Pekan I Adven
Bacaan 1, Yesaya 25:6-10a, Tuhan akan menghidangkan suatu jamuan, dan menghapus air mata dari wajah semua orang; Mazmur 23:1-3a. 3b-4. 5. 6, Aku akan berdiam dalam rumah Tuhan sepanjang masa; Bacaan Injil Matius 15:29-37, Yesus menyembuhkan banyak orang sakit dan melipat gandakan roti.
Tuhan Undang Kita Dalam Perjamuan-Nya
RD. Fransiskus Paskali, Imam Keuskupan Pangkalpinang
Sanak keluarga yang terkasih…
Di hari Rabu, dalam pekan adven yang pertama ini, bacaan-bacaan yang kita dengar dalam misa harian, menegaskan kepada kita, betapa baiknya Tuhan. Kebaikan-Nya itu tampak dalam bacaan pertama dan Injil.
Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya menggambarkan kepada kita semua perjamuan keselamatan kekal yang akan diadakan oleh Tuhan sendiri, Tuhan semesta alam akan menjadi tuan pesta yang menghidangkan suatu jamuan yang mewah untuk segala bangsa. Sebagai pemilik pesta, Dia tidak mau mengecewakan semua orang yang datang, sehingga Ia sendiri akan membuat perjamuan itu menjadi sebuah perjamuan yang menyenangkan semua orang dan berkesan. Sajian yang diberikan juga tentu membuat semua orang akan merasa bahagia. Tuhan sendiri sebagai pemilik pesta, menghendaki agar suasana kegembiraan dan sukacita mewarnai perayaan itu.
Oleh sebab itu, Ia akan mengoyakan pakaian kabung, melepas tudung yang menutup kepala, bahkan Ia akan meniada maut untuk selamanya, serta air mata duka akan dihapus oleh Tuhan dan diganti sukacita. Semua yang masuk dalam perjamuan itu, akan bersorak-sorai dan memuji Tuhan atas anugerah yang diterima.
Gambaran perjamuan sukacita ini, dipersiapkan oleh Tuhan bagi semua orang, tanpa kecuali. Tetapi tidak semua mengindahkannya. Dengan pelbagai alasan mereka menolak untuk masuk dalam perjamuan ini dan memilih untuk menjadi penonton. Mereka tidak mendapat tempat, dalam Kerajaan Sukacita yang dijanjikan oleh Tuhan sendiri.
Gambaran perjamuan kekal itu, mulai diperlihatkan oleh Yesus dalam Injil-Nya hari ini. Berawal dari hati-Nya yang tergerak oleh belas kasih terhadap mereka, yang selalu setia mengikuti Dia, yang telah Dia sembuhkan dari berbagai penyaki, tetapi kini kelaparan. Yesus tidak meminta mereka pergi atau mengusir mereka. Cinta dan perhatian-Nya, tampak ketika Ia lebih dahulu memikirkan risiko jika mereka pulang tanpa makan; mereka akan pingsan di jalan.
Dalam kondisi ini, hati para murid justeru tertutup dan masih memikirkan diri sendiri. Alasan mereka, tempat yang sunyi, tidak ada persedian makanan, toko roti yang jauh di kota, semakin menegaskan ketertutupan hati mereka pada sesama. Yesus tahu apa yang harus Dia lakukan, tetapi Dia juga meminta para murid-Nya untuk membuka hatinya pada sesama. Dia Tuhan, maka Dia bisa melakukan apa saja, termasuk memperbanyak roti agar semua yang mengikuti Dia tidak kelaparan.
Matius Penginjil, ingat baik, bahwa waktu itu, hanya ada tujuh potong roti dan beberapa ikan kecil. Dari kekurangan ini, Yesus justeru memperlihatkan kepada mereka kuasa-Nya. Setelah mengucap syukur kepada Bapa atas tujuh roti dan beberapa ikan, Ia memecah-memecahkannya dan kemudian meminta murid-murid untuk membagikannya kepada empat ribu orang, belum termasuk wanita dan anak-anak. Menariknya, semua bisa makan sampai kenyang bahkan masih tersisa tujuh bakul penuh.
Bagi saya, dua bacaan hari ini, tidak hanya berbicara kepada kita tentang makanan duniawi yang dapat binasa, melainkan lebih dari itu, yakni Ekaristi Kudus. Setiap kali kita merayakan Perjamuan Ekaristi, yang menjadi tuan rumah perayaan adalah Yesus sendiri. Dia sendiri yang mengundang semua orang, entah orang suci maupun orang berdosa. Yesus mau agar semua pengikut-Nya dapat terlibat dalam perjamuan-Nya. Bukan hanya itu, tetapi semua yang ikut ambil bagian dalam Ekaristi itu harus merasakan suatu pengalalaman yang sama, yakni sukacita dan bergembira. Perjumpaan dengan Yesus dalam Ekaristi harus membuat hati kita terus berkobar-kobar. Kendati demikian, sebuah pertanyaan untuk kita renungkan hari ini; bagaimana saya menghayati Ekaristi dalam hidup saya?
Selamat bermenung……