Edisi Hari Jumat Pekan II Paskah; PW Santa Katarina dari Siena, Perawan dan Pujangga Gereja; Bacaan : Kisah Para Rasul 5: 34-42, Para Rasul bergembira karena mereka dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus; Mazmur 27 : 1. 4. 13-14,Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, diam di rumah Tuhan seumur hidupku; Yohanes 6: 1-15, Yesus membagi-bagikan roti kepada orang banyak yang duduk di situ, sebanyak mereka kehendaki.
Keuntungan dan Berkat Ketika Kita Berjalan Bersama Allah
RD. Marcel Gabriel *)
Pembaca BERKAT News yang terkasih: Selamat Paskah. Salam Sinode dan Missio.
Berjalan Bersama Atau Menjadi Teman Seperjalanan adalah tema utama untuk Sinode Para Uskup Sedunia Tahun 2023 nanti. Persiapan untuk Sinode tersebut sudah mulai kita siapkan sejak akhir tahun 2021 yang lalu. Dalam Bacaan-bacaan hari ini kita akan melihat bagaimana perjalanan bersama “Allah” itu di dalam kehidupan Umat Allah Perjanjian Lama, kemudian dalam Kisah Para Rasul pada masa-masa awal Perjanjian Baru.
Pengalaman Rasul Thomas maupun Kleofas dan kawannya, menunjukkan dengan sangat jelas bahwa ketika seseorang menjauh dari persekutuan para murid, dan mengambil langkah untuk “tidak berjalan bersama Allah di dlam Yesus Kristus, Putera-Nya,” maka orang-orang itu akan mengalami banyak hal yang disediakan oleh Allah tidak dapat mereka peroleh. Atau lebih tepatnya mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan berbagai wujud kasih-karunia Allah tersebut. Karena mereka memilih untuk “tidak berjalan bersama Allah” (Yoh. 20: 19-25. Luk. 24: 35-48). Terus, apa saja yang terjadi jikalau seseorang mengambil langkah untuk “berjalan bersama Allah?”
Nasehat Gamaliel: Atau berjalan bersama Allah atau melawan Allah?
Gamaliel, seorang Farisi dan sekaligus anggota Mahkamah Agama Yahudi yang terkenal. Ketika Mahkamah Agama memeriksa para murid sehubungan dengan kasus pengajaran para rasul tentang Yesus dari Nazareth, dengan nama-Nya yang berkuasa menyembuhkan orang dari sakit-penyakit, dia meminta Mahkamah Agama supaya para murid keluar dulu dari persidangan. Ketika para murid sudah keluar, Gamiliel mengatakan kepada para anggota Mahkamah Agama yang berusaha sekuat tenaga untuk mencegah pewartaan para murid tentang Yesus Kristus yang bangkit itu.
Di dalam Sidang itulah Gamaliel tampil dengan usulannya, “Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar. Sesudah itu ia berkata kepada sidang: “Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.” Nasihat itu diterima, (Kis. 5: 35-39).”
Pertanyaan refleksi yang penting dari nasehat Gamaliel ini adalah bahwa dalam menyikapi pewartaan para murid, yang sekarang ini diteruskan oleh Gereja, orang harus berhati-hati mengambil tindakan supaya tidak melawan Allah. Tetapi mengambil langkah yang lebih positip untuk berjalan bersama Allah. Dan dengan menyesah serta melarang para rasul untuk mengajar dalam nama Yesus, merupakan sikap dan tindakan Mahkamah Agama nyata-nyata sikap dan tindakan yang mewalan Allah, (Kis. 5: 39-40).”
Anak kecil dengan lima roti jelai dan dua ikan: kekurangan manusia versus kelimpahan kuasa Allah!
Ketika kita membawa dan menerapkan pertanyaan refleksif dari Gamaliel ke dalam kasus pergandaan roti dan ikan dalam Injil Yohanes hari ini, kita menemukan beberpa hal berikut ini.
Pertama bahwa jumlah orang yang banyak dibanding dengan lima roti jelai dan dua ikan itu, membuat para murid, terutama Filipus kecut. Filipus, yang sedang diuji oleh Tuhan, nampaknya memperhitungkan situasi itu dari kemampuan manusiawi semata, dan langsung menyerah.
Kedua, sementara Tuhan kita Yesus Kristus, yang menguji murid-Nya itu, menantikan pilihan Filipus: dalam situasi yang memang sulit namun menuntut solidaritas dan kepedulian terhadap sesama tersebut, apakah dia mau berjalan bersama Allah atau berjalan sendirian?
Filipus nampaknya sudah kehilangan harapan, karena dari sisi manusiawi, situasi itu nampak jelas tidak dapat di atasi. Maka Yesus, yang menguji Filipus, meminta supaya kelima roti dan kedua ikan itu dibawa kepada-Nya, kemudian Dia mengambil roti dan ikan lalu mengucap syukur kepada Allah. Dan oleh karena campur tangan Allah, semua orang itu mendapat makanan, dan bahkan ada sisanya (Yoh. 6: 11-13).
Demikian, Yesus membuka kesempatan kepada Filipus dan para rasul-Nya, agar dalam tugas pelayanan mereka, mereka tidak hanya mengandalkan kemampuan sendiri, namun mengikut-sertakan kasih dan kebaikan Allah, atau berjalan bersama Allah, sehingga dapat melewati situasi yang sulit, karena pertolongan Allah.
Terima kasih Tuhan Yesus, atas pengajaran-Mu bagi kami yang Engkau sampaikan melalui Filipus, rasul-Mu. Semoga kami belajar untuk berjalan bersama-Mu, belajar untuk mengikut-sertakan Dikau di dalam tugas dan pelayanan kami, dan tidak hanya mengandalkan kemampuan kami sendiri, yang tidak berarti di hadapan-Mu. Teruslah berjalan bersama kami, ya Yesus. Amin! ***
*). Sekretaris General PIPA Keuskupan Pangkalpinang