Bacaan pertama 2Samuel 5: 1-7.10, Engkaulah yang akan menggembalakan umat-Ku Israel; Mazmur 89:20.21.25-26, Kesetiaan dan kasih-Ku menyertai raja; Bacaan Injil Markus 3: 22-30, Kesudahan setan telah tiba.
Kesombongan Dikalahkan dengan Kerendahan Hati
Oleh: Alfons Liwun *)
Kesombongan adalah sikap sombong, angkuh, congkak, takabur dan pongah. Sebaliknya sikap kerendahan hati ialah suatu sikap menyadari keterbatasan kemampuan diri, ketidakmampuan diri sehingga dari itu seseorang tidak angkuh, pongah, sombong dan takabur. Kedua sikap ini sering ada didalam diri manusia, dan dalam hidup sering dipraktekan dengan silih berganti atau dipraktekkan secara serentak.
Bacaan pertama hari ini Kitab dua Samuel mengisahkan tentang perjanjian Daud dengan Israel yang diwakili oleh penatua-penatua. Perjanjian dilakukan di Hebron. Tidak hanya itu, melalui perjanjian itu Daud diakui oleh Israel sebagai Raja Yehuda (Israel) yang atas nama Allah hadir dan menyertai bangsa-Nya.
Menariknya adalah kekuatan Daud didukung oleh bangsanya untuk merebut kota Sion dari orang-orang Yebus. Disinilah, Daud berhadapan sikap sombong raja Yebus dengan mengatakan kepada Daud: “Engkau tidak sanggup masuk ke mari (Yerusalem); orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!” Kata-kata ini sungguh merendahkan Daud. Namun, Daud menyusun strategi dan berani masuk ke kota Yerusalem dan merebut kota itu.
Sebaliknya dalam bacaan Injil, Markus menceritakan bahwa ahli-ahli Taurat dari Yerusalem dengan sikap sombong dan pongah menghujat Yesus sebagai orang yang kerasukan Beelzebul, bentara setan. Seakan ahli-ahli Taurat ini menegaskan kata-kata dari keluarga Yesus, bahwa Yesus orang yang tidak waras. Penegasan ahli-ahli Taurat jauh lebih parah ketimbang kata-kata keluarga Yesus. Mungkin jika dibaca dalam konteks kita saat ini, para ahli Taurat boleh dibilang “penista agama”.
Kata-kata hujatan para ahli Taurat kepada Yesus, justru membuka ruang bagi Yesus menjelaskan tentang persatuan, persekutuan dalam sebuah komunitas termasuk komunitas dasar dalam kehidupan berkeluarga. Kesempatan Yesus berkatekese tentang makna terdalam dari makna persekutuan, makna persatuan dan kebersamaan dalam hidup.
Bahwa tanda suatu perpecahan atau perselisihan dalam sebuah komunitas termasuk komunitas dasar yang terkecil yaitu keluarga ketika sikap sombong, angkuh, pongah dan takabur diternak dalam suatu komunitas. Jika sikap yang bertolak belakang dengan sikap kerendahan hati itu terpelihara subur dalam suatu komunitas, niscahya, komunitas itu tidak memiliki kekuatan, kerenggangan dalam berrelasi, akan ada miskomunikasi.
Disini jelas bahwa komunitas itu perlahan-lahan akan hancur dan berantakan. Komunitas tersebut sulit ditata kembali, karena hidup dalam komunitas itu adalah kumpulan orang-orang sombong, angkuh, pongah, takabur, iri hati, dll.
Mari, kita belajar dari dua tokoh sentral dalam bacaan suci hari ini, Daud yang diurapi dan Yesus yang terurapi oleh Allah.***
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang.