Home KATEKESE Renungan Harian Senin 7 Maret 2022

Renungan Harian Senin 7 Maret 2022

by Alfons Liwun

Hari Biasa Pekan I Prapaskah (U).

Bacaan I, Imamat 19:1-2,11-18, Kuduskanlah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus; Mazmur 19:8,9,10,15, Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan; Bacaan Injil Matius 25:31-46, “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan dan semua malaikat datang bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.

Saling Mengasihi, Keharusan dalam Hidup

Oleh: Alfons Liwun*)

 Perjuangan manusia dalam hidupnya, tidak hanya mengejar kehidupan lahiriah. Tetapi juga kehidupan rohaniah. Hidup, harus seimbang diantara keduanya, lahiriah dan rohaniah. Kehidupan lahiriah ialah perjuangan untuk memenuhi kebutuhan fisik. Sementara kehidupan rohaniah merupakan perjuangan untuk memenuhi jiwa, roh.

Bacaan suci hari ini (7/3/2022), menampilkan ajaran Allah tentang mengasihi Allah dengan cara tidak langsung kita dipanggil untuk mengasihi sesama kita. Bacaan pertama, menegaskan bahwa mengasihi sesama alasannya sangat sederhana yaitu sesama adalah ciptaan Allah. Sementara bacaan Injil memberikan secara jelas sesama ialah wajah Allah yang nampak dalam dunia ini. Sesama adalah siapa saja, seperti orang miskin, orang asing, orang telanjang, orang dalam penjara, orang cacat, dll.

Ukuran Mengasihi Sesama, akan diukur oleh Anak Manusia (foto:sesawi.net)

Rasanya, dalam situasi global saat ini, mengasihi sesama terasa susah. Ada dua premis yang boleh kita temukan cara sesama mengasihi sesama. Pertama, mengasih sesama mempunyai indikasi khusus. Ini yang sering dikatakan kebanyakkan orang, mengasihi sesama karena “ada udang dibalik batu.” Mengasih sesama, karena ada maksud tertentu. Kedua, mengasihi sesama secara tulus, tanpa ada embel-embelnya.

Mengasihi sesama merupakan keharusan bagi orang yang beriman pada Allah. Karena jelas bahwa sesama adalah wajah Allah yang nampak didalam dunia ini. Makna terdalam dari Mengasih sesama, merupakan sebuah ibadah. Mengapa karena ibadah yang bermanfaat bukan pada proses ritual, namun ada dalam penghayatan, nyata dalam seluruh proses hidup hari demi hari, dari pagi hingga pagi berikutnya, dan seterus.

Dalam proses memaknai kedalaman hidup bagaimana ketulusan kita mengasihi sesama, ukurannya ada dalam hati. Ukurannya, akan dinyatakan dikemudian hari oleh Anak Manusia. Dia akan memilah “di sebelah kiri” atau “di sebelah kanan”. Di sebelah kiri akan hidup di tempat siksaan atau di sebelah kanan, hidup yang kekal.

Dalam masa retret agung ini, Anak Manusia mengajak kita untuk mengasih sesama, dengan pilihan-pilihan yang khas, hidup di tempat siksaan atau hidup yang kekal. Doa, pantang dan puasa, menguatkan kita untuk menelusuri hari-hari retret agung ini, memberikan pilihan yang pasti, hidup yang kekal, dengan mengasih sesama tulus hati. ***

*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.