Home KATEKESE Renungan Harian Jumat 10 Juni 2022

Renungan Harian Jumat 10 Juni 2022

by Alfons Liwun

Edisi Hari Jumat Pekan X Masa Biasa Tahun C/II; Bacaan 1 Raja-raja 19: 9a. 11-16, Elia berdiri di atas gunung, di hadapan Tuhan; Mazmur 27: 7-8a. 8b-9abc. 13-14, Wajah-Mu kucari, ya Tuhan; Matius 5: 27-32, Barangsiapa memandang wanita dengan menginginkannya, dia sudah berbuat zinah di dalam hatinya.

Kenyataan Dosa: Di Antara Relasi Dengan Allah & Dengan Sesama

RD. Marcel Gabriel *)

Para Pembaca BERKAT News yang terkasih: Salam Komunio & Mari berjalan Bersama dalam Missio!

Hidup dan perjalanan kita, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai insan beriman, tidak dapat kita lepaskan dari relasi sosial dengan sesama manusia, dan dari relasi religious-spiritual dengan Allah. Entah kita suka atau tidak suka, relasi dengan sesama manusia dan dengan Tuhan Allah selalu melekat-erat dengan keberadaan atau eksistensi kita sebagai manusia.

Sesama manusia di satu sisi dan Tuhan Allah di sisi yang lain, selalu akan ada, hadir, dan mempengaruhi cara kita berelasi atau cara kita menghayati dan mewujudkan diri sebagai makhluk sosial maupun sebagai insan beriman!

Dari Perjamuan Malam Terakhir hingga Kotbah di Bukit

Sebagai para pengikut Kristus, bagi kita upaya untuk menghayati dan mewujudkan diri sebagai makhluk sosial maupun sebagai insan beriman, selalu akan merujuk kepada pribadi Tuhan kita Yesus Kristus dan apapun saja yang Dia ajarkan, baik melalui sikap dan tindakan maupun melalui Firman-Nya. Di dalam dan Bersama Tuhan kita Yesus Kristus ini dan Firman-Nya, kita menemukan semacam pedoman untuk mengatur perjalanan hidup kita dari hari ke hari.

Gejala alam muncul sebelum Tuhan lewat, dialami oleh Elia (foto:katekese.com)

Sejak Hari Jumat Pekan IV Paskah melewati HR Pentekosta dan masuk ke dalam Hari Jumat Pekan X Masa Biasa Tahun C/II ini, Tuhan kita Yesus Kristus telah membawa dan mengingatkan kembali kita kepada dua peristiwa penting, yang menjadi pedoman arah untuk perjalanan hidup kita hari-hari ini. Arah pedoman penting itu adalah peristiwa Perjamuan Malam Terakhir dan Kotbah di Bukit. Kita menekankan ini di dalam Liturgi, di mana Bacaan Injil selalu dibuka dengan kata-kata ini: “Dalam amanat perpisahan-Nya ……!” dan  “Dalam Kotbah di Bukit …!”

Amanat Agung Cintakasih sebagai dasarnya

Pada Perjamuan Malam Terakhir, Tuhan kita Yesus Kristus memberikan Amanat Agung Cintakasih kepada para murid-Nya. Kepada para murid itu diberikan perintah untuk hidup di dalam persekutuan kasih dengan Allah, yang harus mereka buktikan dengan menjadi pelaku-pelaku Firman Allah dan pelaku tindakan amal-kasih kepada sesama.

Amanat Agung Cintakasih memberi gambaran tentang cara hidup yang harus ada dan yang harus terjadi serta yang harus dapat dilihat dari para murid Yesus, dengan dua cakupan relasi, yakni relasi dengan Allah dan relasi dengan sesama. Kotbah di Bukit lebih jauh memberikan arahan konkrit tentang bagaimana hubungan para murid itu dengan Allah dan dengan sesama harus dihayati oleh para murid.

Kegagalan dalam menghidupi hukum & perintah Tuhan

Tentang relasi dengan Allah, Bacaan dari Kitab Pertama Raja-raja mengingatkan kita akan kasus Umat Pilihan Allah, yang gagal menghayati diri sebagai insan beriman, sekalipun diberikan para Nabi untuk mendampingi mereka. Nabi Elia, dalam Bacaan kita hari ini, menyampaikan tentang kegagalan Umat Pilihan Allah dalam Perjanjian Lama ini, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam, karena orang Israel telah meninggalkan perjanjian-Mu; merka telah meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu, dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang. Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku, (1Raj.19: 14).”

Wejangan Yesus di Bukit untuk para murid dan pendengar-Nya (foto:katekese.com)

Sekalipun dari sisi manusia, relasi dengan Allah itu tidak selalu dapat dihayati dengan baik, dari sisi Allah: perhatian dan kasih sayang-Nya kepada bangs itu tetap ada. Melalui Elia, Allah memilih bagi bangsa itu, raja-raja yang menjadi pemimpin umat-Nya untuk kehidupan sosial-kemasyarakatan, dan nabi yang akan memimpin umat-Nya untuk hidup keagamaan: Hazel raja atas Aram, Yehu raja atas Israel, dan Elisa bin Safat dari Abel-Mehola diurapi menjadi nabi, (1Raj.19: 15-16).

Bahaya-bahaya yang mengancam relasi sosial

Selain mengingatkan kita, bahwa sekalipun Israel,- dan demikian juga Gereja dengan saudara dan saya sebagai anggotanya,- bisa gagal dalam menghayati hukum-hukum dan perintah-Nya, melalui Firman-Nya dalam Bacaan Injil kemarin dan hari ini, Yesus mengingatkan kita tentang adanya bahaya-bahaya atau kenyataan dosa, yang ada di tengan-tengah kita, yang bisa mendorong kita ke jalan yang salah dan melawan Tuhan. Secara khusus, bahaya-bahaya itu muncul dalam ranah relasi atau hubungan kita dengan sesama manusia.

Dalam konteks atau ranah relasi sosial-kemanusiaan ini, Yesus mengingatkan kita supaya, jangan suka mengkafir-kafirkan orang, jangan mudah marah dan mengata-ngatai orang sebagai “jahil”, (Mat. 5: 21-22). Terhadap bahaya dosa perzinahan, Yesus mengingatkan kita, ketika memandang seseorang dengan menginginkannya, kita sudah masuh ke dalam tahap awal dari dosa perzinahan tersebut, ((Mat. 5: 27-28).

Demikianlah ada banyak jebakan dosa yang mengancam kehidupan kita, baik menyangkut hubungan kita dengan Allah maupun hubungan kita dengan sesama. Kita mohon bimbingan Roh Kudus, agar dapat menghayati kedua tingkat hubungan ini dengan baik dan sehat. Tuhan senantiasa memberkati kita semua. Amin!  .***

*). Imam Keuskupan Pangkalpinang, sekarang bertugas sebagai Sekretaris General PIPA Keuskupan

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.