Home Participatory ChurchChristus Center Menjadi Hamba yang Rendah Hati, Renungan Minggu Biasa XXV

Menjadi Hamba yang Rendah Hati, Renungan Minggu Biasa XXV

by Stefan Kelen

Oleh : RD Anton Moa Tolipung

Di tengah pergolakan hidup beriman yang terjadi, penulis Kitab Kebijaksanaan menandaskan hal yang sangat nyata. Hal nyata itu adalah pertentangan antara orang baik atau orang yang hidup saleh dan benar dengan dan orang jahat. Hal ini akan selalu terjadi kapan dan di mana pun.

Lantas, muncul pertanyaan mengapa demikian?. Jawaban atas pertanyaan ini pun tentu lah beragam. Tetapi ada satu jawaban yang bisa kita angkat adalah bahwa gaya hidup orang baik itu seolah-olah menjadi antithesis atas cara hidup orang jahat. Maksudnya orang baik dan pemahamannya, seakan-akan menjadi point utama kritik yang dilontarkan orang-orang jahat.

Orang yang hidup baik akan selalu menjadi gangguan bagi mereka, orang jahat. Siapapun  yang menentang pekerjaan dan cara hidup orang yang jahat, tentulah dikritik. Oleh karena itu orang-orang jahat akan selalu berusaha mencari jalan dan cara untuk mencobai orang baik, apakah orang baik itu akan tetap bertahan dalam keyakinan iman mereka.

Orang-orang jahat akan berusahan untuk menyingkirkan bahkan membinasakan orang yang baik. Penulis kitab Kebijaksanaan mengajak orang-orang baik untuk tetap bertahan dan setia pada keyakinan iman mereka. Orang saleh dan benar harus menyadari bahwa mereka memiliki daya yang amat kuat dan dahsyat. Hal ini terjadi karena  mereka memiliki hubungan yang amat erat dengan Tuhan yang mereka imani. Tuhan menjadi daya yang menghidupi orang-orang baik.

Yesus mengingatkan para murid-Nya akan bahaya ambisi untuk meraih kebesaran atau kemegahan hidup, yang keliru bahkan salah. Walaupun berstatus sebagai murid Yesus, mereka tetap memiliki ambisi manusiawi itu.

Yang terjadi, mereka bertengkar dan mempersoalkan siapakah yang paling besar di antara mereka. Mereka juga sedang meperlihatkan obesesi duniawi mereka terhadap Yesus. Obesesi mereka adalah mengharapkan dari Yesus suatu kerajaan duniawi.

Sessungguhnya, dengan fenomena itu, para murid Yesus itu, tidak memahami siapakah Yesus itu. Dengan sendirinya, nubuat kesengsaraan Guru mereka itu, tidak sesuai dengan pemehaman mereka. Mereka mempertontonkan kelemahan mereka sendiri. Ternyata, mereka memiliki pemahaman yang salah tentang jalan yang harus ditempuh oleh Yesus.

Hanya hebatnya, Yesus tidak terjebak. Yesus malah menyadarkan mereka bahwa untuk menjadi besar di antara pengikut Yesus berarti seseorang itu harus menjadi hamba yang rendah hati, bukan orang pertama yang sombong. Sebab, kebesaran dan kemegahan yang sejati justru ditunjukkan dan dialami dalam semangat pelayanan dan kesanggupan menerima semua orang, terutama mereka yang dipandang dan diperlakukan secara hina dan keji oleh dunia.

Rasul Yakobus mengingatkan kita bahwa iman akan menghasilkan kebijaksanaan. Buah kebijaksanaan adalah kebaikan dan kebenaran. Hanya hikmat/kebijaksanaan yang berasal dari Allah-lah yang akan menghasilkan kebaikan dan kebenaran sejati dalam kedamaian.

Oleh karena itu rasul Yakobus mengingatkan semua orang bahwa segala sengketa dan pertentangan, hawa nafsu, dll datang dari sikap hati yang congkak. Untuk itu, perendahan diri di hadapan Tuhan adalah jalan mutlak yang harus ditempuh oleh setiap orang beriman untuk memiliki kualitas diri sebagai orang beriman.

* Apa ambisi kebesaran hidupku sebagai orang beriman? Sebagai orang beriman, bagaimana aku telah membina dan mengembangkan diri dan hidupku? Apakah imanku telah menjadi daya yang amat kuat dan dahsyat bagi hidupku walau harus berhadapan dengan segala macam cobaan dan penderitaan? Apakah imanku telah menghasilkan buah-buah kebijaksanaan bagi diri dan hidupku? seperti apa dan bagaimana buah kebijaksanaan imanku itu?

Selamat dan semangat beraktivitas pada hari Minggu ini.

Mari senantiasa membina dan mengembangkan daya hidup beriman kita. Mari membangun kebesaran diri dan hidup kita di dalam kebijaksanaan iman untuk menghasilkan buah-buah kebaikan bagi semua orang dalam kemuliaan Allah.  Tuhan memberkati. (***)

*) RD Anton Moa Tolipung adalah Dosen Teologi Moral di STFT St Yohanes Pematangsiantar, SUMUT

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.