannya di hadapan Mahkamah Agama. Bahkan ketika Imam Besar Ananias menyuruh orang untuk menamparnya, ia tidak gentar.

Walau tertekan, Paulus malah dengan cerdik memecah suara para pembencinya dengan memanfaatkan perbedaan doktrin antara orang Farisi dan Saduki. Orang Saduki tidak percaya pada kebangkitan dan keberadaan malaikat atau roh. Sementara orang Farisi percaya pada keduanya. Hal itu menimbulkan keributan besar di antara mereka. Orang Farisi kemudian membela Paulus setelah mengetahui bahwa ia juga seorang Farisi.

Keributan besar itu membuat kepala pasukan membawa Paulus kembali ke markas. Paulus berani bertindak demikian karena ia tahu Allah ada disisinya: “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.”

Supaya Orang Yang percaya kepada-Ku, bersatu (foto:katolikku.com)

Injil Yohanes (17:20-26) menampilkan doa Yesus. Yesus berdoa agar para murid-Nya dan mereka yang percaya kepada-Nya berhasil memberitakan Injil Yesus. Dan pemberitaan Injil para murid-Nya, sungguh memahami dan mempraktikkan makna menjadi satu seperti Allah dan Yesus adalah satu. Kesatuan para murid dengam Yesus di dalam Bapa, diharapkan Yesus menjadi kesaksian agar dunia menjadi percaya bahwa Yesus adalah utusan Allah.

 Bagaimana dengan kita? Sebagai orang Kristen, kita mungkin pernah mengalami diskriminasi dan ketidakadilan dalam kehidupan bermasyarakat, dalam memperoleh kesempatan kerja, dalam memperoleh promosi jabatan, dll. Walau mungkin belum pernah sampai dikucilkan, ditolak, atau dianiaya.

Dari pengalaman Paulus, kita belajar agar tidak berkecil hati ketika mengalami tindakan diskriminasi. Paulus tahu dan yakin bahwa Allah ada di sisinya; Dan Yesus pun meyakin Paulus: “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.”

Jadi kita diajak untuk yakin bahwa Tuhan akan dan selalu mendampingi kita, terutama ketika kita dihadapkan pada situasi yang sulit (Mrk. 16:17-18; Mat. 28: 20). Tuhan pasti akan memberi kita kekuatan agar tetap tegar melewati semua kesulitan (Mat. 10:23; Luk. 21:14-19). Itu berarti kita harus mempraktikkan kasih seperti kasih yang sama antara Allah dan Anak. Supaya kasih yang sama itu diberikan kepada semua orang yang percaya. Menjadi satu berarti tidak tercerai berai oleh karena adanya perbedaan budaya, bahasa, tempat, konflik kepentingan, dan lain-lain.

Mengapa kesatuan orang percaya menjadi kerinduan Yesus dalam doanya? Karena Yesus ingin agar para murid berhasil memberitakan Injil-Nya; dan pemberitaan Injil menjadi saksi bagi dunia, agar dunia tahu bahwa Allah Bapa telah mengutus Yesus dan Yesus mengasihi semua orang yang percaya kepada-Nya. Kasih ini bersumber dari Bapa, maka semua milik Allah harus memahami dalamnya makna kasih Allah.

Para Fasilitator Belajar dari Sabda Tuhan (photo:bobbytiban)

Karena kasih-Nya, Ia telah mengurbankan Anak-Nya untuk menjadi tebusan bagi semua manusia berdosa. Maka menjadi satu hanya dapat terjadi jika orang percaya memiliki dan mempraktikkan kasih Allah di antara satu dengan yang lain.

Bagaimana kita dapat bersatu sementara ada begitu banyak perbedaan yang bisa saja menghalangi kita untuk mengasihi sesama saudara seiman? Maka yang terpenting adalah mengedepankan kasih Yesus yang sudah kita alami. Marilah kita pancarkan kasih itu melalui kesatuan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus, agar melaluinya dunia dapat melihat kasih dan kemuliaan-Nya.

Hari ini kita juga mendapat teladan dari St. Marcellinus, seorang imam dan excorsis (pengusir setan) di kota Roma yang dihukum mati bersama dengan pembantunya St. Petrus karena iman kristiani mereka pada masa penganiayaan Kaisar Diocletianus. Semoga kita pun bertekun dalam iman seperti St. Marcellinus. Tuhan memberkati kita. ***

*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.