Kamis dalam pekan Prapaskah IV, Tahun C/II; Bacaan Pertama: Kel 32:7-14,“Telah Ku lihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk; Mazmur 106:19-20.21-22.23 R:4a, Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umatku; Bacaan Injil: Yoh 5:31-47, “Jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.”
“Tetap Bekerja Seperti Yesus Yang Juga Tetap Bekerja Karena Bapa Juga Tetap Bekerja Sampai Sekarang”
Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi*)
Selamat pagi saudaraku tercinta,
Dalam Bacaan I (Kel. 32:7-14) dikisahkan Musa naik ke puncak gunung Sinai memenuhi undangan Allah, dan orang-orang Israel menunggu di kaki gunung. Karena Musa lama sekali tidak juga turun, orang-orang Israel menjadi tidak sabar. Mereka mengira bahwa Musa sudah binasa dalam api yang terlihat menghanguskan di puncak gunung Sinai.
Mereka menjadi seperti anak ayam kehilangan induk. Mereka mendesak Harun untuk membuat allah lain, yang akan memimpin mereka (ay. 1). Harun menuruti kemauan orang Israel (ay. 2-4). Mereka telah melupakan Allah yang masih hadir dalam kemuliaan-Nya di atas gunung Sinai (lih. Kel. 19:17-20; 20:18). Mereka melupakan Allah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan memelihara hidup mereka.
Hal itu membuat Allah murka dan ingin membinasakan Israel (ay.7-10). Namun Musa, memohon agar Allah mengampuni umat-Nya demi nama baik-Nya agar tidak diolok-olok oleh orang Mesir, juga demi perjanjian dengan leluhur Israel. Doa Musa didengar Tuhan, Ia tidak jadi melenyapkan umat-Nya (ay. 11-14).
Dalam Injil (Yoh. 5:31–47) dikisahkan Yesus melanjutkan kesaksian tentang diri-Nya yang membuat orang Yahudi sangat jengkel. Yesus menegaskan bahwa kalau Ia bersaksi tentang diri-Nya sendiri, bisa jadi itu suatu kebohongan (ay. 31). Yesus juga mengakui bahwa Yohanes Pembaptis, tokoh yang dihormati dan diagumi oleh orang Israel, telah memberi kesaksian tentang diri-Nya (ay. 32-33), dan kesaksian itu Ia nilai penting.
Namun Yesus menegaskan bahwa pada dasarnya Yesus tidak membutuhkan kesaksian Yohanes Pembaptis, (ay. 34). Bagi Yesus kesaksian terpenting tentang siapa diri-Nya adalah “Segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku untuk supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang.” (ay. 35-36). Yesus juga menampilkan sosok Musa, nabi yang sangat dihormati dan hukumnya menjadi pegangan utama bangsa Israel dan menegaskan bahwa Musa-lah yang akan mendakwa mereka di akhir jaman nanti, sebab “Jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan? (ay. 46-47).
Kuncinya: orang Yahudi mau mengimani Allah tetapi menurut cara dan kemauan mereka sehingga Mesias yang mereka rindukan pun harus datang seperti yang mereka inginkan. (ay. 37-44).
Bagaimana dengan kita? Adegan bangsa Israel di kaki gunung Sinai dan di jaman Yesus menggambarkan betapa sulitnya manusia untuk mengimani Allah menurut pola dan ketentuan Allah. Kita sering menjadikan Allah yang kita imani sebagai alat (pelayan) untuk memenuhi keinginan kita, bahkan nafsu kita.
Kita mau mengendalikan Allah. Jika keinginan kita tidak terpenuhi, dengan mudah kita melupakan kebaikan yang sudah ditunjukkan oleh Allah kepada kita sepanjang perjalanan hidup kita. Berkat dan kebaikan Allah yang sudah dilimpahkan, cenderung kita terima dan nikmati untuk sesaat. Sedikit saja mengalami kesulitan, kita akan dengan mudahnya melupakan kasih dan kebaikan Allah.
Bersyukurlah kita karena ketika Allah menyatakan ketidaksenangan-Nya atas sikap kita yang Ia nilai sudah tegar tengkuk, dan sebenarnya sudah memutuskan untuk menghancurkan kita, namun keputusan itu urung Allah eksekusi karena “begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. (Yoh 3:16-17).
Gambaran Allah yang Mahapengampun, yang menampakkan keagungan jiwanya yang tiada bandingnya seperti di bacaan I, terwujud nyata dalam diri Yesus. Sebagaimana kesetiaan Musa pada Allah, demikian juga kesetiaan Yesus pada kehendak Bapa-Nya, “berbuah” pengampunan. Dengan demikian sejarah dan karya penyelamatan Allah tetap berlangsung terus dan dengan demikian janji Tuhan tidak pernah akan gagal. Yesus lebih memilih hidup menderita dengan resiko dibunuh untuk mempertahankan kesetiaan-Nya pada Bapa-Nya.
Masa prapaskah merupakan masa untuk mengenang kembali, menghadirkan kembali, dan sekaligus merawat asa bahwa karya Yesus demi keselamatan kita tetap berlangsung sekarang dan selamanya.
Masa prapaskah membangkitan semangat kita untuk tidak mudah putus asa dan kecewa jika mengalami kesulitan hidup. Lebih dari itu, masa prapaskah juga mengajak kia untuk mau bertindak seperti Musa yang berani hadir di hadapan Alah untuk memohonkan pengampunan Allah bagi sesama kita, terutama yang sedang jatuh dalam dosa.
Masa prapaskah mengajak kita untuk tetap bekerja seperti Yesus yang juga tetap bekerja karena Bapa juga tetap bekerja sampai sekarang untuk semakin mengasihi, peduli, dan bersaksi demi pulihnya kehidupan, sehingga bumi sehat manusia sejahtera. Semoga. Tuhan memberkati. ***
*). Guru Agama Katolik mengajar di Seminari Menengah Mario Jhon Boen Pangkalpinang