Home KATEKESE Renungan Harian Selasa 8 Maret 2022

Renungan Harian Selasa 8 Maret 2022

by Alfons Liwun

Pekan I Prapaskah

Bacaan pertama Yesaya 55: 10-11, Firman-Ku akan melaksanakan apa yang Kukehendaki; Mazmur 34: 4-5.6-7.16-17.18-19, Tuhan melepaskan orang benar dari segala kesesakannya; Bacaan Injil Matius 6: 7-15, Yesus mengajar murid-Nya berdoa

Waktu dan Cara Berdoa

RD. Zakarias L. Ujan *)

Ada waktu untuk berdoa karena Pengkotbah mengatakan segala sesuatu punya waktu. Kita hendaknya menyiapkan waktu untuk berdoa. Aspek lain yang tak kalah penting adalah disertai dengan disposisi bathin kita, supaya bebas dari semua kesibukan. Dengan waktu dan disposisi bathin sangat diandalkan ketika kita mau untuk melibatkan diri dan atau terlibat serta berpartisipasi aktif dalam berdoa baik perorangan atau berdoa bersama. Santo Siprianus mengatakan bahwa “Dia yang memberi kita hidup, juga mengajar kita berdoa.”

Yesus mengajarkan kita “Doa Yesus” (foto:sesawi.net)

Secara umum, kita sering mendengar bahwa kalau berbicara katanya harus singkat, padat, dan jelas. Berusaha untuk menghindari pembicaraan yang panjang dan bertele-tele. Tujuannya supaya kelompok pendengar atau kelompok sasaran bisa menangkap isi pembicaraan dan mengerti. Sebagai tujuan tambahan yakni bisa menghindari  rasa bosan, rasa jenuh, dan kabur pemahaman akan pembicaraan itu. Singkatnya kiranya sebuah pembicaraan itu berisi dan tidak bertele.

Hal serupa bisa kita sejajarkan dengan waktu berdoa dan caranya berdoa agar betul-betul membawa hujan berkat dan rahmat bagi kita umat pendoa. Benar bahwa waktu itu milik Tuhan. Namun yang kita jumpai dan alami bahwa umat nasrani tidak menyempatkan diri untuk berdoa karena katanya tidak ada waktu untuk berdoa. Terkadang terdengar keluhan juga bahwa berdoa atau beribadah atau suatu perayaan liturgis atau misa itu panjang dan lama. Mengapa ada keluhan serupa itu? Karena kita tidak menyiapkan cukup waktu untuk terlibat dalam kesempatan berdoa atau beribadah atau mengikuti perayaan tertentu.

Injil mengatakan kalau berdoa janganlah bertele-tele. Kalau memang bertele-tele berarti itu merupakan sebuah indikasi bagi mereka yang tidak mengenal Tuhan. Oleh karena itu tentunya berdoa itu singkat saja, padat, dan jelas. Karena kita umat beriman percaya kepada penyelenggaraan Tuhan bagi kita dalam hidup ini.Tuhan, Bapa kita mengetahui apa yang kita perlukan sebelum kita meminta pada-Nya.

KBG St. Yosep Sungailiat, mendalami tema 9 Sinode Para Uskup (foto:groupfasliat)

Untuk itu berdoalah “Doa Tuhan”. Penginjil Matius menuturkan buat kita cara berdoa. Doa Tuhan memang singkat, padat, dan jelas. Ada intensi untuk Tuhan dan ada pula untuk manusia. Singkatnya untuk Tuhan, kita berdoa supaya Nama Tuhan dikuduskan, Kerajaan-Nya terealisir (datang), kehendak-Nya terjadi. Sedangkan untuk kita manusia, kita berdoa mohon diberi rezeki yang cukup, mohon diampuni dari kesalahan dan dijauhkan dari pencobaan serta dibebaskan dari yang jahat.

Selanjutnya kita melihat ada penekanan soal mengampuni dan saling mengampuni. Mengapa?  Karena Tuhan lebih dahulu sudah mengampuni kita. Sekali lagi mari kita saling mengampuni oleh dan dalam serta karena Kasih Pengampunan Tuhan. Kita jadikan saling mengampuni sebagai doa kita.

Nabi Yesaya menegaskan “Firman Tuhan bagai hujan dan salju yang turun dari langit, mengairi bumi, membuatnya subur, menumbuhkan tetumbuhan, memberi benih pada penabur dan roti bagi yang mau makan”, dan Firman terlaksana seperti yang dikehendaki Tuhan dan memberi hasil sesuai dengan suruhan Tuhan.

Berdoalah doa Tuhan. Tuhan mendengarkan doa kita umat beriman dan mengabulkannya sesuai dengan Kehendak-Nya. Amin. ***

*). Imam Keuskupan Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.