Pekan biasa ke-VII, , Tahun C/II
Bacaan pertama, Yakobus 5:1-6, Peringatan kepada orang kaya; Mazmur 49:14-15ab.15cd-16.17.18.19-20; Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga; Bacaan Injil Markus 9: 41-50, Siapa yang menyesatkan orang Tentang garam
Salam sejahtera saudaraku tercinta!
Dalam Bacaan I (Yak 5:1-6), Yakobus mengecam dosa-dosa tertentu yang sangat menggejala dalam kehidupan kedubelas suku di diaspora, terutama orang-orang tertentu yang kaya. Karena mereka “mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir” (ay. 3), mereka yang menahan upah buruh (ay. 4), mereka yang hidup berfoya-foya (ay. 5), dan kepada mereka yang menghukum dan membunuh orang benar (ay. 6).
Melalui orang-orang tertentu dengan cara hidup yang demikian itu, Rasul Yakobus mengingatkan jemaat apa akibat yang akan diterima oleh para pendosa itu. Bahwa Allah akan memberi kesengsaraan (ay. 1) dan Allah pun akan menghancurkan kekayaan mereka (ay. 2-3).
Dalam bacaan Injil (Mrk. 9:41-50), Yesus juga memberikan sederet peringatan tegas dan keras kepada para murid-Nya. Peringatan itu berupa, “lebih baik ikat batu kilangan di leher dan tenggelamkan bila menyesatkan orang lain, potong kaki, tangan, dan cungkil mata bila semua itu membuat kita berdosa.” Bahkan Yesus mengandaikan “garam” harus ada didalam diri setiap orang yang mengikuti-Nya. Bahwa “garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya?” Lalu Yesus melanjutkan kata-kata-Nya untuk menguatkan diri pengikut-Nya bahwa “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain (ay. 50).”
Bagaimana dengan kita? Peringatan Yakobus dalam bacaan pertama, bisa jadi membuat kita berpikir “apakah kita tidak boleh kaya raya? Dan kalau menjadi kaya apakah kita dibenci oleh Allah?” Jawabannya tergantung pada pemahaman kita, dengan apa yang dimaksud Yakobus mengenai mengumpulkan harta pada hari yang sedang berakhir. Orang yang mengumpulkan harta pada hari yang sedang berakhir adalah mereka yang tujuan hidupnya hanya mengumpulkan harta dan hanya demi harta itu.
Kita bukan hidup hanya untuk mengumpulkan harta dan demi harta itu. Kita wajib bekerja mencari nafkah (2Tes 3:10; Kej 3:17-19), tetapi tidak menggantungkan hidup pada harta yang kita peroleh (Mat. 16:26). Harta di sini tidak hanya uang, perhiasan, tetapi juga makanan, dalam bahasa Yakobus “kekayaanmu sudah membusuk.”Hari yang sedang berkahir adalah saat kedatangan Yesus yang kedua, saat di mana kita diajak untuk bertobat dan menyucikan diri dengan melayani Tuhan, mendalami Sabda, berdoa, dsb (lih. Ibr. 10: 24-25) tetapi kita justru gunakan untuk menimbun harta bagi diri sendiri. Pekerjaan yang sia-sia. ”Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26). Jadi jelas orang kaya yang dikecam Yakobus bisa siapa saja.
Menjadi kaya boleh. Asalkan kekayaan itu menjadi sarana untuk memuji dan menyembah Tuhan, untuk melayani Tuhan yang hadir dalam diri sesama dan lingkungan hidup kita. Yesus menganjurkan dengan kekayaan yang ada, hendaklah kita menjadi garam yang berguna bagi dunia (Mrk. 9: 50). Maka jika kita menyalahgunakan kekayaan kita (dalam rupa apa saja: harta, anggota tubuh, talenta, waktu, teaga dan pikiran), sebenarnya kekayaan kita itu akan “disita” (dipotong, dicungkil) dari kita. Kita dimiskinkan, disengsarakan (lih. Mat. 25:8 dan Yak. 5:2-3).
Yakobus merasa perlu mengingatkan hal ini karena ia melihat kita mempunyai kecenderungan untuk mengejar kekayaan duniawi (Yak. 2), dan Yesus menghendaki kita tidak menyesatkan orang lain (memeras, menahan upah, memberi upah tidak layak), dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (berfoya-foya tanpa peduli dengan lingkungan.
Yesus dan Yakobus mengingatkan kita bahwa “Allah melihat semua tingkah kita.” ”Tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi dihadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibr. 4:16). Allah mendengar teriakan orang yang sengsara. Allah tidak akan tinggal diam. Bagi yang sedang hidup susah, miskin, jangan menginginkan nasib orang kaya (iri). (lih. Mzm. 73). Jangan berpikir kekayaan bisa menghilangkan kemiskinan / penderitaan. Uang memang bisa untuk membeli tempat tidur, buku-buku, makanan, pakaian, rumah, obat, hiburan, bahkan agama; tetapi uang tidak bisa membeli tidur, otak / pikiran, kenikmatan, kecantkan / kegantengan, suasana at home, kesehatan, kebahagiaan, juga tidak bisa membeli keselamatan. Semoga, Tuhan memberkati kita. Amin.
*). Sekarang mengajar di SMAK Seminari Mario Jhon Boen Pangkalpinang