Bangun Sikap Setia dan Komitmen Menjadi Pengikut Yesus
Hari Biasa, Pekan Biasa XIII, PF Santo Sirilus dari Alexanderia, Uskup dan Pujangga Gereja. Bacaan pertama, Amos 2: 6-10.13-16, Mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu; Mazmur 50: 16-23, Camkanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah; Bacaan Injil Matius 8: 18-22, Ikutilah Aku.
Oleh: Alfons Liwun *)
Nubuat Nabi Amos, dalam bacaan pertama mengemukakan dosa umat Israel. Disebutkan bahwa mereka menjual orang benar, orang miskin, menginjak-injak kepala orang-orang benar, dan ayah mereka pergi berbuat zina, dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah. Tidak hanya itu, Amos pun mengungkapkan bahwa umat Israel lupa diri akan kebaikan Tuhan yang telah menghantar mereka keluar dari Mesir dan menyertai mereka berziarah di Padang Gurun selama 40 tahun serta menang dalam perang melawan orang-orang Amori. Kebaikan Tuhan dibalas mereka dengan berbuat dosa. Atas perbuatan jahat yang dilakukan, oleh Pemazmur hari ini, pun menegaskan demikian “camkanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah.” Karena itu, sanksi Tuhan atas mereka disebut Amos, tak akan tarik dari hadapan mereka.
Dalam bacaan Injil, Matius mengisahkan banyak orang mengerumumin Yesus. Karena banyak orang, Yesus naik perahu dan meminta supaya bertolak lebih ke dalam. Ketika itu, ada seorang yang spontan mengatakan kepada Yesus untuk mengikuti-Nya. Tetapi orang itu meminta lagi supaya Yesus mengizinkan dia untuk pergi menguburkan orang mati dulu. Yesus pun menjawabnya, kata-Nya, barangsiapa yang mau mengikuti-Nya, namun masih mau menoleh ke belakang, tidak layak mengikuti-Nya.
Dialog Yesus dengan orang yang mau mengikuti-Nya, merupakan dialog biasa. Bagi orang yang mau mengikuti Yesus, mendengar jawaban Yesus atas permintaannya, tentu akan berpikir panjang. Seakan jawaban Yesus tidak memberikan dia ruang untuk melihat dan merasakan sebuah peristiwa yang sedang terjadi. Tetapi bagi Yesus, mengikuti-Nya tidak ada tawar menewar lagi. Sekali mau, harus jadi! Bukan ini dan itu lagi, dengan berbagai alasan kepentingan, termasuk kepentingan manusiawi, untuk berbuat kebaikan.
Bagi Yesus, kebaikan yang terjadi harus bersifat terbuka dan bagi siapapun dan dimana pun, bukan hanya bersifat kekeluargaan dan lokal. Bagi Yesus, kebaikan harus bersifat luas dan menuntun untuk semua orang merasakan kebaikan itu dimana saja. Karena “menoleh ke belakang” adalah penghalang dan dapat saja gagal dalam berbuat kebaikan. Bahkan bisa lupa akan Yesus, tidak lagi memfokuskan pada Yesus tetapi pada yang meninggal dan banyak orang.
Dengan begitu, Yesus mau mengatakan bahwa harus ada sikap tegas untuk menjadi pengikut-Nya. Harus ada sikap rendah hati untuk mendengarkan Yesus, supaya perubahan batin terjadi. Bagi-Nya menoleh ke belakang, merupakan cara manusia mengungkit pengalaman buruk masa lalu. Sikap inilah yang ditampilkan umat Israel. Keselamatan yang ditawarkan Allah malahan dibalas dengan sikap dasar kejahatan yang pernah dilakukan, yang menyebabkan mereka dibuang ke Mesir.
Pengalaman umat Israel inilah yang mau ditegaskan Yesus kepada orang yang mau mengikuti-Nya, termasuk orang-orang Kristeniani masa kini. Sekali mengatakan mengikuti-Nya, tetap dan setia menjadi pengikut Yesus. Mari, kita membangun sikap setia dan komitmen kita untuk tetap menjadi pengikut Yesus. Amin. Tuhan memberkati kita semua. ***
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang