Home KATEKESE Kasih Setia Allah Tidak Batal Oleh Karena Penolakan Manusia, Renungan Jumat Pekan XVV

Kasih Setia Allah Tidak Batal Oleh Karena Penolakan Manusia, Renungan Jumat Pekan XVV

by Alfons Liwun

Oleh: RD Marcel Gabriel 

Pada edisi hari Jumat, 24 September 2021, Pekan Biasa XXV, Bacaan pertama dari Nubuat Hagai 2: 1b-10. Mazmur tanggapan bersumber dari Mazmur 43 : ayat 1, 2, 3 dan 4. Lantas, untuk pembacaan Injil bersumber pada Lukas 9 : 18-22 

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus.

Salam Komunio! Sejak Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-76 tanggal 17 Agustus 2021, penulis memulai Serial Renungan Harian (SERENHA), dengan tema “Panggilan Untuk Meresapi dan Menyempurnakan Tata dunia dengan semangat Injil”. Tema ini merupakan penggalan dari Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, Apostolicam Actuositatem  artikel 5. Untuk BERKAT News Edisi hari Jumat, Pekan Biasa XXV Tahun Liturgi B/I, Serial Renungan tersebut di atas sudah mencapai Episode ke-39.

Bacaan Firman Tuhan yang menjadi bahan permenungan kita hari ini, menghadirkan Allah sebagai Imanuel, yang senantiasa menyertai Umat-Nya (Hag. 2: 1b – 10), dan juga sebagai Penolong mereka, (Mzr. 43: 1. 2. 3. 4.). Selanjutnya Penginjil Lukas memberi penegasan, bahwa pertolongan dan penyertaan Allah ini secara radikal dan final, telah terwujud dalam diri Yesus Kristus, Putera-Nya, lewat jalan penderitaan hingga wafat di kayu salib (Luk. 9 : 18-22).

Nabi Hagai diutus Tuhan untuk menyampaikan kepada Umat-Nya, bahwa mereka perlu menguatkan hati dan bekerja, dan bahwa Allah akan memenuhi janji yang telah diikat-Nya dengan nenek-moyang bangsa itu, sewaktu mereka masih di Mesir,  dan bahwa Roh-Nya akan tinggal di tengah-tengah mereka sebagai bangsa pilihan-Nya. Dan bahwa Allah akan memberikan damai-sejahtera, ketika bangsa itu juga memberi tempat bagi Allah di dalam hidup mereka, dengan membangunkan rumah bagi-Nya, (Hag. 2: 5-7. 10).

Menanggapi janji Tuhan yang diperbaharui kembali melalui Nabi Hagai tersebut, Pemazmur lalu mengundang kita semua, untuk mengangkat pujian-pujian bagi Tuhan. Selain puji-pujian, Pemazmur juga mengajak kita untuk  membawa serta situasi dan kondisi hidup dari tata-dunia di mana dia hidup, dalam doa penyerahan kepada Tuhan (Mzr. 43 :4).

Apa situasi dan kondisi hidup yang boleh kita angkat menjadi doa kepada Tuhan? Dari isi doa Pemazmur, ternyata bahwa situasi dan kondisi tata-dunia di masa itu diwarnai oleh berbagai hal negatif, yang kurang lebih sama dengan situasi hidup kita dewasa ini. Demikian, ketika meminta keadilan kepada Tuhan, kita jadi tahu bahwa tata-dunia di dalamnya Pemazmur ada dan hidup, adalah tata-dunia yang diwarnai oleh ketidak-adilan, penipuan, kecurangan, permusuhan, dan kegelapan, (Mzr. 43: 1.2.3.).  Agar supaya dapat lepas dari cengkeraman tata-dunia yang cenderung negatif  ini, satu-satunya harapan dan andalan Pemazmur adalah pertolongan yang datang dari Tuham, sesuai dengan apa yang telah Dia janjikan kepada Umat Pilihan-Nya sejak dari Mesir itu.

Selanjutnya, kita juga menyaksikan bahwa doa-doa dan permintaan tolong Pemazmur, supaya dapat keluar dari tata-dunia dengan berbagai hal negatif tersebut di atas, dijawab oleh Allah, dengan memberikan Putera-Nya, Yesus Kristus. Dan Pemberian diri Allah di dalam Yesus Kristus ini, berlaku untuk dunia dan seluruh umat manusia yang sejatinya adalah milik kepunyaan-Nya. Namun pemberian diri Allah ini tidak selalu mendapatkan sambutan yang baik dari manusia. “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima Dia, (bdk. Yoh. 1: 11).

Sekalipun pemberian diri Allah lewat Putera-Nya ini menghadapi penolakan dari pihak manusia,  inkarnasi diri Putera Allah, sama sekali tidak dibatalkan. Kasih setia Allah terhadap Umat-Nya, tetap berlanjut hingga mencapai wujud yang final dan radikal lewat jalan salib, penderitaan hingga wafat-Nya Sang Putera Allah ini, (Luk. 9: 22).

Demikian, dalam diri Yesus, kita menemukan contoh tentang bagaimana meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil, yang pada titik tertentu menuntut pemberian diri yang total.

Tuhan Yesus Kristus, mampukan kami untuk dapat mengasihi sesama kami, sebagaimana Engkau telah mengasihi kami, khususnya ketika tugas-perutusan kami untuk meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil-Mu, tidak mendapatkan tanggapan yang baik dari manusia. Amin! ***

RD Marcel Gabriel, Pastor Keuskupan Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.