Dalam pekan Paskah V, Tahun C/II; Bacaan pertama, Kisah Para Rasul 15: 7-21, Kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah; Mazmur 96: 1-21.2b-3.10, Kisahkanlah karya-karya Tuhan yang ajaib di antara segala suku; Bacaan Injil Yohanes 15: 9-11, Tinggallah di dalam kasih-Ku, supaya sukacitamu menjadi penuh.
“Menuruti Perintah Yesus”
Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)
Selamat sejahtera saudaraku tercinta,
Dalam bacaan I (Kis. 15: 7-21), diceritakan bahwa Paulus dan Barnabas yang diutus oleh jemaat Antiokhia ke Yerusalem. Mereka diutus untuk membahas masalah sunat, dalam sidang bersama para rasul dan penatuah di Yerusalem. Dalam sejarah Gereja sidang para rasul ini disebut Konsili pertama.
Dalam sidang yang diadakan ini, menjelaskan dan menekankan dua hal utama. Pertama, Tuhan tidak membeda-bedakan orang Yahudi dan non-Yahudi. Kedua, keselamatan diperoleh dari kasih karunia Allah dalam Yesus.
Pernyataan Petrus diteguhkan oleh Yakobus. Alasannya adalah tiada seorang pun yang boleh menyulitkan dan menghambat seseorang berbalik kepada Allah. Meski demikian, orang percaya yang berasal dari non-Yahudi patut diberikan bimbingan untuk memahami apa yang harus mereka patuhi dalam hal perilaku hidup. Inilah yang dikenal “pendidikan katekumenat”.
Dalam Bacaan Injil Yohanes (15:9-11), dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu, tinggalllah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya ini kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”
Bagaimana dengan kita? Hari ini kita kembali diingatkan bahwa dalam amanat terakhirnya Yesus meninggalkan satu warisan kepada kita yaitu: kasih-Nya. Dan kita juga sudah dipesan oleh Yesus bahwa kita dapat merasakan kasih-Nya itu kalau kita menuruti perintah-Nya.
Hubungan kasih kita dengan Yesus memang berbeda dengan hubungan kasih kita dengan sesama. Biasanya hubungan kita dengan orang yang sudah meninggal (siapapun dia), meskipun dulu hubungannya sangat akrab (suami-istri), tetapi hubungan kasih ini lama kelamaan akan menghilang dan tinggal kenangan. Berbeda dengan Yesus.
Hubungan kasih dengan Yesus tidak pernah hilang, karena Yesus tetap hidup dalam diri orang yang percaya kepada-Nya dan setia melakukan perintah-Nya. Setiap kali kita melaksanakan perintah Yesus, kita dapat merasakan dan mengalami kasih dan kehadiran-Nya.
Amanat dan janji Yesus, bukan sekedar omongan tetapi Yesus mengalami sendiri dalam hubungan kasih-Nya dengan Bapa-Nya. Ketika di taman Getsemani, Yesus menyatakan komitmen-Nya untuk patuh: “Bapa, kehendak-Mu jadilah” (Luk. 22: 42).
Di sepanjang pelayanan-Nya, “Yesus menderita godaan tetapi tidak tergoda.” Sebab “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2Kor. 5: 21), “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.” (1Ptr. 2: 22). Karena Juruselamat kita patuh, Dia menebus dosa-dosa kita, yang memungkinkan kebangkitan kita serta mempersiapkan jalan bagi kita untuk kembali kepada Bapa Surgawi kita, yang mengetahui kita akan melakukan kesalahan sewaktu kita belajar kepatuhan dalam kefanaan.
Ketika kita patuh, kita menerima pengurbanan-Nya, karena kita percaya bahwa melalui Pendamaian Yesus Kristus, seluruh umat manusia boleh diselamatkan, melalui kepatuhan pada hukum, tata cara Injil, dan perintah-perintah yang diberikan dalam Injil. Yesus mengajarkan kepada kita untuk patuh dalam bahasa yang sederhana yang mudah dipahami: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku,” (Yoh. 14:15) dan “Ikutlah Aku.” (Luk. 18: 22). Maka “jika ada penyebab utama orang-orang tidak percaya pada Kristus, penyebabnya tidak lain kita (orang Kristen) sendiri.”
Itulah yang ditegaskan Paulus dan Barnabas dalam sidang Konsili Pertama di Yerusalem. Dalam kenyataan sebagian orang Katolik hebat sekali kalau berbicara tentang Tuhan dan kasih, namun tidak menjalankan ajaran Yesus: mengasihi sesama.
Gaya hidup orang Katolik sering bertolak belakang dengan tindakan dan ajaran Yesus. _Ada orang Kristen yang pendendam, padahal Yesus mengajarkan pengampunan. Ada yang dikenal sebagai tukang gosip, padahal Yesus mengajarkan kita mengatakan kebenaran dengan kasih. Ada yang tamak, padahal Yesus mengajarkan kita mencukupkan diri. Ada yang bermusuhan dengan saudaranya karena berebut harta warisan, padahal Yesus mengajarkan saling mengasihi._ Semoga kondisi ini menjadi cermin bagi kita semua yang percaya pada Yesus, untuk melihat diri kita yang sesungguhnya. Jangan sampai orang kecewa pada Kekatolikan karena gaya hidup kita yang munafik.
Kalau kita tidak mengasihi sesama, kita tidak menuruti perintah Yesus. Iman kita kepada Yesus Kristus tidak berbuah karena tidak disertai dengan perbuatan. Jika kita tinggal di dalam kasih Tuhan, kita pasti saling mengasihi (Yoh. 13: 35), dalam kehidupan sehari-hari. Kiranya setiap orang yang mengenal kita, baik orang Kristen maupun non-Kristen, merasakan kasih Tuhan. Semoga, Tuhan memberkati.
*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang