Home FeatureJejak Renungan Harian Rabu, 20 Oktober 2021

Renungan Harian Rabu, 20 Oktober 2021

by Alfons Liwun

Pekan Biasa XXIX

Bacaan 1, Rom. 6: 12-18; Serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang telah bangkit dari kematian. Mzm. 124: 1-3.4-6.7.8; Pertolongan kita dalam nama Tuhan. Bacaan Injil Lukas 12: 39-48; Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut daripadanya.

Siap Sedia Selalu Setiap Saat Bagi Tuhan

Oleh: RD. Fransiskus Paskalis, Pastor Keuskupan Pangkalpinang

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Salah satu dampak dari pandemi covid 19 yang masih menghantui kehidupan masyarakat adalah kesulitan ekonomi. Pada satu sisi, bangsa-bangsa terus berjuang dalam kemelut ekonomi, agar warganya dapat bertahan hidup di tengah badai yang belum juga redah.

Pelbagai kebijakan dibuat oleh pemerintah untuk melindungi warganya, sekaligus memastikan bahwa masyarakat masih bisa hidup dengan kondisi ekonomi yang sedang carut marut ini. Dalam kondisi ini, pemandangan lain yang disuguhkan kepada kita adalah kriminalitas. Di mana-mana kita dengar betapa banyak pencurian bahkan perampokan yang dibarengi dengan pembunuhan secara sadis.

Fenomena ini mengungkapkan betapa kejamnya pandemi ini sehingga melululantahkan sendi kehidupan umat manusia. Pencurian dan perampokan menjadi tontonan kita di layar televisi atau di berbagai media sosial lainya. Tanpa membuat perencanaan dengan sang pemilik rumah, para pencuri dan perampok datang dan mengobrak-abrik rumah yang menjadi sasaran mereka. Banyak yang menjadi korban, sebab sang pemilik rumah tidak membuat persiapan, bahkan banyak juga korban nyawa hanya ketidaksiapannya dalam menghadapi situasi.

Persis dengan gambaran itulah, Yesus dalam Injil-Nya pada Hari Rabu, Pekan Biasa XXIX, memberikan sebuah peringatan untuk kita semua. Maksud Yesus jelas bukan untuk menakut-nakuti kita, tetapi sebuah himbauan untuk kita menjalani hidup.

Yesus menggambarkan kedatangan Anak Manusia (Dia Sendiri), seperti seorang pencuri. Dia tidak membuat tawar menawar tentang hari atau waktu kapan Dia datang. Dengan demikian, Yesus juga mengandaikan bahwa kita adalah sang pemilik rumah yang harus selalu bersikap siap sedia dalam kondisi apapun.

Yesus Mengajarkan Kerajaan Allah kepada Murid-Nya (foto:pen@katolik)

Gambaran yang sejalan dengan itu, dilanjutkan oleh Yesus ketika Ia membandingkan seorang pembantu dan pemilik rumah. Pembantu yang baik adalah dia yang bekerja sesuai apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Demikian juga, dia tidak perlu tahu kapan pemilik rumah itu datang. Baginya dia harus tetap setia pada tugasnya, kendati itu kadang membuat dia lelah. Sementara sang majikan adalah bos, tuan, yang tidak perlu memberi tahu para pembantu kapan dia tiba. Pada titik ini, sebenarnya seorang tuan sedang menguji  kesetiaan dan tanggungjawab hamba-hambanya.

Dari kisah di atas, kita dapat memberikan penegaskan ini: pemilik rumah adalah kita dan pencuri adalah Yesus, pekerja-pekerja adalah kita, sementara tuan rumah adalah Yesus. Waktu yang tidak tentu adalah saat kedatangan Tuhan itu. Pemilik rumah dan hamba yang tidak memiliki karakter siap, adalah ciri orang yang apatis, masa bodoh dengan hidup yang kekal.

Tipe orang ini selalu memandang hidup, hanya dari sisi duniawi dan menjadi ukuran segala-galanya. Karena mereka terlalu sibuk dengan hidup fana. Tetapi pemilik rumah dan hamba-hamba yang setia menjalankan tugas, memberikan penegasan bahwa kendati mereka sibuk dengan urusan duniawi, tetapi mereka tidak lupa mengarahkan hidupnya pada kehidupan kekal yang dijanjikan oleh Yesus sendiri.

Pertanyaan untuk kita: hidup yang bagaimana yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus? Sikap siap sedia seperti apakah yang Yesus harapkan untuk kita lakukan?

Pulau Lengkuas Belitung, Panorama Keindahan Alam, 27 April 2019 (foto:alfonsliwun)

Santo Paulus dalam bacaan pertama ketika ia menulis suratnya kepada umat di Roma telah memberikan jawaban untuk kita, yakni jauhkanlah diri kita dari dosa, dan mari kita mempergunakan hidup kita untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan diri kita dan sesama. Membangun sikap pertobatan terus menerus adalah suatu cara bagaimana kita menjalani hidup sebagai pemilik rumah dan hamba-hamba itu.

Kendati kuatnya keinginan kita untuk bertobat, tetapi yang paling penting, mari kita selalu memohon anugerah Roh Kudus, Roh Yesus sendiri untuk menolong kita, sebab tanpa tuntunan Roh Kudus, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Amin. Salam Komunio. ***

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.