Sabtu Prapaskah III, Bacaan pertama Hos. 6:1-6, Aku menyukai kasih setia dan bukan kurban sembelihan; Mazmur: 51:3-4.18-19.20-21, Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan; Bacaan Injil Lukas 18:9-14, Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah.
Rendah Hati untuk Bertobat
Oleh: Alfons Liwun
Semalam (25/3/2022) pukul 23.00 wib saya masih belum tidur. Tekad untuk mengikuti acara yang disiarkan di Hidup Tv. Acara “Consecration of Ukraine and Russia to the Immaculate Herat of Mary” , Konsekrasi untuk Ukraina dan Rusia kepada Hati Maria yang Tak Bernoda yang dipimpin langsung oleh Sri Paus Fransiskus. Suasananya luar biasa hening dan benar-benar sangat mengesankan.
Soalnya, banyak umat yang hadir baik di halaman Basilika St. Petrus maupun di dalam Gerejanya. Konsekrasi untuk Rusia dan Ukraina oleh Paus Fransiskus merupakan pesan dari penampakan Bunda Maria kepada tiga bersaudara di Fatima, Spanyol. Konsekrasi ini melanjutkan apa yang sudah pernah dijalankan Paus sebelumnya.
Dalam mengikuti proses misa dan hingga pada acara konsekrasi ini, muncul dalam benak saya begini. Bertobat memang berat. Berat untuk bertobat tentu dialami oleh siapapun. Karena untuk meninggalkan cara hidup lama yang berlumpur dosa, tidak gampang. Tidak gampang karena kurang percaya pada rahmat kekuasaan Allah. Hanya mengandalkan egoisme diri, kekuatan diri sendiri, dan mengandalkan dukungan dan peralatan yang canggih dari luar dirinya. Ini persis seperti Presiden Rusia dan Ukraina. Sikap egoisme diri dan mau melibatkan negara lain yang dialami Putin dan Zelensky, mencerminkan “sikap menularkan dosa berantai” dan “membangun sikap dendam bagi masyarakat” di masa depan. Harapan, kedua pemimpin ini lekas bertobat.
Bacaan suci selama masa prapaskah mengetengahkan persiapan diri untuk merayakan kebangkitan Tuhan. Persiapan diri yang lebih ditekankan oleh Sabda Tuhan yaitu “bertobat atau pertobatan”. Bacaan pertama dan Mazmur, disana Nabi Hosea dan Pemazmur menekankan bahwa Allah lebih mengutamakan kasih setia dari umat-Nya. Allah menolak kurban sembelihan. Kasih setia yang diutamakan Allah ini merupakan sikap saling menghargai, menghormat, solider, dan peduli kepada sesama yang di sekitar kita. Jika sikap-sikap ini yang dimiliki manusia yang beriman kepada-Nya, akan jauh lebih berkomunikasi dengan Allah melalui simbol apapun. Bukan dengan kurban sembelihan yang mewah-mewah dan berharga, tetapi sesama saudara yang ada di sekitarnya tidak mengalami kasih setia: tidak peduli, tidak solider, dan bahkan masa bodoh.
Kemudian dalam bacaan Injil Lukas menampilkan dua tokoh yang kontradiktif dalam penampilan membangun relasi dengan Allah. Farisi memiliki sikap sombong, sikap kurang menghargai dan menghormati orang lain, terkhusus kepada pemungut cukai. Ia beranggapan bahwa pemungut cukai orang berdosa, mungkin juga susah bertobat, apalagi apa yang dilakukan selama ini dianggap Farisi sebagai suatu kebiasaan. Cara Farisi berpikir dan berperilaku seperti inilah disebut oleh nabi Hosea sebagai persembahan kurban sembelihan. Sementara pemungut cukai, merasa diri berdosa, namun dalam kerendahan hatinya, ia membuka diri, dan dengan ketulusan membiarkan rahmat pertobatan Allah bekerja. Niat pemungut cukai, akan mengubah cara berpikir dan kerja, menjadi hal yang positip untuk hidup selanjutnya.
Bagaimana dengan kita? Rahmat pertobatan Allah adalah tawaran bagi kita. Tawaran Allah ini menghantar kita untuk berkomunio dengan Dia. Tawaran Allah yaitu rahmat pertobatan mengandaikan ketulusan hati kita untuk membuka diri atas tawaran Allah ini. Membuka diri berarti siap untuk mau bertobat. Karena mau menerima kekuasaan Allah bekerja, tidak mengandalkan diri semata-mata.
Tokoh pemungut cukai merupakan model pertobatan yang baik untuk kita mempersiapkan diri merayakan kemenangan Tuhan pada saatnya. Tokoh Farisi, Putin, dan Zelensky, ada, membantu kita mengambil sikap positip. Sambil kita pun berdoa bagi mereka, supaya bertobat, kembali membangun diri dengan menghormati, menghargai orang lain, bukan menghandalkan kekuatan diri sendiri dan berbagai hal yang melawan kekuatan Allah. Semoga Tuhan membantu masa persiapan kita. Amin! ***
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang