Pangkalpinang, BERKATPAPIN—Ketika dunia makin terbuka, upaya membangun komunikasi antar kelompok maupun antar budaya demi merawat pluralisme yang dilakukan oleh Gereja Katolik, menjadi sebuah langkah pastoral relevan.
Begitupun yang dilakukan oleh Gereja Keuskupan Pangkalpinang, sepuluh tahun belakangan ini, melalui Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK). Salah satu Romo Diosesan yang sungguh fokus dalam membangun komunikasi antar budaya dan komunikasi antar kelompok adalah, RD Agustinus Dwi Pramodo
Romo yang akrab disapa Romo Pram ini, menjadikan komunikasi antar budaya sebagai jembatan yang baik dalam menenun jaringan sosial yang lebih luas,
“Untuk membangun relasi antarbudaya yang baik, diperlukan keberanian pula dalam menembus sekat-sekat yang menjadi pembatas dalam kehidupan kita,” ujar Romo Pram dalam tayangan youtube Komsos Papin Channel, Jumat 24 September 2021.
Melalui metode komunikasi “kedai kopi” itulah Romo yang kini adalah Parokus Tanjungpinang itu mampu mendekati tokoh-tokoh masyarakat, ormas, dan kalangan pemerintahan.
Konteks Babel dan Kepri, Adakah yang Beda?
Dari komunikasi “kedai kopi” juga, Romo Pram akhirnya memahami keunikan budaya Melayu, baik di Tanah Serumpun Sebalai atau Bangka Belitung, maupun di Negeri Gurindam 12 alias Kepulauan Riau.
Kedua wilayah ini, Babel maupun Kepri, menurut Romo Pram adalah sama-sama Rumpun Melayu. “Hanya, budaya melayu di Kepri lebih menonjol dibandingkan Babel,” imbuh Romo Pram.
“Tokoh-tokoh agama di Kepri saling terhubung dengan lembaga pemerintahan. Lembaga agama dan pemerintahan saling menyatukan keinginannya yang sama untuk membangun serta menstabilkan kerukunan masyarakat di Kepri,” kata Romo yang menjadi Kertua Panitia Pentahbisan Mgr Adrianus empat tahun lalu itu.
Romo Pram pun mengisahkan, Ketika kunjungan Mgr. Adrianus ke Kepri, beberapa waktu yang lalu, sebelum covid, para sesepuh Tokoh Adat Melayu, turut menyambutnya. “Mereka menyambut dengan ramah kedatangan Bapa Uskup. Ini menjadi apresiasi yang luar biasa karena telah menghormati sesama manusia, meskipun memiliki latar belakang yang berbeda. Mereka masih menganggap kita sebagai saudara,” ujarnya lagi.
Mengapa hal itu bisa terjadi di Kepri? Karena menurut Romo Pram, pemerintah dan Lembaga keagamaan mempunyai relasi mesra. “Lembaga keagamaan dan pemerintahan saling bersatu dalam menentramkan dan mengayomi semua warga di tanah melayu ini,” ungkap Romo Pram
Sedangkan di Babel, menurut Romo Pram, keterlibatan pihak paroki dengan pemerintahan masih kurang. “Hal ini sangat disayangkan dan seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak para Romo Paroki untuk membangun komunikasi itu lewat FKUD Kota atau Kabupaten,” kata Romo Pram.
“Karena ketika kita terlibat dengan pemerintahan dapat membantu memperluas jaringan sosial dan mereka dapat memberikan rekomendasi pembangunan rumah ibadah kepada umat,” pungkasnya.
Untuk tayangan lengkap wawancara kru Komsos Papin Channel dengan Romo Pramodo, bisa saksikan di youtube Komsos Papin Channel dengan topik tayangan, “Perlukah Komunikasi “Kedai Kopi” untuk Wajah Inklusif Gereja?” (***/evano)
Reporter : Odilia Siringo Ringo.