Renungan Harian Kamis, 6 Januari 2022

by Alfons Liwun

Hari Kamis Biasa sesudah penampakan Tuhan, Tahun C/II.

Bacaan 1, 1Yoh. 4: 19-5.4, Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juha mengasihi saudaranya; Mazmur 72:2.14.15bc.17, Segala bangsa di bumi, ya Tuhan sujud menyembah kepada-Mu; Bacaan Injil Lukas 4: 14-22a, Pada hari ini digenapilah Kitab Suci.

 Apakah Saya Masih Membenci Seseorang?

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi

Selamat berjumpa kembali saudaraku tercinta!

 Dalam Bacaan I, (1Yoh. 4:19-5:4) Yohanes menyampaikan peringatan kepada kita semua bahwa Allah adalah kasih. Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah”, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: “Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.” (1Yoh 4:19-21)

Dalam Injil (Luk 4:14-22a) dikisahkan karya Yesus mulai menarik perhatian dan pujian banyak orang (ay. 14). Ketika Ia berada di Nazareth, kota tempat Ia dibesarkan, sebagaimana biasanya pada hari Sabat Ia masuk ke dalam rumah ibadat. Ia mendapat kepercayaan dari pejabat untuk membaca nas Kitab Suci, gulungan Kitab Yesaya (Yes. 61:1-2 dan Yes. 58:6).

Yesus sedang Membaca Gulungan Yesaya di Nasareth (foto:katekese.com)

Lalu Ia membacakannya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (ay. 18-19). “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”

 Bagaimana dengan kita? Dengan mengatakan “pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya,” sebenarnya Yesus sedang menjelaskan visi dan misi kedatangan-Nya ke dunia. Visi dan misi-Nya itu ialah untuk mewartakan Injil (Kabar Gembira) kepada kaum papa miskin. Visi dan misi-Nya itu sudah Ia lakukan dengan sempurna.

Cara Yesus menjalankan visi dan misi-Nya itu nampak dalam kehadiran-Nya dengan berbicara penuh kuasa dan wibawa, membuat tanda-tanda heran: orang lumpuh bisa berjalan, orang buta bisa melihat, orang tuli mendengar, orang kusta sembuh, orang lapar dikenyangkan, orang mati dibangkitkan. Semua yang Ia lakukan sungguh membebaskan orang-orang pada zaman itu, dan tetap berlangsung sampai sekarang.

Yesus tetap hadir dalam Gereja dan melakukan tanda-tanda heran. Maka jika hari ini, kita mendengarkan Sabda-Nya: “Pada hari ini genaplah nas tadi sewaktu kamu mendengarnya!” sebetulnya kabar gembira dan mukjizat Yesus sungguh-sungguh terjadi dan nyata. Semua yang dilakukan Tuhan Yesus ini karena kasih-Nya yang tiada batasnya bagi manusia.

Inilah yang disebut oleh St. Yohanes dalam suratnya dengan mengatakan bahwa Allah adalah kasih. Allah telah lebih dahulu mengasihi kita (1Yoh 4:19). Bahwa kasih dalam diri Yesus, Anak Allah mengasih kita dengan cara-Nya. Karena begitu besar kasih Allah pada kita sehingga Ia mengutus putra-Nya, Yesus untuk menyelamatkan kita (Yoh 3:16). Yesus, Anak Allah, telah mengasihi kita apa adanya. Karena itu, sangat diharapkan supaya kita juga melakukan hal yang sama yakni mengasihi sesama.

Jadi, kita mengasihi sesama merupakan jawaban atas kasih Allah. Dan karena itu, jikalau kita mengatakan kita mengasihi Tuhan tetapi membenci saudara maka kita adalah pendusta. Disinilah kita menjadi orang yang tidak tahu bersyukur. Pendusta, jika manusia yang ada di depan mata kita saja kita tidak mampu mengasihinya, bagaimana mungkin kita bisa mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan?

Maka pertanyaannya: sudah berapa kali kita berdusta? Sebaliknya, kalau kita mampu mengasihi sesama kita berarti kita berasal dan lahir dari Allah dan sudah melaksanakan perintah Allah. Bahkan jika kita mengasihi maka kita adalah orang yang percaya (mengimani) Allah, Yesus. Tidaklah heran, jika Yohanes mengatakan iman merupakan kemenangan atas dunia, karena iman memampukan kita mengalahkan nafsu daging kita.

Kini kita sedang menelusuri lorong-lorong kehidupan di tahun 2022. Kita tentu diajak untuk semakin mawas diri dengan selalu berani bertanya apakah saya masih membenci seseorang? Jika masih, baiklah kita dengan rendah hati berdamai dengannya. Semoga, Tuhan memberkati kita semua. Amin! ***

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.