Pekan Biasa XXXII, Tahun B/I.
Peringatan wajib St. Martinus de Tours, Usk
Kerajaan Allah Berarti Allah Meraja
Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi
Saudara-saudari yang tercinta.
Dalam bacaan I (Keb 7:22-8:1) ditegaskan sifat-sifat kebijaksanaan, antara lain, “di dalam dia ada roh yang arif dan kudus, tunggal, majemuk dan halus, mudah bergerak, jernih dan tidak bernoda, terang, tidak dapat dirusak, suka akan yang baik dan tajam, tidak tertahan, murah hati dan sayang akan manusia, tetap, tidak bergoyang dan tanpa kesusahan, mahakuasa dan memelihara semuanya serta menyelami sekalian roh, yang arif, murni dan halus sekalipun, lebih indah dari pada matahari, bahkan lebih terang daripada siang, jika terang bisa berganti malam kebijaksanaan tidak dapat dikuasai kejahatan, dan ia mengalahkan setiap tempat bintang-bintang”(ay. 22-23.29-30). Kebijaksanaan lebih lincah dari segala gerakan, karena dengan kemurniannya ia menembusi dan melintasi segala-galanya (ay. 24).
Kebijaksanaan adalah pernafasan kekuatan Allah, dan pancaran murni dari kemuliaan Yang Mahakuasa, pantulan cahaya kekal, dan cermin tak bernoda dari kegiatan Allah, dan gambar kebaikan-Nya. Karena itu tidak ada sesuatupun yang bernoda masuk ke dalamnya (ay. 25-26).
Ia tunggal namun mampu akan segala-galanya, dan walaupun tinggal di dalam dirinya, namun membaharui semuanya. Dari angkatan yang satu ke angkatan yang lain, ia beralih masuk ke dalam jiwa-jiwa yang suci, yang olehnya dijadikan sahabat Allah dan nabi, meluas dari ujung yang satu ke ujung yang lain, dan halus memerintah segala sesuatu (ay. 27-28 dan 8:1).
Intinya, Kebijaksanaan itu ada dan tinggal dalam diri manusia dan selalu membaharui manusia (ay. 27).
Dalam Injil (Luk 17:20-25), orang Farisi bertanya kepada Yesus: “Kapan kerajaan Allah datang?” Yesus menjawab, “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah. Tidak dapat dikatakan, ‘lihat, ia ada di sini,’ atau ‘ia ada di sana.’ Sebab sesungguhnya kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengah-mu.”
Bagaimana dengan kita?
Membaca sifat dan ciri kebijaksanaan dalam Keb 7:2-8:1, kita bisa bertanya kepada diri kita, Adakah di antara kita yang sudah bijaksana? Saya yakin kita akan menjawab kebijaksanaan itu hanya milik Allah dan tidak ada satupun di antara manusia yang bijaksana, melainkan mungkin hanya ‘bijak’, itupun dengan segala keterbatasan.
Dari sifat dan ciri kebijaksanaan di atas harusnya kita berani merenungkan atau merefleksikan bagaimana hidup kita di masa ini? Sebab dalam diri kita ada sifat dan ciri kebijaksanaan itu, sehingga kita berani mengatakan, kita belum bijaksana tetapi mungkin sudah bijak.
Kita boleh merenungkan: Sudahkah kita ‘murah hati dan sayang akan alam sekitar dan sesama manusia?’ sebagaimana Allah yang murah hati? Sebagaiamana namanya murah hati berarti hatinya dijual murah, harus nampak dalam perilaku sehari-hari: memberi perhatian kepada siapapun, dan tentu saja pertama-tama kepada alam sekitar dan sesama manusia.
Perhatian itu dapat berupa sapaan, sentuhan, kehadiran, kebersamaan atau pemberian entah harta benda, uang atau tenaga, dengan kata lain memboroskan waktu dan tenaga bagi yang harus diperhatikan.
Kita diingatkan pentingnya pemborosan waktu dan tenaga bagi manusia, dan tentu saja pertama-tama mereka yang dekat dengan kita, entah suami atau isteri, anak-anak, kakak/adik atau rekan kerja, mereka yang hidup dan bekerja bersama dengan kita.
Kebjaksanaan itu sudah ada dan tinggal dalam diri kita. Namun kita masih juga bertanya mengenai tanda-tanda kehadiran-Nya. Kehadiran Kerajaan Allah dan kapan waktunya akan datang. Jawaban Yesus dalam Luk 17:20-25 sudah jelas dan akan tetap sama sepanjang segala abad yaitu, tidak akan ada tanda-tanda yang diberikan. Mengapa tanda itu tidak diberikan? Karena kita sendiri harus peka terhadap tanda-tanda kebijaksanaan itu, sehingga ada kesadaran dan inisiatif untuk mendengar dan menaatinya dan tidak bertindak semau-mau kita.
Contoh sederhana: jam kantor atau jam sekolah, kita tidak perlu menunggu bel berbunyi baru berlarian masuk kerja/kelas. Harusnya kita siap sedia setiap saat tanpa menunggu tanda-tanda agar hidup kita bukan hidup yang berpamrih dan berharap akan kehidupan baik namun tidak mau bersusah payah dan berusaha keras.
Dengan demikian kita idak akan mudah terpengaruh jika ada orang yang mengaku pandai membaca tanda-tanda dan mengatakan kapan kiamat. Orang-orang Farisi sudah gagal luput melihat tanda-tanda kehadiran kebijaksanaan yaitu Yesus, jangan pula kita mengilangi kegagalan itu karena terlalu sibuk dengan masalah dunia.
Maka pada hari kita merayakan peringatan wajib St. Martinus de Tours, kita diajak meneladan cara hidupnta yang telah memberi teladan semangat berkorban dan melayani Kerajaan Allah dengan rendah hati dan bijak. Sekalipun ia adalah anak seorang kaya, namun ia dapat melihat Tuhan dalam diri pengemis. Semoga, Tuhan memberkati. ***