Home KATEKESE Renungan Harian Kamis 17 Maret 2022

Renungan Harian Kamis 17 Maret 2022

by Alfons Liwun

Hari Kamis Prapaskah II, Tahun C/II.

Peringatan fakultatif St. Patrisius, uskup. Bacaan pertama Yeremia 17: 5-10, Terkutuklah yang mengandalkan manusia. Diberkatilah yang mengandalkan Tuhan; Mazmur 1:1-2.3.4.6, Berbahagialah orang yang menaruh kepercayaannya pada Tuhan; Bacaan Injil Lukas 16: 19-31, Engkau telah menerima segala yang baik.

 Prioritaskan Kekayaan (Talenta) Untuk Mengasihi Tuhan Dan Peduli Pada Sesama

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)

Salam sehat saudaraku tercinta,

Dalam Bacaan I (Yer. 17: 5-10), melalui nabi Yeremia Allah menegaskan bahwa “setiap orang yang mempercayakan kehidupan mereka kepada sesama manusia adalah orang-orang yang malang.” Yeremia menyebut mereka terkutuk karena, ketika mereka meletakkan pengharapan pada kekuatan manusia, saat itu hati mereka sudah menjauh dari Tuhan (ay. 5-6). Namun, “setiap orang yang bergantung kepada Tuhan, baginya selalu tersedia berkat.” Ia bagaikan pohon yang terus menghasilkan buah sekalipun tidak pada musimnya (ay. 7-8). Tuhan bukanlah pemberi harapan palsu, melainkan satu-satunya Pribadi yang sanggup memberikan pengharapan yang sejati.

Kita tidak dapat bersembunyi dari Tuhan, sebab Tuhan menyelidiki hati, menguji batin, memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya (ay. 9-10).

Dalam Injil (Luk. 16:13-27) Yesus menyampaikan perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin. ‘Hidup orang kaya itu selalu dalam kemewahan’ sementara Lazarus dikatakan ‘badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.’

Dikisahkan keduanya akhirnya mati. Setelah kematian, digambarkan orang kaya itu dikuburkan dan ‘mengalami penderitaan’ di alam maut serta memohon belas kasihan Abraham. Sementara Lazarus dikatakan setelah kematian ‘ia dibawa malaikat ke pangkuan Abraham,’ dan ‘hidup bahagia di pangkuan Abraham.’ Orang kaya itu sangat mengenaskan karena harapannya untuk mendapatkan setetes air saja tidak dikabulkan.

Kisah Orang Kaya dan Lazarus-Hidup tanpa kepeduliaan (foto:hidupkatolik.com)

Abraham berkata: “Engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.” “Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”

Harapan orang kaya itu agar ada yang mengingatkan anggota keluarganya yang masih hidup supaya juga tidak gagal karena “pada mereka sudah ada kesaksian Musa dan para nabi; harusnya mereka mendengarkan kesaksian itu” sebab “jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”

Bagaimana dengan kita? Ada orang yang mengatakan, uang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Memang benar, untuk menjalani hidup ini kita membutuhkan uang. Akan tetapi, kalau hanya berfokus mengejar uang, kita akan kehilangan segalanya dan menuju kebinasaan.

Hal itu ditegaskan Yesus melalui perumpamaan Orang kaya dan Lazarus yang miskin. Orang kaya, tidak dapat mengandalkan statusnya sebagai anak Abraham (Luk. 16: 24) bisa masuk surga. Kenyataan setelah kematian, ia malah berada di neraka. Pasalnya, ia tidak mengasihi Allah dan sesama. Sebaliknya, Lazarus adalah orang miskin dan penuh borok, hidupnya dikucilkan dari masyarakat karena dianggap orang berdosa, bukan anak Abraham, justru menikmati surga bersama, bahkan di pangkuan Abraham.

Saling Belajar dari Sabda Allah di KBG (foto:groupfasliat)

Melalui nabi Yeremia Allah mengingatkan kita bahwa Firman Tuhan memang tidak selalu menawarkan kata-kata dan janji yang manis. Terkadang, Allah dapat menegur dan memberikan peringatan keras lewat firman-Nya. Sekalipun demikian, firman yang keluar dari mulut Allah sungguh sangat teruji. Allah bukanlah Pribadi yang terombang-ambing dalam ketidakpastian. Firman Allah tidak memberikan harapan palsu. Yesus menunjukan perumpamaan orang kaya dan Lazarus yang miskin kepada kita dengan tujuan agar kita jangan tidak peduli kepada sesama, jangan merasa benar dan merasa layak masuk surga karena mengklaim sudah dibaptis menjadi anak Allah, saudara Yesus.

Yesus menegur kita sekalipun berstatus anak Allah, jika kita tidak memiliki kasih, kita akan berakhir seperti orang kaya tersebut. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa menjadi kaya itu dosa. Masalahnya adalah apakah kekayaan itu menguasai diri kita? Apakah kekayaan itu kita gunakan untuk memedulikan sesama dan mengasihi Tuhan? Alkitab selalu mengingatkan agar kita tidak terjebak dan tergoda oleh materi sehingga berakhir binasa. Sebab, jika tidak memprioritaskan Allah dan sesama untuk dikasihi, sesungguhnya kita sedang menuju kebinasaan.

Belajar dari perumpamaan ini, mari kita tidak menikmati kekayaan bagi diri kita saja. Sebaliknya, harta adalah sarana menyatakan kasih kepada Allah dan sesama selama kesempatan masih ada. Jika diberi kekayaan, biarlah hati kita tidak terpaut padanya. Kita senantiasa harus terpaut kepada Allah dan mengasihi sesama. Hari ini kita mendapat contoh dari St. Patrisius, uskup Irlandia, kelahiran Inggris namun sangat mencintai dan peduli kepada bangsa Irlandia yang saat itu masih kafir, bahkan berhasil mempertobatkan banyak orang Irlandia. Semoga, Tuhan memberkati. ***

*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.