Home Refleksi Minggu ke III Prapaskah: Mengimani Kristus, bertobat, bersaksi Dia benar benar Juru Selamat Dunia

Minggu ke III Prapaskah: Mengimani Kristus, bertobat, bersaksi Dia benar benar Juru Selamat Dunia

by admin

Renungan Minggu ke 3 : Mengimani Kristus, bertobat, bersaksi Dia benar benar Juru Selamat Dunia, Hati yang baru yang mampu melihat Allah yang berbelas kasih

Minggu ke 3 Prapaskah ini adalah momentum tepat untuk merenungkan tentang Yesus sebagai Juru Selamat

Robertus Edy (Fasilitator AsIPA St. Damian)

Robertus Edy (Fasilitator AsIPA St. Damian)

Sebelum merenungkan Injil Yohanes, mari melihat bagaimana sikap bangsa (Yahudi) kepada Musa utusan Tuhan  untuk membebaskan mereka dari Mesir. Ketika kehausan,  alih alih mereka bersyukur, memuji Tuhan,  bangsa itu justru:  bersungut sungut kepada Musa dan berkata: “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” (Kel1 7: 3) .

Musa pun mulai takut bangsa itu akan marah kepadanya, namun Tuhan berfirman agar Musa membawa serta para tua tua Israel untuk memukulkan tongkatnya pada gunung batu. “Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.” Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel” (Kel 17: 5). Sekali lagi Tuhan menunjukkan kasihNya, Allah yang berbelas kasihan.

Dalam permenungan saya sikap negatif  bangsa itu mengakibatkan mereka tidak mampu mengenali Allah yang berbelas kasih.  Bangsa itu masih dikuasai oleh suasana “hati yang lama”  dan belum “bertobat”

Pada bacaan ke 2, saya sangat tertarik pada Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma, “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” dalam (Rm 5: 5)  “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.

Bagi saya ayat ini, seolah Roh Kudus membisikan “hai kamu, buka hatimu untuk  menerima kasih Allah”.  Dengan membuka hati maka kamu akan memiliki “hati yang baru” Yakni hati yang penuh iman

Ketika bertemu dengan orang asing, biasanya orang akan bersikap waspada, berhati hati. Perempuan Samaria itupun berhati hati ketika Yesus berkata:” Berilah Aku minum” , perempuan itu menjawab dengan bertanya pula “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?

Diawali dengan sikap hati hati, namun dialog selanjutnya terlihat dalam suasana yang cair, bahkan Tuhan Yesus pun mulai berbicara tentang Karunia Allah, tentang siapa diriNya, tentang Air hidup yang bila (perempuan itu)percaya Yesus akan memberikan meskipun tanpa diminta. Namun perempuan Samaria itu tidaklah serta merta “ngeh” atau memahami, apa lagi percaya apa yang disampaikan Yesus, bahkan masih di melontarkannya pertanyaan pertanyaan: apakah Engkau punya Timba? Dari manakah Engkau memperoleh Air Hidup? Apakah Engkau lebih besar dari Yakub?  Ketika Yesus mengatakan bila meminum air dari sumur itu maka orang akan haus lagi, namun bila meminum air kehidupan maka orang tidak haus lagi.

Dalam perspektip atau kerangka  berpikir duniawi perempuan itu dengan antusias meminta kepada Yesus supaya memberikan air kehidupan itu, agar tidak haus lagi, tak perlu menimba lagi, Ini adalah soal yang manusiawi dan duniawi:  “Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” (Yoh 4:15)

Saudari dan saudara terkasih ketika perempuan Samaria minta Tuhan berikanlah aku air itu, berari “pintu hatinya telah terbuka”, meskipun dalam perspektif duniawi. Dan Yesus dengan lembut hati membantu perempuan ini tentang kehidupanya dan tentang imanya.

Mengupas tentang kehidupan perempuan itu dimulai  saat Tuhan Yesus meminta agar pergi dan memanggil suaminya datang ketempat dimana mereka berdialog, maka perempuan itu menjawab dengan jujur dirinya tidak bersuami, cara Yesus sungguh tidak mencemooh bahkan dengan lemah lembut mengungkapkan kehidupan nya sebenarnya. Permpuan itu tidak merasa terhina, karena tawaran air kehidupan  seolah Yesus telah mengangkat harkat martabat memberi rasa hormat, yang mungkin tidak ia terima dalam masyarakat, umumnya masyarakat disitu memandang rendah mencemooh  perempuan yang hidup bersama laki2 yang bukan dengan suaminya.

Tentang iman perempuan itu terlihat, pada Yoh 4: 19, Nyata Engkau Nabi dan puncaknya adalah    Yoh 4: 25  Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.”  Serta pada (ayat 26)  Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.”   Yesus telah membantu perempuan itu untuk merenungkan hidup dan imannya.

Perempuan yang telah mengalami sendiri akan kabar keselamatan yang dibawa oleh Yesus kepadanya, maka dengan penuh suka cita ia bersaksi, memberitakan apa yang di alaminya kepada orang lain, masayarakat disekitar kota itu.

“Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” (Yoh 4: 29)

Sejak itu banyak orang yang datang kepadaYesus karena kesaksian perempuan itu. Awalnya karena kasaksian perempuan itu,  selanjutnya mereka juga telah mengalami sendiri seperti apa yang dialami oleh permpuan itu. Mereka membuka hati dan hati mereka menjadi baru sehingga mengalami belas kasih Allah, mengalami sukacita keselamatan yang datang dari Allah, (Yoh4: 38) dan mereka berkata kepada perempuan itu: “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”

Pada masa prapaskah minggu ke 3 mari janganlah mengikuti bangsa yang bersungut sungut yang  belum mau meninggalkan suasana  “Hati yang lama” hati yang belum bertobatakan tetapi mari mengikuti dan meneladani permpuan Samaria yang mengalami  perjumpaan dengan Yesus secara pribadi setelah merasakan kabar suka cita keselamatan Allah, mengimani dan menaruh harapan padaNya yakni harapan hidup kekal, harapan untuk diselamatkan. Setelah itu jangan hanya diam berpangku tangan tetapi kabarkanlah Keselamatan yang datang dari Allah itu kepada: keluarga, komunitas dan masyarakat luas.  Dengan mengimani “Dialah benar benar Juruselamat dunia”  lalu bertobat maka mengubah  HATI YANG LAMA menjadi HATI YANG BARU.

Sebab hanya dengan hati yang baru yang mempu mengenali Allah yang berbelas kasih.


 

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.