PANGKALPINANG, BERKATNEWS– Pada hari ini, Rabu 22 Februari 2023, dalam persekutuan dengan seluruh Gereja, umat Keuskupan Pangkalpinang memasuki masa Prapaskah yang ditandai dengan Misa Rabu Abu.
Rabu Abu merupakan hari pertama pra-paskah. Rabu Abu ditandai dengan penerimaan abu di dahi ataupun di kepala, sebagai simbol pertobatan.
Pada tahun ini umat Keuskupan Pangkalpinang memasuki masa Prapaskah ketika sedang merayakan tahun syukur atas I00 tahun Keuskupan Pangkalpinang.
Uskup Keuskupan Pangkalpinang Mgr Adrianus Sunarko, OFM dalam Surat Gembala Prapaskah mengajak umat untuk mengisi tahun syukur ini dengan mengadakan refleksi dan evaluasi atas upaya bersama untuk makin berpusat pada Kristus, membangun komunio dan melaksanakan misi.
Berikut isi Surat Gembala selengkapnya;
Umat Keuskupan Pangkalpinang yang terkasih, Semoga Tuhan memberimu damai. Semoga pulau-pulau bersukacita.
Bersama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu 22 Februari 2023 kita akan memasuki masa Prapaskah. Masa Prapaskah adalah masa penuh rahmat, masa dan kesempatan bagi kita untuk lebih membuka hati kepada Tuhan. Masa Prapaskah juga selalu kita maknai sebagai masa pertobatan.
Berbagai ulah tapa berupa pantang dan puasa kita lakukan bukan demi pantang dan puasa itu sendiri, melainkan dalam rangka pertobatan (metanoia), yaitu: perubahan orientasi hidup. Agar kita berubah dari orang yang ‘berpusat dan memikirkan diri sendiri menjadi orang yang lebih terarah kepada Allah dan sesama, terutama mereka yang menderita.
Pada tahun ini kita memasuki masa Prapaskah ketika sedang merayakan tahun syukur atas I00 tahun keuskupan Pangkalpinang. Kita juga ingin mengisi tahun syukur ini dengan mengadakan refleksi dan evaluasi atas upaya kita bersama untuk makin berpusat pada Kristus, membangun komunio dan melaksanakan misi.
Selama masa prapaskah ini kiranya baik kita memberi perhatian pada aspek pertobatan dalam ketiga hal tersebut.
Kita diajak untuk bertanya tentang pertobatan apa yang perlu dilakukan agar kita makin dekat dengan Kristus, makin rukun satu sama lain serta makin mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah secara konkret.
Berkaitan dengan tema ‘berpusat pada Kristus’, kita dapat bertanya tentang dua aspek yaitu pengetahuan dan relasi. Apakah yang masih perlu kita masing-masing lakukan agar kita makin mengenal Yesus Kristus? Bahwa Ia adalah pribadi yang mudah tergerak oleh belaskasihan melihat mereka yang lapar dan menderita? Bahwa di salib pun Ia mengampuni mereka yang menyalibkan-Nya? Bahwa di tengah segala kesibukan Ia sering kali mencari tempat yang hening untuk berdoa? Bahwa la mewariskan pada kita sesuatu yang amat berharga dan penting, yaitu Ekaristi? Apakah kita mencintai Ekaristi yang merupakan pusat peribadatan kita? Pertobatan apa yang diperlukan agar perayaan Ekaristi mingguan kita dirayakan dengan baik?Agar khususnya perayaan Ekaristi harian di paroki-paroki dihadiri makin banyak umat? Agar relasi kita dengan-Nya makin erat?
Tentang ‘membangun komunio’: Communio Allah Tritunggal yang kita imani adalah Allah yang murah hati dan maharahim. Pertobatan seperti apa, puasa dan pantang macam apa yang perlu kita lakukan agar kita (keluarga, kbg, kelompok kategorial, paroki) dapat menjadi kelompok yang murah hati, memiliki kepekaan dan perhatian satu sama lain, rela berbagi khususnya bagi anggota yang lemah dan menderita?
Pertobatan apa yang perlu diupayakan agar kita bersedia saling mengampuni satu sama lain, mengupayakan perdamaian, rekonsiliasi antar saudara/i atau kelompok yang masih berselisih?
Tentang ‘melaksanakan misi’:
Kita tidak ingin menjadi Gereja yang tertutup dan sibuk mengurusi diri sendiri. Gereja perlu keluar untuk melaksanakan misi, mewartakan dan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah sebagaimana dilakukan Yesus selama hidup-Nya (solider, menolong orang menderita, menyembuhkan orang sakit, mengampuni orang berdosa, dll). Kita mengetahui bersama, tantangan yang dihadapi dunia aktual sungguh kompleks. Penderitaan memiliki wujud yang beraneka ragam: orang miskin, korban aksi kekerasan dan perang, mereka yang kesepian, para pengungsi, korban perdagangan manusia, bumi yang diperkosa, dll.
Marilah mewujudkan pertobatan kita dengan solider dan peduli pada mereka. Marilah mulai dengan mereka yang paling dekat dan dengan tindakan-tindakan sederhana sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Pada kesempatan yang baik ini saya ingin meneruskan himbauan dari ketua KWI agar kita memberikan bantuan dana bagi korban gempa bumi di Turki dan Syria yang telah menelan puluhan ribu korban. Unit-unit pastoral dipersilahkan menentukan cara (kolekte kedua atau cara lain) untuk mengumpulkan dana dan mengirimkannya ke keuskupan untuk selanjutnya dikumpulkan ke KWI melalui Caritas Indonesia yang akan menyalurkannya melalui jaringan Caritas Internasional.
Umat Keuskupan Pangkalpinang yang terkasih,
Dalam pesannya untuk masa Prapaskah 2023 ini PausFransiskus mengingatkan kita: “Masa puasa dan tobat menghantar kita pada Paskah. Ret ret selama masa prapaskah bukanlah tujuan pada dirinya sendiri; melainkan sarana untuk mempersiapkan kita agar dapat mengalami sengsara dan salib Tuhan dengan iman, harapan dan kasih. Dengan demikian kita akan sampai pada kebangkitan/paskah”.
Semoga masa Prapaskah tahun ini menjadi masa penuh rahmat bagi kita semua. Semoga aneka pertobatan yang diupayakan selama masa prapaskah menjadi persiapan yang baik untuk ikut serta dalam kebangkitan Kristus yang mengalahkan dosa dan kematian. Tuhan memberkati kita semua.
Mgr. Adrianus Sunarko, OFM
Uskup Keuskupan Pangkalpinang