Bacaan 1,1Mak.4: 36-37.52-59, Mereka mentahbiskan mezbah dan dengan sukacita mempersembahkan kurban; Mzm. 1Taw 29: 10.11abc.11d-12a.12bcd, Ya Tuhan, kami memuji nama-Mu yang agung;Bacan Injil Lukas 19: 45-48, Rumah-Ku telah kalian jadikan sarang penyamun.
Perubahan, itu Motivasi Hidup Selaras Alam
Oleh: Alfons Liwun
Perubahan versus kemapanan. Kemapanan selalu diterima kebanyakan orang sebagai sesuatu yang begitu baik, nyaman, dan bahkan merasa bahwa sudah terbiasa, baku. Sementara perubahan biasanya selalu melawan yang sudah dirasa baik, mapan, dan bahkan terkadang ada hal-hal yang semestinya harus diolah lagi,tetapi rasanya tak terusuik lagi. Kemapanan menolak dinamika,perubahan menolak kebakuan.
Yudas Makabe dalam bacaan pertama, melakukan suatu perubahan dengan mentahirkan Bait Allah yang rusak, hancur akibat perang yang dipimpinnya melawan Raja Antiokhus Epifanes. Perubahan yang dilakukan Yudas Makabe bertujuan untuk mensucikan segala kesalahan atau kekerasan yang telah dilakukan. Supaya Bait Allah dapat digunakan kembali dengan nyaman untuk komunikasi dengan Allah. Perubahan yang dilakukan Yudas Makabe bukan melawan kemapaan, tetapi melawan kebengisan sang Raja. Kemapanan Yudas Makabe akan imannya pada Allah, menjadi pendorongnya untuk teguh berdiri dan taat pada hukum Allah. Keteguhan dan ketaatan Yudas Makabe menjadi motivasinya membuat perubahan dengan mentahbiskan mezbah untuk kembali mengangkat persembahan, puji-pujian, dan menyanyikan kidung kemuliaan bagi Allah.
Belajar dari Yudas Makabe, kita diantar pada sebuah ketaatan, kepatuhan akan perjuang imannya pada Allah. Yudas Makabe, patriotik yang setelah perang lalu meninggalkan banyak orang dan tidak lagi memperhatikan Bait Allah, namun ia berjuang untuk memulihkan baik relasinya dengan sesamanya maupun dengan Allah.
Bacaan Injil hari ini, mengisahkan Yesus masuk ke Bait Allah. Tidak ada angin, tidak ada badai, secara spontanitas Yesus lalu mengusir para pedagang, ahli Taurat, dan para penagih pajak. Tidak main-main, Yesus membalik meja-meja dan membuat sebuah tali untuk mengusir para penjual di Bait Allah. Perilaku Yesus boleh dibilang keras. Rasanya, kayak sekarang ini kita sebut preman pasar!
Jiwa Yesus yang selama ini mengajar dengan kata-kata yang berbalut dengan perumpamaan yang terkadang keras, kini bertindak keras pula. Sisi manusiawi-Nya nampak sekali. Namun, kita perlu melihat sisi keilahian-Nya juga. Sisi keilahian-Nya ialah bahwa Roh Allah yang ada didalam diri-Nya, yang menyatu dengan pribadi-Nya menuntun-Nya melakukan perubahan. Dalam melakukan perubahan, tidak hanya dengan tindakan namun disertai dengan pengajaran. “Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun”. Pengajaran Yesus ini sangat jelas. Rumah doa disalahfungsikan menjadi “pasar”. Rumah yang menjadi identitas bangsa-Nya, menjadi tempat praktek ketidakadilan dan tipu-tipu antara pedagang dan pembeli, antara pembayar pajak dan penagih pajak, dll. Rumah yang selama ini Kitab Taurat dibacakan dan diperdengarkan malahan dijadikan teriakan dan ujaran yang tidak sehat antar pedagang dan pembeli, dll.
Tidak salah, Yesus mengambil langkah tegas. Membersihkan Bait Allah dari cara-cara licik dan tipu-tipu para penjual, pedagang, dan penguasa pasar. Sikap tegas Yesus pasti dilawan “tuan-tuan besar ahli Taurat dan orang-orang terkemuka”. Ketegasan Yesus berdampak pada nyawa-Nya jadi taruhan.
Belajar dari sikap tegas Yesus, perubahan yang dilakukan-Nya berdampak besar baik bagi diri-Nya maupun bagi orang-orang yang selama ini merindukan Rumah Tuhan. Bagi diri-Nya, nyawa jadi taruhan dan bagi orang-orang yang merindukan kenyaman dalam Bait Allah, akan menjalankan ibadahnya dengan aman dan nyaman.
Kisah suci yang ditampilkan kedua bacaan hari ini, menelisik poin penting untuk kita renungkan bersama. Pertama, perjuangan dua tokoh Yudas Makabe dan Yesus akan Bait Allah, sama-sama bernilai dan berdayaguna. Namun, perjuangan Yudas Makabe didahului dengan perang berdarah baru kemudian mensucikan Bait Allah. Sementara Yesus berjuang membersihkan Bait Allah dengan pengajaran dan tindakan tegas dan kemudian disertai dengan penyucian Bait Allah dengan nyawa-Nya, darah-Nya sendiri.
Kedua, perubahan yang dilakukan Yudas Makabe adalah perubahan yang bukan melawan kemapanan, namun melawan kekerasaan-kebegisan Raja. Perubahan yang dilakukan dengan mensucikan Bait Allah telah kekerasan – kebengisan karena perang. Perubahan untuk menyatukan sesamanya dan kembali berkomunikasi dengan Allah.
Sementara Yesus, perjuangannya murni untuk melawan ketidakadilan, melawan sifat egoisme atas penyalahgunaan kekuasaan, melawan sikap hedonisme dalam Bait Allah. Dan perjuang-Nya bertujuan untuk semua orang, bahwa Rumah Tuhan harus digunakan sesuai fungsinya, tempat berkomunikasi dengan Allah.
Lebih jauh dari perjuangan Yesus, yang tidak dipunyai Yudas Makabe ialah Yesus membangun dan membersihkan hati nurani. Supaya bersih dari ketidakadilan, tidak tamak, tidak merasa berkuasa, tidak sombong dan tidak tipu-tipu orang. Semoga Tuhan memberkati kita. ***