Bacaan pertama, 1Raja-raja 3:4-13, Salomo memohon hati yang bijaksana, agar sanggup memerintah umat Allah; Mazmur 119: 9.10.11.12.13.14, Ajarkanlah ketetapan-Mu kepadaku, ya Tuhan; Bacaan Injil Markus 6: 30-34, Mereka itu bagaikan domba-domba tak bergembala.
Homo Viator
Oleh: RD. Lucius Poya H. *)
Homo Viator. Manusia itu peziarah; ziarah menuju Tuhan. Karena hidup ini sebuah ziarah, maka harus dihayati secara seimbang. Ada saat sibuk sampai makanpun tak sempat; namun harus diimbangi dalam kesunyian bersama Tuhan, sebagaimana dilansir injil di akhir pekan hari ini.
Sibuk bekerja itu baik, namun akan menjadi tidak baik bila tak diimbangi dengan communio bersama Tuhan dalam kesunyian. Sebab ketika manusia jauh dengan Tuhan, sehingga communio dengan-Nya menjadi renggang, maka seseorang sedang mendekatkan diri dalam kuasa roh jahat. Dan bila situasi ini yang terjadi, maka kemungkinan prinsip hidup yang dibangun adalah “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi”, sebagaimana dilansir pada hari Senin.
Benar bahwa manusia butuh makanan, pakaian, dan uang sebagai sarana untuk menopang hidup. Namun semua sarana itu tak boleh membuat manusia membusung dada, tidak perlu lagi mengandalkan Tuhan dalam ziarah. Sebab bagaimana pun, Tuhan adalah andalan utama. Bila Tuhan diabaikan dalam gelanggang kehidupan, maka manusia sedang memangkas keselamatannya, sebagaimana dinasehatkan Yesus pada hari Kamis.
Yairus, perempuan pendarahan dan Yohanes Pembaptis adalah sosok peziarah sejati, yang ditampilkan dalam pekan ini, sebagaimana dilansir Injil hari Selasa dan Jumat. Sebagai peziarah, Yairus dan perempuan pendarahan sangat sadar akan siapa dirinya. Mereka menyadari bahwa manusia bukan Allah. Manusia hanyalah peziarah. Dan oleh karena itu, banyak persoalan hidup yang hanya bisa diselesaikan bersama Tuhan.
Itulah sebabnya, keutamaan mencari, menghadap, dan bersatu dengan Tuhan, bukan hanya sekedar untuk sebuah kebutuhan, melainkan harus menjadi sebuah keutamaan dalam melintasi hidup di dunia.
Sementara Yohanes Pembaptis ditampilkan sebagai sosok peziarah sejati, karena ia sadar bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, dan oleh karena itu tidak bisa digadaikan untuk kepentingan sesaat. Hidup yang sesungguhnya adalah kebahagiaan bersama Tuhan, maka harus dihiasi dengan kebenaran, walau mungkin penuh dengan resiko yang harus ditanggung.
Ya! Homo viator. Manusia itu insan peziarah. Dan oleh karena itu, hidup ini adalah sebuah ziarah; sebuah perjalanan menuju Rumah Bapa, untuk ber-communio dengan-Nya. Keutamaan ini yang harus manusia lakoni sejak di dunia.
Itulah sebabnya, Rumah Ibadat di dunia harus menjadi tujuan ziarah harian maupun mingguan bagi kaum kristiani, bukan untuk sekedar perayaan ritualistik ala orang-orang Nazareth. Sebab bila hanya pada level itu, potensi menolak Yesus dan melemparkan Dia dari gelanggang kehidupan, sebagaimana dilakoni orang-orang sekampung Yesus, sangat terbuka bagi siapa saja. Bahkan bisa saja seseorang dengan tahu dan mau membangun tameng dirinya dengan prinsip: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi”.
Justru Rumah Ibadat menjadi tujuan ziarah harian maupun mingguan, karena arah perjalanan hidup manusia itu adalah menuju kemuliaan bersama Allah di tempat kediaman-Nya. Inilah kesadaran otentik Simeon dan Hana saat menjumpai Tuhan, sebagaimana dilansir injil hari Rabu yang silam, ketika merayakan pesta Yesus dipersembahkan di kenisah. Karena memang hidup di dunia adalah sebuah ziarah untuk menjumpai Tuhan dipuncak kehidupan.
Selamat berakhir pekan. Selamat memasuki pekan ziarah berikutnya. Tuhan memberkati kita! Salam communio! ***
*). Imam Keuskupan Pngkalpinang, sedang mempersiapkan calon Paroki di Tanjung Uban, Paroki Tanjungpinang, Bintan Kepri