Bacaan I: Yoel, 2:12-18, Koyakkanlah hatimu, dan janganlah pakaianmu; Bacaan II: 2Kor. 5:20-6:2, Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Sesungguhnya hari ini adalah hari penyelamatan; Injil Matius, 6:1-6.16-18, Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau.
Jangan tundah, Bergabunglah dalam Masa Retret Agung
RD. Fransiskus Paskalis *)
Sanak Keluarga yang terkasih…..
Hari ini, 2 Maret 2022, kita semua memulai masa tobat yang kita namakan masa prapaskah. Kita membuka masa tobat ini dengan perayaan Rabu Abu, saat kita mulai memasuki masa penuh rahmat, karena kita mendaki Gunung Suci Hari Raya Paskah. Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaska, yang menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum kita merayakan Hari Paskah Tuhan.
Pada Rabu Abu, seluruh umat beriman dengan penuh sesal menerima abu, memasuki masa yang diperuntukkan bagi pemurnian jiwa. Tanda tobat ini yang berasal dari tradisi alkitabiah dan melalui tradisi Gereja sampai kepada kita, menunjukkan, bahwa manusia itu pendosa yang mengakukan dosanya secara terbuka dihadapan Allah. Dengan demikian ia mengungkapkan kemauannya untuk bertobat, dibimbing dengan pengharapan agar Tuhan yang berbelaskasih menyatakan pengampunan dan cinta kepadanya. Dengan tanda ini mulailah jalan tobat yang bertujuan menerima sakramen tobat sebelum Hari Raya Paskah”. Rabu Abu harus dijalani sebagai hari tobat dalam seluruh Gereja, dengan pantang dan puasa.
Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6). Lebih dari itu, semua umat beriman terus-menerus diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu. Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari imam, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” .
Melalui seluruh bacaan yang dikumandangkan kepada kita di awal masa tobat ini, Yesus melalui Gereja-Nya mengajak kita semua untuk membangun sikap berdamai dengan Allah. Nabi Yoel membahasakannya dengan, “berbaliklah kepada Tuhan, mengoyakan hati untuk memperoleh kasih setia dari Tuhan”. Dan Yesus semakin menegaskan sikap yang perlu kita lalukan: sedekah, doa, puasa dan pantang, yang mana semuanya harus lahir dari hati yang tulus. Pelanggaran terhadap Tuhan yang telah membuat kita menjadi hamba dosa, kini, di masa suci ini harus dipulihkan, sehingga kita mendapatkan kembali kemerdekaan sebagai anak Allah.
Selamat memasuki masa ret-ret agung…. Amin….
*). Imam Keuskupan Pangkalpinang, tugas sebagai Parokus Tanjungpandan Belitung