Home Participatory ChurchCommunio Renungan Harian Sabtu 2 Oktober 2021, Jurnal Sabda Akhir Pekan

Renungan Harian Sabtu 2 Oktober 2021, Jurnal Sabda Akhir Pekan

by Alfons Liwun

Bacaan 1: Bar 4:5-12.27-29; Mzm 69: 33-35.36-37; Injil Lukas, 10: 17-24

DIPANGGIL UNTUK MENGUSIR SETAN

Oleh: RD. Lucius Poya H., Pastor Keuskupan Pangkalpinang

Ziarah pekan XXVI dibuka dengan kisah tentang kegelisahan murid yang dicintai, Yohanes, gara-gara seorang yang bukan pengikut Yesus sanggup mengusir setan dalam nama Yesus. Kegelisahan karena menganggap mengusir setan sebagai previlege para murid, telah membuat mereka mencegah orang itu. Namun justru tindakan para murid itu dibalas dengan pencegahan pula oleh Yesus, karena pengusiran setan merupakan bukti bahwa seseorang berada dalam komunio dengan Yesus.

Pekan yang diawali dengan kegelisahan para murid, karena merasa minder seakan tak punya kuasa mengusir setan itu, ditutup pada hari ini dengan kisah tentang sukacita para murid, karena ternyata setan-setan juga takhluk kepada mereka. Sukacita karena penakhlukan terhadap setan, di akhir pekan hari ini, memicu pertanyaan:” Apa yang diperbuat para murid, sehingga kegelisahan di awal pekan berakhir bahagia di ujung ziarah? Masing-masing murid mungkin punya jawaban.

Namun lembaran – lembaran kisah  Injil yang  dikumandangkan dalam pekan ini, seakan menyingkapkan jawaban fundamental mengapa ziarah para murid berakhir bahagia, sehingga didoakan secara khusus oleh Yesus di akhir pekan hari ini. Doa Yesus tentang mata para murid yang melihat dan telinga mereka yang mendengar, yang dikumandangkan di akhir ziarah hari ini, seakan menegaskan bahwa perasaan minder karena nihil kuasa untuk mengusir setan, telah memacu para murid untuk meninggalkan pola lama kemuridan. Pola lama kemuridan yang sekedar berkamuflase secara fisik yang menyesatkan dan mencelakakan, sebagaimana dilansir hari Minggu; motivasi kemuridan untuk sekedar mengejar kedudukan demi menggantang kuasa, sebagaimana disajikan hari Senin, telah beralih kepada sebuah kualitas komunio dengan Tuhan, sehingga sanggup melecut hati mereka untuk berani menumbuhkan spiritualitas anak kecil demi menempatkan Kristus sebagai Yang Terbesar dalam hidup. Lebih baik selamat kendati bermata satu, berkaki timpang dan bertangan buntung, ketimbang tidak selamat hanya karena sekedar berkamuflase di balik kesempurnaan fisik.

Yesus Memanggil Para Murid-Nya (foto:http://www.bibleinfo.com)

Ya! Dipanggil menjadi murid berarti dipanggil untuk berkomunio dengan Yesus. Dipanggil untuk berkomunio dengan Yesus berarti dipanggil untuk membangun keintiman hubungan, bukan sekedar fisik, melainkan dalam totalitas hidup. Sebab keintiman hubungan membentuk seorang murid membuka telinga, hati dan budinya untuk  mendengar, menyimak dan mencerna perkataan sang Guru,  membuka mata untuk melihat dan mengikuti apa yang dibuat sang Guru; membuka hati dan jiwa untuk merasakan apa yang dirasakan Sang Guru; membuka seluruh diri untuk dibentuk menjadi manusia baru oleh Sang Guru. Kualitas kemuridan seperti ini membuat seseorang tak sanggup dikuasai oleh setan. Justru sebaliknya  setan-setan pun tunduk dan gemetar berhadapan dengannya, sebagaimana diberitakan di akhir pecan ini.

Demi pertumbuhan kualitas kemuridan itu, St. Hieroinimus merelakan seluruh hidupnya untuk menerjemahkan Kitab Suci, agar  oleh pengoalahan diri melalui cahaya Kitab Suci, seorang murid diutus memberikan kesaksian tentang Yesus sang Guru, dan bukan diperalat iblis untuk kepentingan misi ketidakselamatannya, sebagaimana dilansir Injil hari Kamis- Jumat, kemarin.

Mendengarkan Sabda Yesus (foto: fb-Ricardo Destin)

Begitulah panorama ziarah kita dalam pekan ini. Sebuah panorama yang  menggugat saya dan anda untuk senantiasa menyadari bahwa  membangun kualitas komunio dengan Yesus adalah jalan untuk mengusir setan. Sebab semakin intim dengan Yesus, semakin berjarak pula seseorang dengan setan; sebaliknya semakin berjarak dengan Yesus, peluang keintiman seseorang dengan setan tinggal menunggu waktu.

Demi pertumbuhan kualitas kemuridan sebagaimana didambakan Yesus itu, keutamaan kejujuran harus mendapat prioritas dalam membina relasi dengan Yesus dan dengan sesama, sebagaimana Natanael,  hari Rabu. Ketika semua relasi dibangun dalam kepalsuan, demi menggantang kuasa dan meraih jabatan, sebagaimana terlansir hari Senin, maka peluang untuk menolak Yesus, sebagaimana orang-orang Samaria, hari Selasa, bisa juga menjadi tabiat kita.

Sekali lagi, saya dan anda dipanggil untuk mengusir setan. Selamat berakhir pekan. Selamat memasuki pekan ziarah ke XXVII. Selamat berziarah bersama Bunda Maria. Biarkan setiap biji kontas ikut membentuk kita.***

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.