Home KategorialKevikepanKevikepan BabelKatedral (Pangkalpinang) Renungan Harian Kamis, 30 Desember 2021

Renungan Harian Kamis, 30 Desember 2021

by Alfons Liwun

Hari keenam dalam Oktaf Natal, Tahun C/II.

Bacaan I, 1Yoh. 2: 12-17, Orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya;Mazmur, 96: 7-8a.8b-9-10, Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak; Bacaan Injil Lukas 2: 36-40, Hana berbicara tentang kanak-anak Yesus.

 Janganlah Mengasihi Dunia Ini. Jangan Pernah Meninggalkan Allah. Siang Malam Jangan Lupa Beribadah Dengan Berpuasa Dan Berdoa

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi

 Selamat pagi saudaraku tercinta,

Dalam Bacaan I (1Yoh. 2:12–17), Yohanes mendorong dan menasehati jemaat. Dalam konteks penyebutan Yohanes jemaat yang dimaksudkan yaitu anak-anak, orang muda dan bapa-bapa. Disebut anak-anak adalah setiap orang yang percaya kepada Kristus, yaitu orang-orang yang baru percaya pada Kristus. Disebut orang muda adalah setiap orang yang percaya kepada Kristus, yaitu orang-orang Kristen yang sedang mengalami perkembangan dan menuju kepada kedewasaan dalam iman. Dan disebut bapa-bapa adalah setiap orang yang percaya kepada Kristus, yaitu orang-orang yang sudah lama mengenal Kristus, hidup dalam firman Tuhan serta sungguh-sungguh telah mengetahui, mengenal dan memiliki pengalaman hidup rohani dengan Allah dalam kehidupannya setiap hari.

Kepada anak-anak, orang muda, dan bapa-bapa ini, Yohanes mendorong dan menasihati supaya tetap teguh berpegang pada kebenaran bahwa Yesus, adalah sunguh Allah, sungguh manusia. Yesus sungguh-sungguh telah menumpahkan darah-Nya untuk menyucikan manusia dari dosa, (ay. 12-14). Hal ini dimaksudkan supaya anak-anak, orang muda, dan bapa-bapa mengejar kehidupan persekutuan yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh, bukan kehidupan persekutuan dengan dunia (ay. 15-17).

Hana menyambut sang bayi Yesus di Bait Allah (foto:wordPress.com)

Dalam Injil (Luk. 2:36-40) dikisahkan, ketika Maria dan Yosef membawa Yesus kecil ke Yerusalem dan mempersembahkan Dia di Bait Allah seturut hukum Taurat Musa (lih. Kel. 13:2,13) mereka dijumpai oleh Hana. Hana sendiri adalah seorang nabi perempuan yang hidupnya ia habiskan di dalam Bait Allah untuk berdoa dan berpuasa. Ia berharap akan datangnya Mesias, penyelamat yang diidam-idamkan oleh seluruh orang Israel. Penantian dan doa Hana tidaklah sia-sia. Dalam masa akhir hidupnya, ia diperkenankan bertemu dengan Mesias yang akan menyelamatkan bangsa Israel. Bahkan dalam kesempatan itu, Hana yang adalah seorang nabi berbicara pada orang banyak tentang Anak itu.

Bagaimana dengan kita? Di hari keenam dalam oktaf Natal ini kita mendapat teladan dari Hana, seorang janda yang sudah lanjut usia. Namun Hana senantiasa hidup dalam lingkaran Bait Allah. Disana ia membangun relasi yang mesra dengan Allah. Dan pada akhirnya hatinya peka akan suara dan kehadiran Tuhan, Mesias yang kini hadir di sekitarnya. Meskipun Ia masih bayi dan dalam gendongan sang ibu.

Kepekaan Hana itu menjadi tanda yang jelas bahwa ia dalam dirinya ada kepekaan, dan kepekaan itu berkaitan erat dengan kehidupan rohaninya yang mendalam dengan Tuhan. Kita pun memiliki kepekaan yang sama seperti nabi Hana, jika kehidupan rohani kita selalu terus dibangun dalam relasi erat dengan Kristus.

Berbagi Kado Natal Anak-anak ke rumah-rumah anggota KBG (foto:KBGelisabethsliat)

Kalau kita melihat hidup Hana sebagai seorang janda dalam konteks budaya Yahudi, Hana sebenarnya kehilangan banyak hal. Bahkan bisa dikatakan sebenarnya ia sudah kehilangan hidupnya. Sebagai perempuan, segala sesuatunya bertumpu pada suami, termasuk juga penghasilan untuk kehidupan sehari-hari. Ketika suaminya meninggal, ia tidak mendapat hak waris atau tunjangan hidup. Maka hidupnya akan menjadi semakin buruk karena tidak ada penghasilan, tidak ada biaya untuk hidup. Andaikata bekerjapun ia tidak bisa mengharapkan banyak hal dari hasil kerjanya.

Dari riwayat singkat hidup Hana tadi, pertanyaan sederhananya adalah apakah seorang yang mengalami “nasib” seperti Hana, masih mempunyai pengharapan untuk hidup tanpa menistakan diri? Kenyataannya, Hana tidak menistakan dirinya. Hana siap menerima semua kesengsaraan hidup yang menantinya sepeninggal sang suami.

Mengapa bisa demikian? Karena ia bersandar penuh pada Allah. Injil Lukas mengatakan Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa (Luk 2:37b) Dan ternyata kehadiran Yesus walau dalam rupa bayi mungil telah menumbuhkan harapan pembebasan dan keselamatan Hana. Penantian Hanaa yang tidak sebentar, akhirnya membuahkan sukacita yang mendalam pada waktunya. Maka tidak heran, jika St. Yohanes mengingatkan kita agar janganlah mengasihi dunia ini.

Kita diajak belajar dari Hana, jangan pernah meninggalkan Allah, dan siang malam jangan lupa beribadah dengan berpuasa dan berdoa (Luk 2:37). Cara Hana ini, terus menerus dilakukan, sehingga ia memiliki kepekaan melihat Mesias.

Kesaksian Hana pada hari ini semakin meneguhkan iman kita. Bahwa beribadah dengan berpuasa dan berdoa, juga mengasah kepekaan kita untuk menyaksikan kedatangan Yesus untuk semua orang baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang besar maupun yang muda dan yang kecil. Kehadiran bayi Yesus yang mau menyapa Hana itu, juga menyapa dan mengingatkan kita yang mempunyai modal lebih untuk berani memberi perhatian kepada mereka yang masih dalam kekurangan. Bantuan yang tulus akan mengangkat harapan orang-orang yang sedang dalam penderitaan. Semoga, Tuhan memberkati kita. Amin! ***

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.