Bacaan 1, Rm. 1: 16-25; Mzm. 19: 2-3.4-5; Bacaan Injil, Luk. 11: 37-41.
Mengenal Allah adalah kebijakan. Karena mengenal-Nya sekaligus percaya kepada-Nya. Mengenal-Nya namun tidak memuliakan Dia sebagai Allah, itulah kemunafikan. Tanda yang diberi Allah untuk mengenal-Nya disebut Pemazmur, alam, langit. “Langit mewartakan kemuliaan Allah.” Sementara Lukas menegaskan ketulusan hati dalam memuliakan-Nya merupakan kejujuran hati yang dinyatakan dalam tindakan. Memberi sedekah, salah satu tindak nyata yang menandai ketulusan dan kejujuran hati.
Munafik….
Oleh: RD. Zakarias Ujan, Pastor Keuskupan Pangkalpinang
Saudara saudari …
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata munafik merujuk pada “tingkah-laku orang yang pura-pura percaya dan setia mengikuti ajaran agama atau prinsip tertentu tetapi sebenarnya dihati mereka mengingkarinya”. Orang-orang itu suka mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Orang tersebut secara individu terbingkai dalam ungkapan seperti dusta, kianat, ingkar janji, tipu daya, bermuka dua, bangga atas dosa, dengki, dan lain-lain.
Bacaan (Rm. 1: 16-25) hari ini melukiskan kata munafik seperti orang-orang yang hidupnya seolah-olah penuh hikmat, dan kemuliaan Allah yang baka dan kebenarannya digantikan dengan gambaran yang mirip dengan makhluk ciptaan, yang bernafsu mencemarkan tubuh, berdusta, dan melupakan Penciptanya. Atau juga “pamer diri” dalam menghayati hidup keagamaan dan berarti bertujuan hanya pada aspek lahiriah semata.
Keyakinan dasar yang diwartakan Paulus adalah Hidup oleh iman sesuai dengan Injil Yesus. Berarti Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya. Atau dengan kata lain “Orang benar akan hidup oleh imannya” (Rm. 1: 17). Kemunafikan dikecam Yesus (Luk. 11: 37-41) Yesus tidak menghendaki dualisme kepribadian atau topeng-topeng diri dan atau penampilan kepalsuan diri.
Kita, harus jujur dengan diri sendiri dan hidup bersih, baik dan bijak. Berkata dan bertindak yang konsekuen. Berusaha mencuci diri luar dalam. Menjadikan “inner” hatimu bait Roh Tuhan dan sikap lahiriahmu lurus menurut nasihat dan wejangan Tuhan.
Semoga kita berani berkata “tidak” untuk “kemunafikan” dan “ya” untuk tindakan yang jujur dan benar. Amin. Salam Komuni! ***