Pekan Biasa ke XXXI
Bacaan 1, Rm. 13: 8-10, Kasih itu kegenapan hukum; Mzm. 112: 1-2.4-5.9, Orang baik menaruh belaskasihan dan memberi pinjaman; Bacaan Injil Lukas 14: 25-33, Yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya tidak dapat menjadi murid-Ku.
Berjalan Bersama Yesus: Menyangkal Diri dan Memikul Salib
Oleh: RD. Paskalis Fransiskus, Pastor Keuskupan Pangkalpinang
Sanak keluarga yang terkasih….
Setelah membaca dua bacaan suci hari ini, saya bertanya dalam hati; mengapa bacaan ini ditempatkan setelah Gereja merayakan dua perayaan besar, Hari Raya Semua Orang Kudus dan Perayaan arwah semua umat beriman? Apa hubungan antara kedua perayaan besar itu dengan bacaan-bacaan hari ini?
Setelah merenungkan lebih jauh, saya menarik sebuah garis untuk menghubungkan dua perayaan itu dengan bacaan yang berbicara tentang usaha penyangkalan diri dan memikul salib. Rupanya spirit kemuridan menjadi dasar bagi Yesus untuk menguji kita semua tentang cinta dan kesetiaan kita pada-Nya.
Orang-Orang Kudus yang telah berbahagia di Surga adalah sebuah gambaran konkret bagaimana mereka tekun dan setia menjadi murid Yesus selama hidup dan perjuangan mereka untuk menyangkal diri. Karena kesetiaan sebagai murid itulah, Yesus menganugerahkan kepada mereka semua, mahkota kemuliaan surga yang tidak bisa dirampas lagi dari mereka.
Sementara sanak keluarga yang sedang berada di api penyucian adalah sebuah kekurangsempurnaan penghayatan akan identitas sebagai murid Yesus sehingga mereka masih merindukan belaskasihan Yesus untuk menebus mereka.
Berangkat dari dua perayaan itu, saya kemudian merenungkan lebih jauh panggilan kita untuk menjadi murid Yesus dengan segala pahala dan ganjaran yang akan diterima sebagaimana yang kita dengar dalam Injil hari ini. Semua orang bisa menjadi murid Yesus, tetapi tidak semua dapat secara penuh menghayati jati diri-Nya sebagai murid. Sebab, bagi Yesus, menjadi murid, orang harus: terus menerus menyangkal diri dan memikul salib setiap hari sambil mengikuti Dia.
Menyangkal Diri”, yakni sebuah sikap yang tidak lagi memikirkan kepentingannya sendiri atau kesenangannya. Menyangkal diri berarti menempatkan kebenaran dan kehendak Allah lebih tinggi daripada keinginan pribadi. Hal ini tidak mudah, karena kita sering melakukan sesuatu yang kita anggap gampang dan menguntungkan kita, tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya diinginkan oleh Tuhan dalam kehidupan kita.
Syarat ini harus disertai dengan usaha pertobatan yang terus-menerus, karena penyangkalan diri melibatkan kerendahan hati. Penyangkalan diri yang terus-menerus yang didasari oleh kebenaran dan kasih kepada Allah, akan semakin membuat diri kita menjadi semakin mirip dengan Kristus. Dan penyangkalan diri akan membawa kita kepada kebebasan, karena kebenaran adalah membebaskan (lih. Yoh. 8:32).
Dengan kebebasan yang benar ini, maka kita juga akan semakin mengikuti perintah Allah dengan lebih mudah dan lebih siap sehingga menjadi bagian dan kebiasaan dari jiwa kita.
Memikul salib berarti rela berkorban dan menderita demi kepentingan Yesus dan Kerajaan-Nya. Artinya salib adalah semua penderitaan yang kita alami secara pribadi, entah besar atau kecil supaya menghasilkan kebahagiaan bagi sesama manusia. Yesus sendiri juga dalam bagian Injil yang lain berkata: “Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku ia akan memperolehnya.” (Mat. 16:25). Dengan demikian jelas bagi kita semua bahwa jika orang rela berkorban bahkan sampai kehilangan nyawa demi Yesus dan Kerajaan-Nya, ia akan mendapat pahala yang indah, sebagaimana pahala yang diterima oleh Para Kudus. Amin. Salam Komunio! ***