Home KATEKESE Renungan Harian Rabu 9 Maret 2022

Renungan Harian Rabu 9 Maret 2022

by Alfons Liwun

Rabu Prapaskah I

Bacaan I: Yun, 3:1-10, Penduduk Niniwe berbalik dari tingkah lakunya yang jahar; Mazmur 51:3-4.12-13.18-19, Hati yang remuk redam tidak akan Kau pandang hina, ya Allah;  Injil Lukas, 11:29-32, Angkatan ini tidak akan diberi tanda selain tanda Nabi Yunus.

 Tobat, Jalan Kesalehan

RD. Fransiskus Paskalis *)

 Sanak keluarga yang terkasih dalam Kristus….

 Sejak hari Rabu Abu, tema besar yang menjadi permenungan kita adalah pertobatan. Tema tentang pertobatan ini menjadi sangat penting bagi kita, mengingat hakekat kita manusia, yang adalah ciptaan Tuhan, adalah panggilan pada kekudusan. Kendati kita dipanggil pada kekudusan untuk menjadi Kudus seperti Tuhan sendiri, namum kita tidak bisa memungkiri bahwa hakekat kekudusan kita, selalu ternodai karena dosa. Sementara itu, di sisi lain, kita mengenal sifat Tuhan; Panjang Sabar, Penuh Belas Kasih, Mahapengampun.

Bacaan pertama dalam misa harian kita hari Rabu ini, mengungkapkan kepada kita hal ini. Hidup dalam gelimang dosa, membuat Tuhan hendak menghukum semua penduduk kota Niniwe. Hubungan mereka dengan Tuhan yang awalnya terlain begitu harmonis, kini menjadi rusak, sebab orang-orang Niniwe telah melanggar perjanjian dengan Tuhan Allah. Atas sikap dan perbuatan mereka ini, Tuhan yang kita kenal dengan sifat Mahamurah dan Suka Mengampuni, tampaknya begitu geram melihat perbuatan mereka. Dosa telah membuat hidup mereka tercemar dan persahabatan yang tulus dengan Allah kini memasuki masa kritis. Murka Allah ini tidak bisa dibendung lagi. Oleh sebab itu, Allah merencanakan untuk menghukum-menjungkirbalikan semua penduduk Niniwe.

Pertobatan, Jalan YUnus menuju kesalahan hidup (foto:renunganhariankatolik.com)

Dan ketika rencana untuk menghukum mereka direalisasikan, Tuhan ingat akan umat-Nya dan akan hamba-Nya Yunus. Di sini, kita melihat dosa yang sudah melukai Tuhan yang dilakukan oleh orang Niniwe dan Nabi Yunus yang siap membawa keselamatan, dengan seruan pertobatannya. atas perintah Tuhan sendiri, Yunus mengelilingi kota Niniwe selama tiga hari perjalanan jauhnya untuk meminta semua penduduk untuk bertobat. Yunus meminta mereka untuk meninggalkan dosa, membangun kembali hubungan mereka dengan Tuhan yang sudah rusak, meninggalkan hidup mereka yang lama, untuk kembali ke jalan Tuhan. Ketakutan akan murka Allah yang akan menimpa mereka, membuat mereka menjadi sadar, bahwa pertobatan adalah jalan yang dikehendaki oleh Allah agar mereka menjadi selamat.

Niat baik untuk bertobat dan memperbaharui diri ini, kemudian terwujud dalam iman mereka yang mulai percaya kepada Allah yang diwartakan oleh Yunus. Para pemimpin mengungkapan pertobatan ini dengan mengenakan kain kabung, duduk di atas abu, dan meminta semua penduduk untuk berpuasa dan pantang, mengenakan kain kabung, berseru kepada Tuhan dan memohon belaskasih-Nya agar Tuhan membatalkan rencana-Nya untuk menghukum Niniwe.

Kisah penyesalan penduduk Niniwe diakhiri dengan semua seruan mereka yang sampai kepada Tuhan. Dan Tuhan kemudian membatlkan rencana-Nya untuk menghukum mereka. Kendati Niniwe berdosa dan sangat melukai hati Tuhan, tetapi Tuhan lebih mencintai mereka, dengan syarat: BERTOBAT. Pertobatan adalah hiburan yang menyenangkan hati Tuhan.

Bagaimana dengan kita?  Amin.

*). Imam Keuskupan Pangkalpinang, Pastor Paroki, Paroki Tanjungpandan Belitung

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.