Bacaan I 2Sam. 15:13-14.30;16:5-13a, Daud melarikan diri dari Absalom, dan Simei mengutuk dia sesuai dengan perintah Tuhan; Mazmur 3:2-3.4-5.6-7, Bangkitlah, ya Tuhan, selamatkanlah aku; Bacaan Injil Markus 5:1-20, Hai Roh Jahat, keluarlah dari orang ini.
Allah Hadir Menerima Kondisi apapun pada Manusia
Oleh: Alfons Liwun *)
Bacaan-bacaan suci hari ini mengisahkan belas kasih Allah: hadir dan menerima kondisi apapun pada manusia. Itu berarti bahwa Allah tak mau manusia ciptaan-Nya hidup dalam belenggu dosa, diperbudak oleh dosa.
Bacaan pertama kitab kedua Samuel mengisahkan bahwa Daud yang diurapi Allah, digerogoti oleh kekuatan hawa napsunya, sehingga balasannya ia dikutuk oleh Simei. Kutukan Simei kepada Daud, mendatangkan amarah oleh para prajuritnya. Abisai, anak Zeruya, mendekati Daud dan meminta ijin untuk menghunguskan pedang, namun Daud sendiri melarangnya. Bahkan Daud memberikan teguran kepada Abisai. Karena Daud merasa bahwa apa yang dilakukan Simei itu, jika benar yang diperintahkan Tuhan, siapakah yang akan melarangnya?
Sikap Daud demikian, menandakan bahwa Daud masih mengharapkan belas kasih Allah. Tidak harus kejahatan dilawan dengan kejahatan. Kejahatan harus dilawan dengan kebaikan, kesabaran, dan pasrah! Jikalau apa yang dilakukan Simei itu berasal dari Tuhan, ya terjadilah! Jika tidak, maka akan menjadi “bencana” bagi si pengutuk. Itulah yang menjadi sikap kepasrahan Daud.
Dalam bacaan Injil, Markus mengisahkan bahwa Yesus menyembuhkan orang Gerasa yang kerasukan setan. Penyembuhan Yesus terhadap orang Gerasa yang kerasukan, kondisinya sangat memprihatinkan. Ia tinggal jauh dari masyarakat, tidak masuk di kampung-kampung dan kota-kota. Kondisi ini mengharapkan pembebasan. Mengharapkan kehadiran seseorang untuk menerima serta memulihkan. Harapan si kerasukan dari Gerasa ada pada Yesus, Allah yang tinggal bersama umat-Nya.
Kisah penyembuhan diakhiri Markus dengan penewaran diri orang yang sudah sehat untuk menyertai Yesus dalam berkarya. Tawaran itu ditolak Yesus, seakan Yesus mengharapkan si kerasukan akan menjadi saksi hidup dalam masyarakat. Si kerasukan menjadi saksi pewartaan kabar baik yang hidup ditengah-tengah masyarakat.
Bagaiman dengan kita? Terkadang situasi Daud pun sering kita alami dalam hidup kita. Dalam hidup bersama dengan masyarakat yang luas. Kita belajar dari Daud. Bahwa berdosa kepada Allah, diterima, diakui, dan membiarkan belas kasih Allah. Seakan tidak patut, jika berdosa dibalas dengan berbuat dosa. Berdosa perlu dibalas dengan kesabaran, kepasrahan, kebaikan, sehingga dosa-dosa tidak menjadi penghambat hidup yang berlapir-lapis. Daud dalam kepasrahan, membiarkan Allah yang menjadi tuan yang melihat, menilai, dan memberikan harapan bagi hidupnya.
Sikap pasrah dan terus menerus berjuang untuk menjumpai Allah, boleh kita belajar dari si kerasukan dari Gerasa. Harapan untuk damai hidup bersama masyarakat, terjawab. Membalas harapannya dengan mau mengikuti Yesus, tidak harus menyertai Yesus kemana pun, Yesus kehendaki. Tetapi Yesus justru berharap, cukuplah dia menjadi saksi pewartaan kabar gembira Allah ditengah masyarakatnya.
Begitu juga kita. Yesus telah memberikan kita kehidupan baru menjadi anak-anak Allah, menyertakan kita dalam perjamuan, pengampunan dosa, dan menjadikan kita sebagai pewarta kabar gembira kepada siapapun dengan memulainya dari keluarga, tetangga, dan kepada masyarakat yang lebih luas. ***
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang.