Bacaan pertama Daniel 9: 4b-10, Kami telah berbuat dosa dan salah; Mazmur 79: 8.9.11.13, Tuhan tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita; Bacaan Injil Lukas 6: 36-38, Ampunilah, dan kamu akan diampuni.
Allah setia Mengampuni dosa-dosa kita
Oleh: Alfons Liwun *)
Dosa, pelanggaran manusia atas cinta kasih Allah. Pelanggaran ini terutama dari diri sendiri. Karena itu, diri sendiri semakin jauh dari Allah. Cinta diri sendiri dan tidak mampu melihat Allah dan sesama sebagai relasi erat dalam karya keselamatan Allah. Akibat cinta diri yang begitu tertutup dari dunia luar (Allah dan sesama), manusia merasa malu dan tidak dapat menerima diri sendiri.
Bacaan pertama, nubuat Daniel 9:4b-10, bergarisbawahi “berbuat dosa dan salah”. Dosa dan salah, penghambat seseorang untuk bertumbuh dalam bersama Allah. Supaya manusia bertumbuh dalam kebersamaan dengan Allah, tobat adalah jalannya. Tobat dan kasih yang penuh kemurahan Allah, dua hal yang satu dan sama. Tobat, rehabilitasi relasi manusia dengan Allah, dan Allah tentu dengan kemurahan-Nya mau merenovasi relasi manusia dengan-Nya. Tobat, hubungan kembali manusia dengan Allah diteguhkan dan mendapat berkat pengampunan Allah.
Bacaan Injil, penginjil Lukas (6: 36-38) menegaskan sikap Allah yang murah hati. Kemurahanhati Allah ini, jauh dari keinginan dan kebutuhan manusia. Kemurahanhati Allah melebihi itu. Mengapa? Karena Allah menerima tobat manusia dan meneguhkan relasi manusia dengan-Nya, tidak seberat dosa dan salah yang dilakukan manusia. Allah melakukan-Nya tanpa kompromi dan mengkalkulasi seberapa banyak dosa dan salah yang sudah akan akan dilakukan manusia.
Bagaimana dengan kita? Masa retret agung saat ini, adalah jalan yang tepat untuk kita merehabilitasi relasi kita. Relasi dengan Allah, nyata dalam relasi kita dengan sesama. Dosa dan berpuasa serta pantang, bernilai guna, jikalau dipraktekan dan dihidupkan dalam hidup bersama-sama dengan sesama. Ketika relasi kita dengan Allah itu diungkapkan dalam doa dan ekaristi, harus menjadi kekuatan dan inspirasi kita mewujudkan puasa dan pantang dalam khazanah solider dan peduli terhadap sesama.
Kemurahanhati Allah, tentu menjadi cerminan kita untuk bermurahhati dengan sesama. Bermurahhati dengan sesama diwujudkan dalam jalan solider dan peduli, peka dan prihatin, menolong dan berbuat sesuatu untuk sesama demi untuk kebaikan dan keadilan dalam hidup bersama. Semoga, Tuhan memberkati kita. ***
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang