Bahkan rumah kediamannya pun dijadikan sebagai tempat tinggal orang-orang sakit. Hidupnya sehari-hari diisi dengan melakukan kebaikan-kebaikan untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Ujung Beting, Berkatnews.com– Pastor rekan Paroki St Carolus Borromeus Ujung Beting, RD Shimply Lowam mengajak umat di Paroki itu meneladani semangat hidup St Carolus Borromeus.
Hal itu disampaikan Romo Shimply dalam homili saat ekaristi syukur perayaan pesta pelindung Paroki dan Sekolah SD Santo Carolus Boromeus Ujung Beting, Jumat (4/11/2022).
“Gereja Paroki dan SD Katolik di sini sama-sama mengambil nama pelindung St. Carolus Borromeus. Mari kita meneladani semangat dan apa yang telah dilakukan St Carolus Borromeus. Ketika ada keluarga yang sakit kita kunjungi, ada keluarga yang membutuhkan bantuan kita bersama-sama membantu, jangan hanya melihat saja kalau ada keluarga yang membutuhkan bantuan,” kata Romo Shimply.
Menurut Romo Shimply, St Carolus Borromeus punya perhatian besar terhadap orang-orang miskin, orang-orang kecil dan orang-orang sakit.
“Bahkan rumah kediamannya pun dijadikan sebagai tempat tinggal orang-orang sakit. Hidupnya sehari-hari diisi dengan melakukan kebaikan-kebaikan untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan. Jadi harus ada kepedulian dan solider antar satu dengan yang lain. Kita timba semangat St. Carolus Borromeus ini, dia melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar,” ujar dia.
Mengandalkan Tuhan
Selain itu, Romo Shimply juga menyampaikan soal semboyan hidup St Carolus Borromeus yang menurutnya menarik dihayati yakni, semua yang aku lakukan hanya karena dalam Dia yang menguatkan aku.
“Ini harus menjadi semangat kita umat Paroki St Carolus Borromeus Ujung Beting, bahwa Sang Pelindung dengan segala perjuangannya dalam berkarya, dia selalu mengandalkan Tuhan. Dan akhirnya segala karyanya menghasilkan buah berlimpah, sebab dia tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi kekuatan Tuhan dalam hidupnya,” imbuhnya.
Usai perayaan ekaristi syukur dilanjutkan ramah tamah dengan seluruh umat dan anak-anak sekolah serta para guru.
Satu hal yang menarik bahwa makan dan minum dibawa masing-masing dari rumah, kemudian dihidangkan di meja dan disantap bersama-sama.
“Inilah sukacita dalam kehidupan ber-KBG, ada partisipasi antar satu dengan yang lain. Saya pikir ini sesuatu yang harus dibangun dalam hidup komunitas. Sehingga ketika ada acara-acara, tidak menjadi beban berat. Ada yang bawa pisang, bawa ubi rebus, nasi, sayur,ikan daging, dan ketika di satukan di atas meja menjadi menu makanan yang beraneka ragam,” pungkasnya. (SHL)