Pekan Biasa ke XXXII
Bacaan 1, Keb. 6: 1-11, Dengarkanlah, hai para raja, dan pelajarilah kebijaksanaan; Mzm. 82: 3-4.6-7, Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi; Bacaan Injil Lukas 17: 11-19, Tidak adakah yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing itu?
Oleh: Fransiskus Paskali, Imam Keuskupan Pangkalpinang
Sanak keluarga yang terkasih…
Kusta atau yang kita kenal dengan nama lepra adalah penyakit infeksi Mycobakterium pada manusia yang kronik progresif. Penyakit ini, mula-mula menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya perlahan-lahan dapat menyerang kulit, mukosa mulut dan hidung, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, testis, dinding pembuluh darah (terutama tipe lepromatosa) dan organ lain kecuali sistem saraf pusat.
Ia termasuk penyakit yang berbahaya dan jika tidak ditangani dengan serius maka, akibatnya sangat fatal bagi penderitanya. Kita semua juga tentu memahami bahwa jenis penyakit ini dikategorikan sebagai penyakit menular. Para penderita penyakit ini, pasti akan dikucilkan oleh sesamanya dan mereka tidak akan pernah digabungkan dalam sebuah kelompok masyarakat. Karena itu pula, orang yang menderita penyakit ini, bukan hanya mengalami masalah fisik, tetapi secara psikologis sehingga hal itu memperlambat proses pemulihannya.
Gambaran umum tentang kusta di atas, persisi terjadi pada zaman Yesus. Orang-orang Yahudi, menganggap kusta atau lepra ini adalah penyakit yang najis dan menjijikkan sehinga kehidupan mereka terpisah jauh dari orang-orang sehat.
Sebaliknya penderita kusta juga berusaha agar tidak mengadakan kontak dengan siapapun. Secara otomatis, mereka berusaha menghindar jika berpapasan dengan orang sehat. Jika dalam perjalanannya, si kusta telah sembuh, maka hal itu harus dinyatakan oleh para imam. Dengan pengakuan itu, maka si sakit boleh diterima kembali dalam kelompok masyarakat.
Kendati mereka dikucilkan dan tidak diperkenankan untuk mengadakan kontak dengan orang lain, hal itu tidak membuat harapan mereka untuk sembuh menjadi pupus. Kerinduan untuk sembuh, mendorong mereka untuk berjumpa dengan Yesus, walaupun mereka hanya berdiri dari jauh dan berteriak, “Yesus Guru, kasihanilah kami”. Inilah yang dikisahkan Penginjil Lukas hari ini.
Dalam kondisi yang memprihatinkan itu, justru harapan mereka pada Yesus mendapat kepastian. Yesus tahu kerinduan mereka, Dia tahu juga apa yang harus Dia lakukan terhadap mereka, “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam”. Kesepuluh orang yang sakit kusta itu, kendati belum sembuh tetapi percaya dengan apa yang dikatakan oleh Yesus, dan dalam perjalanan itulah mereka menjadi sembuh. Tentu kesembuhan mereka adalah bukti bahwa Yesus terlibat dalam hidup mereka dan turut merasakan penderitaan mereka.
Hanya sayangnya, tidak semua mereka yang sembuh itu, kembali dan bersyukur pada Tuhan Yesus. Satunya-satunya yang kembali dan sambil tersungkur di kaki Yesus, adalah orang Samaria yang justru oleh orang Yahudi dianggap sebagai orang asing dan “kafir”.
Oleh sebab itu, orang Samaria ini justru mendapat anugerah istimewa lagi dari Yesus yang tidak diterima oleh ke sembilan temannya, “pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau”.
Kita belajar pada orang Samaria ini, bagaimana kita harus bersyukur atas semua kemurahan Tuhan yang kita alami dalam hidup. Betapa sering kita berperilaku seperti ke sembilan orang yang telah mengalami belaskasihan Tuhan, tetapi pada akhirnya menjadi lupa. Berapa sering kita menganggap bahwa apa yang kita alami dalam hidup semata-mata adalah usaha kita sendiri. Kita menjadi orang-orang yang sombong dan lupa bahwa justru Tuhan begitu mengasihi kita dan ikut merasakan apa yang kita alami dalam hidup.
Kita masih hitung-hitungan dengan Tuhan. Kalau kita butuh Tuhan kita cari Dia, dan ketika kita sudah mendapat apa yang kita harapkan, kita cenderung untuk melupakan Dia. Sebuah gambaran bahwa iman kita masih dangkal dan belum mengakar.
Injil hari ini, dalam kisah sepuluh orang kusta, kita belajar bersyukur atas hidup yang adalah semata-mata anugerah Tuhan. Penting bagi kita untuk menanamkan dalam diri kita, bahwa anugerah yang kita terima bukanlah usaha kita, tetapi melulu anugerah atau pemberian, bukan hak yang secara otomatis diterima. Ini adalah rahmat yang gratis dari Tuhan. Semoga Tuhan memberkati kita. Salam Komunio. ***