Pekan Biasa XXXI,
Bacaan 1, Rom. 14: 7-12, Entah hidup, entah mati, kita tetap milik Tuhan; Mzm. 27: 1.4.13-14, Tuhan adalah terang dan keselamatanku; Bacaan Injil Lukas 15: 1-10, Akan ada sukacita di Surga karena satu orang berdosa yang bertobat.
Tahun B/I.
Peringatan Wajib St. Carolus Baromeus, Uskup.
Hidup Atau Mati, Jadilah Milik Tuhan
Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi
Saudara-saudaraku tercinta…
Dalam bacaan I (Rom. 14:7-12) St. Paulus mengajak jemaat Roma untuk mempunyai prinsip hidup yang tegas yaitu: jika kita hidup, hiduplah untuk Tuhan dan jika kita mati, matilah untuk Tuhan sehingga hidup atau mati kita adalah milik Tuhan (ay. 8). Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup (ay. 9). St. Paulus juga mengingatkan agar tidak saling menghakimi, karena semua manusia sama-sama akan menghadap Tuhan dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya (ay. 10-12)
Dalam Injil (Luk. 15:1-10), dikisahkan ketika diprotes oleh orang Farisi dan ahli Taurat karena menerima dan makan bersama orang berdosa, merangkul dan bersahabat akrab dengan mereka (ay. 1-2), Yesus menanggapi protes itu dengan menyampaikan dua perumpamaan, yaitu seekor domba yang hilang dari 100 ekor dan satu dirham yang hilang dari 10 dirham. Dalam kedua perumpamaan itu digambarkan usaha si pemilik domba dan dirham untuk mencari yang hilang walau dengan resiko meninggalkan 99 ekor domba yang tidak hilang dan menyalakan pelita dan menyapu rumah (ay.4b dan 8b).
Ketika yang hilang didapatkan kembali si pemilik domba dan dirham mengajak semua sahabat dan tetangga untuk bersukacita, karena yang dicari-carinya didapat kembali. (ay. 5-6 dan 9). Dan Yesus menegaskan begitu juga akan ada sukacita di sorga dan juga pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan, (ay. 7 dan 10).
Bagaimana dengan kita?
Ditinjau dari sudut manapun, baik dari sudut orang yang berpunya (perumpamaan orang yang memilikin 100 ekor domba) ataupun orang yang tidak berpunya (perumpamaan orang yang memiliki 10 dirham), peristiwa ditemukannya kita kembali, yaitu pertobatan kita. Pertobatan kita ternyata membawa sukacita besar di sorga. Itu berarti kita sangat berharga di mata Tuhan. (Luk. 14: 7 dan 10). Masalahnya: banyak di antara kita yang justru tidak menyadari betapa pentingnya hidup kita di mata Tuhan sehingga dengan begitu mudah kita melakukan dosa.
Untuk itulah St. Paulus mengingatkan dan mengajak kita untuk menyadari bahwa hidup kita sudah ditebus oleh Yesus dengan Darah-Nya sehingga kita luput dari hukuman Allah (Rom. 6:23). Maka sebenarnya hidup kita bukan lagi milik kita (karena sudah dtebus oleh Yesus) melainkan menjadi milik Tuhan. Karena itu, sudah seharusnyalah memberikan yang terbaik untuk Tuhan; dengan sunggh-sungguh melayani Tuhan sesuai dengan karunia yang Ia berikan kepada kita masing-masing. Itulah yang Paulus tegaskan jika kita mati, matilah untuk Tuhan dan jika kita hidup hiduplah untuk Tuhan.
Paulus sendiri sudah melakukannya sehingga baginya “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21). Karena itu apapun yang kita lakukan, apapun yang kita pikirkan, semua harusnya untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Contoh: jika kita berdoa, kita seharusnya tidak berdoa hanya untuk kepentingan diri kita sendiri, tetapi mulailah belajar berdoa dengan sikap hati yang benar, yaitu dengan mendatangkan kerajaan Allah di dunia ini (melalui hidup kita, termasuk doa yang sedang kita naikkan), dan menjadikan kehendak-Nya dalam hidup kita (Isi doa Bapa Kami). Karena itu, pastikanlah bahwa kita adalah milik tuhan baik masa hidup maupun mati.
Hari ini kita merayakan perigatan Santo Carolus Baromeus. Carolus dikenal sebagai martir cinta kasih. Ketika belum menjadi imam, ia memiliki alasan untuk tertarik menjadi imam. Setelah menjadi imam, bahkan ketika diangkat menjadi uskup Milan dan kardinal, ia tetap mempunyai simpati dan empati yang besar kepada orang-orang miskin dan sakit. Ia mengunjungi dan merawat orang-orang sakit, mendirikan banyak sekolah, yang diperuntukkan anak-anak miskin dan siapa saja yang berminat mendapatkan pendidikan bermutu. Ia juga aktif mendirikan seminari-seminari yang berkualitas.
Karena begitu aktif, ia sampai akhirnya ketika penyakit menular mewabah di Milan, saat sebagai Kardinal yang baik, didorong oleh kecintaannya pada orang-orang menderita, Carolus melibatkan diri merawat orang-orang yang terjangkit. Carolus membawa mereka ke rumahnya bahkan ke kamar pribadinya untuk dirawat. Keterlibatan langsung mengurus orang sakit membawa ia sendiri terjangkit penyakit menular, dan akhirnya wafat. Semua ia lakukan karena cintanya pada Kristus. Carolus contoh bagi kita umat beriman, sebagai seorang yang hidup dan mati untuk Kristus. Semoga Tuhan memberkati kita. Amin. Salam Komunio. ***