Halaman samping Gereja Katedral St. Yosef Pangkalpinang, berdiri barisan penari ibu-ibu dan bapak-bapak. Barisan penari dipagari dengan barisan penabu gong wani. Tarian Hegon, tarian penjemputan barisan selebran perayaan syukur 25 tahun Imamat RD. Antonius Moa Tolipung dan RD. Pieters Patrisius Padiservus, kedua imam milik Keuskupan Pangkalpinang.
Perayaan syukur 25 tahun imamat dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko ofm. Karena alasan prokes dan demi menjaga kenyamanan dalam perayaan syukur ini, para imam yang lain sudah lebih dahulu menempati tempat duduk yang sudah disiapkan, di samping panti imam Gereja Katedral.
Dalam kata pengantar liturgi perayaan syukur 25 tahun imamat, Rm. Piter menyampaikan ucapan syukur dan kegembiraannya atas perayaan 25 tahun selama ini berkarya bersama keluarga besar umat, imam dan biarawan-biarawati Keuskupan Pangkalpinang.
Sementara dalam kotbah, Rm. Anton, yang selama 21 tahun menjadi dosen dan Pembina para frater di Seminari Tinggi St. Petrus Pematang Siantar menegaskan “perjalanan panggilan saya menjadi imam jauh berbeda dengan perjalanan panggilan nabi Yeremia dalam bacaan pertama.
Lebih lanjut Rm. Anton, dosen pengampu mata kuliah Moral, menceritakan bahwa awalnya saya tidak mau menjadi imam. Tetapi saya mau menjadi frater. Mengapa? Karena pengalaman saya dalam keluarga. Bapak saya, orang yang keras tetapi bisa luluh karena frater. Karena pengalaman itu, saya dalam hati mengatakan kepada bapak saya: tunggu saya jadi frater. Juga dalam permainan dengan anak-anak sehari-hari, saya tidak pernah berperan sebagai bapak. Begitu juga, ketika melihat pisang masak di rumah, saya mengambilnya dan memotong kecil-kecil, seperti hosti. Saya paksa anak-anak yang ada itu berbaris kemudian saya membagikannya seperti layaknya seorang pastor membagikan hosti.
Panggilan saya baru muncul menjadi imam, ketika alm. Bapa Uskup Hilarius dipilih menjadi uskup Keuskupan Pangkalpinang. Saya kemudian melamar dan diterima menjadi calon imam dan imam di Keuskupan Pangkalpinang hingga saat ini, tambah Rm. Anton.
Kisah perjalanan panggilan selama 25 tahun imamat dimaknai Rm. Anton dengan motto tahbisannya yang diambil dari Yohanes 3: 30: “Ia harus semakin besar tetapi aku harus semakin kecil” Bahwa dalam menapaki panggilan ini, tidak bebas dari godaan-godaan dan hambatan.
Godaan dan hambatan selalu ada. Selalu datang bersamaan dengan bertumbuhnya panggilan. Dan dalam proses ini, Rm. Pieter mengajak kita untuk memaknai motto tahbisannya yang dikutip dari Mazmur 138: 8a: “Tuhan akan menyelesaikannya bagiku”. Bahwa dalam godaan dan hambatan, kita menyerahkan pada Tuhan, biarlah Tuhan yang menyelesaikan-Nya bagi kita yang beriman kepada-Nya.
Perayaan syukur 25 tahun sebenarnya jatuh pada tanggal 2 Februari namun karena alasan situasi Covid-19 perayaan syukur ini dilaksanakan pada 7 Februari 2022. Perayaan syukur dimeriahkan oleh koor gabungan komunitas suster KKS dan Komunitas Santa Anna, Selindung dengan lagu-lagu khas buku Nyanyian Exsultate.
Sebelum penutup perayaan syukur, Rm. Anton mewakili jubilaris mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Bapa Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Para imam, Religius, semua Umat, panitia dan para donatur, yang dengan cara mereka telah membantu terselenggaranya perayaan syukur imamat 25 tahun.
Bapa Uskup sebelum menutup ekaristi dan berkat meriah pun menyampaikan terima kasih kepada kedua orangtua dan keluarga yang telah memberikan Rm. Anton dan Rm. Pieter untuk menjadi imam dan berkarya di Keuskupan Pangkalpinang ini. Semoga kedua romo kita ini semakin kuat seperti Daud, bijaksana seperti Salomo,…..
Setelah perayaan syukur di Katedral, para imam, kedua jubilaris, barisan gong wani, biarawan-biarawati dan tamu undangan mengikuti acara ramahtamah di halaman Keuskupan Pangkalpinang. **al**