Home JEJAK MISI Renungan Harian Jumat 24 Juni 2022

Renungan Harian Jumat 24 Juni 2022

by Alfons Liwun

Memahami & Menjawab Ungkapan Cinta Tuhan

Hari Raya Hati Terkudus Tuhan Yesus Kristus; Bacaan pertama, Yehezkiel 34: 11-16, Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring tenang; Mazmur 23: 1-3a. 3b-4. 5. 6, Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan; Bacaan kedua, Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma 5: 5b-11, Allah melimpahkan kasih-Nya atas kita; Bacaan Injil  Lukas 15: 3-7, Bergembiralah bersama dengan daku, sebab dombaku yang hilang telah kutemukan.

 Oleh: RD. Marcel Gabriel *)

Para pembaca Berkatnews.com yang terkasih: Shalom!

Apa yang perlu saudara ketahui ketika seseorang menyatakan kepadamu, “I LOVE YOU?” Dan apakah bedanya kalau pernyataan atau ungkapan cinta kepada anda itu datangnya dari Tuhan Allah kita sendiri? Pertanyaan inilah yang akan kita refleksikan berdasarkan Firmaan Tuhan dalam Bacaan-bacaan Hari Raya Hati Terkudus Tuhan kita Yesus Kristus pada hari ini, Jumat, 24 Juni 2022.

Dua kepentingan yang ditegaskan

Ketika seseorang secara serius mengungkapkan cintanya kepda saudara, ingatlah bahwa ada dua kepentingan yang sedang dipertemukan, yakni kepentingan dirinya dan tentu saja kepentingan anda juga, ketika anda menyambut atau membalas dan menyatakan setuju untuk menerima cinta orang terebut. Hal yang sama juga terjadi ketika ungkapan cinta itu datang dari Tuhan Allah sendiri. Kita lihat apakah kepentingan Allah dan apa pula kepentingan kita dalam ungkapan kasih-mengasihi ini?

Ungkapan kasih seorang manusia, pada sisi tertentu unsur ego menjadi dominan. Seseorang menyatakan mencintai dirimu karena dia ingin memiliki dirimu. Begitu juga ketika anda menyambutnya, ada hal yang sama yang anda inginkan, yakni bahwa anda juga ingin memiliki dirinya! Ungkapan kasih manusia ini berangkat dari situasi “belum memiliki” menuju “saling memiliki” ketika menemukan tanggapan yang menerimanya.

Hati Terkudus Tuhan Yesus, wujud Kasih Tanpa Batas dan Syarat (foto:katolikana.com)

Sedikit berbeda ungkapan kasih Allah kepada kita, karena kita diciptakan oleh-Nya, dan kita adalah milik-Nya Allah. Maka ungkapan kasih Allah kepada saudara dan saya adalah ungkapan kasih dari Sang Pencipta kepada makhluk ciptaan-Nya. Status kepemilikan antara Allah dengan kita, makhluk ciptaan-Nya, sudah ada!

Dalam Nubuat Yehezkiel (34: 11-16) dan Injil Lukas (15: 3-7) hari ini, Tuhan Allah memperkenalkan diri kepada manusia, ciptaan-Nya, sebagai Gembala! Selanjutnya, Rasul Santo Paulus dalam Surat kepada Jemaat di Roma (5: 5b-11) menegaskan bahwa hubungan yang ada di antara Tuhan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya, adalah “hubungan kasih.” Hubungan kasih yang dijalin Allah, suatu hubungan yang melebihi dari hubungan yang dibangun manusia. Tuhan Allah telah mengambil langkah pertama dalam tindakan kasih ini.

Setelah menciptakan manusia, manusia itu jatuh ke dalam dosa dan hidup dalam perseteruan dengan Allah, maka Allah memutuskan, untuk mencurahan kasih-Nya kepada kita oleh Roh Kudus, yang telah dikaruniakan kepada kita. Kitapun diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, (Rom.5: 5b. 10-11). Disinilah, kita menemukan bahwa hubungan kasih Allah, merupakan hubungan pengorbanan-Nya tanpa batas dan syarat.

Lepas dan kemudian Kembali kepada Allah

Ungkapan cinta Allah ini, sebagaimana dengan ungkapan cinta yang ada di antara manusia, ketika disampaikan, dia membutuhkan tanggapan, yang oleh karena kehendak bebas manusia, dapat saja berupa penerimaan atau penolakan.

Yesus Gembala yang Baik, keluar, mencari, menemukan dan membawa pulang yang hilang (foto:sesawi.net)

Ketika manusia keluar dari persekutuan dengan sesamanya, sebagaimana domba yang hilang itu keluar dari kawanannya, manusia sesungguhnya sudah mengambil jalan “menolak Allah.” Karena itu, ketika Allah menghadirkan diri-Nya sebagai seorang gembala, Dia sesungguhnya bertindak untuk memulihkan kembali hubungan antara diri-Nya dengan manusia, yang terputus oleh tindakan manusia itu. Keputusan yang diambil oleh Allah adalah supaya manusia itu selamat. Seperti seorang gembala, Tuhan Allah tidak menginginkan seekorpun dari kawanan domba-Nya hilang binasa. Dia segera mencari untuk menemukannya kembali. Inilah wujud kasih Allah, yang digambarkan kepada kita melalui peran-Nya sebagai gembala sekaligus pemilik kawanan domba itu!

Tanggapan manusia yang dinantikan oleh Allah

Tanggapan terhadap ungkapan kasih Allah itu secara ideal, disuarakan oleh Pemazmur. “Tuhan adalah gembalaku, aku tidak akan berkekurangan”, (Mzm. 23: 1).  Tanggapan yang kooperatif seperti ini, sungguh dharapkan oleh Tuhan Allah dari saudara dan saya. Bagaimana kita tahu bahwa tanggapan kita itu dinantikan oleh Allah? Kita lihat apa yang terjadi setelah domba yang hilang itu dibawa kembali ke rumah pemiliknya.

Di sana ada sukacita dan kegembiraan, yang bukan hanya dialami oleh Allah, sebagai pemilik domba itu, tetapi juga kegembiraan itu meliputi semua yang ada bersama Allah. Karena inilah ungkapan kasih Allah yang kita baca, yang dari Hatinya yang terkudus terwujud dalam tindakan-Nya untuk keluar, mencari dan menemukan yang hilang itu, “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan”, (Luk. 15: 7).

Begitulah ketika kita menyadari dosa dan kesalahan kita, lalu bertobat dan kembali kepada Tuhan, atau membuka diri dan memyerahkan diri untuk ditemukan oleh-Nya, akan ada kegembiraan besar di sorga. Kebinasaan manusia bukanlah hal yang dikehendaki oleh Allah. Keselamatan kita manusia itulah yang menyukakan hati Allah. Selamat Hari Raya Hati Terkudus Tuhan Yesus Kristus. Berkat-Nya menyertai kita semua. Amin!***

*). Imam Keuskupan Pangkalpinang, sekretaris General PIPA Keuskupan.

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.