Home HUMANIORA Renungan Harian Kamis 21 Oktober 2021

Renungan Harian Kamis 21 Oktober 2021

by Alfons Liwun

Pekan Biasa XXIX, Tahun B/I.

Bacaan 1, Rom. 6: 19-23; Sekarang kalian telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba Allah. Mzm. 1: 1-2.3.4.6; Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada Tuhan. Bacaan Injil Lukas 12: 49-53; Aku datang bukannya membawa damai, melainkan pertentangan.

Yesus Datang Membawa Damai Atau Api Pertentangan?

Oleh: Bapak Fransiskus Andi Krishatmadi

Selamat pagi saudaraku tercinta,

Dalam bacaan I (Rom 6:19-23) St. Paulus kembali mengingatkan sekaligus mengajak jemaat di Roma bahwa sebagai orang-orang yang sudah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba Allah (ay. 22) maka sudah seharusnya mereka menyerahkan anggota-anggota tubuh mereka menjadi hamba kebenaran yang membawa mereka kepada pengudusan (ay. 19).

St. Paulus mengingatkan jemat di Roma bagaimana hidup mereka dahulu ketika menyerahkan anggota tubuh mereka menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan (ay. 19) dan buah yang sudah mereka petik selain rasa malu dan kematian (ay, 21) dan sekarang, setelah dimerdekakan dari dosa dan setelah menjadi hamba Allah, mereka beroleh buah pengudusan dan hidup yang kekal (ay. 22).

Yesus datang membawa damai (foto:paroki HKY tegal)

Dalam Injil (Luk 12:49-53) Yesus menegaskan bahwa Ia datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa ia mengarapkan agar api itu telah menyala (ay. 49). Pernyataan yang sulit dipahami karena Yesus juga menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai melainkan pertentangan (ay. 51-53). Yesus juga menyatakan berapa Ia merindukan secepatnya untuk bisa dibaptis, dan jika itu belum terpenuhi Ia merasa gelisah (ay. 50).

Bagaimana dengan kita? Api yang dilemparkan Yesus ke bumi adalah simbol relasi Allah dengan umat-Nya (Kel 3:2) yang membimbing dan memberi perlindungan (Kel 13:21-22), yang menyucikan umat-Nya dari dewa palsu (1Raj 36-39), yang menampakkan kemuliaan dan kekudusan Allah (Yes 1:4.13 dan Ul 4:24), melambangkan keaslian Allah yang memisahkan orang benar dan orang tidak benar (Za 13:9) dan juga kemarahan Allah atas dosa manusia (Yes 66:15-16).

Jadi, Yesus datang ke dunia memang untuk membawa damai (lih. Luk 2:14) dan pendamaian (lih. Rom 5:11). Namun kedatangan Yesus itu telah menimbulkan pertentangan antara yang menerima dan menolak Yesus. Yang menolak tidak mau datang kepada terang, yaitu Yesus (lih. Yoh 1:4-5.9), supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak (Yoh 3:20-21). Hal itu sudah dinubuatkan oleh nabi Simeon (lih. Luk 2:34), bahwa Kristus akan menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan, antara mereka yang menerima Dia dan yang menolak Dia.

Panas yang membakar yang menghasilkan keaslian (foto:komsosmanado)

St. Paulus menegaskan bahwa pertentangan itu juga terjadi dalam diri kita (lih. Rom 8), bahwa hidup menurut daging atau Roh, dan secara nyata antara keinginan menyerahkan anggota tubuh kita kepada dosa atau kasih karunia Allah (Rom 6:12-18), dan untuk itu St. Paulus mengingatkan bahwa kita sudah dibaptis artinya sudah ditebus dari dosa, dan menjadi milik Allah, hidup dalam kebenaran dan itu harus dipertahankan sebab si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya dengan melawan iblis, itu dengan iman yang teguh (1Ptr 5:8-9).

Demikian juga Yesus telah mempertahankan agar terang yang Ia bawa tetap bersinar dengan rela dibaptis dalam sengsara dan wafat-Nya di salib, bahkan peristiwa sengsara dan salib sangat Ia rindukan (Luk 12:50). Sepanjang hidup-Nya di dunia, Kristus memang telah menjadi tanda perbantahan sebab Ia mengajarkan ajaran kesempurnaan yang tidak mudah untuk diterima oleh masyarakat pada saat itu, dan juga pada saat ini.

Hidup dalam semangat Roh Kudus (foto:alfonsliwun)

Tuhan Yesus sudah memperingatkan para murid tentang perpecahan yang akan menyertai penyebaran Injil (Mat 10:24). Secara khusus adalah pengajaran yang diajarkannya di bukit (delapan Sabda Bahagia) tentang berbahagialah orang yang miskin di hadapan Tuhan, haus dan lapar akan kebenaran, lemah lembut, murah hati, yang sekarang berduka, yang suci hatinya, yang membawa damai, yang dianiaya karena kebenaran, yang dikucilkan karena mengimani Kristus (lih. Luk 6:20-23; Mat 5:3-12) dan bahkan ajaran untuk mengasihi musuh atau orang yang menganiaya kita (Mat 5:44). Ajaran kesempurnaan ini adalah sesuatu yang tidak sama dengan persepsi dunia, yang cenderung memilih untuk menjadi kaya, memberi dengan harapan akan menerima kembali, membalas kejahatan dengan perbuatan setimpal, yang tidak tertarik untuk mencari kebenaran Allah, yang tidak mudah berdamai dan memaafkan, yang tidak mau menderita apalagi dianiaya. Semoga, TUHAN memberkati. Amin. Salam Komunio. ***

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.