Bacaan pertama 1Petrus 1: 10-16, Para nabi telah bernubuat tentang kasih karunia bagimu. Sebab itu waspadalah, dan taruhlah harapanmu sepenuhnya pada kasih karunia itu; Mazmur 98: 1.2-3ab.3c-4, Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya; Bacaan Injil Markus 10: 28-31, Sekalipun diserta penganiayaan, pada masa ini juga kalian akan menerima kembali seratus kali lipat, dan dimasa datang menerima hidup yang kekal.
Kita “Menjadi” Kudus…
RD. Zakarias L. Ujan *)
Setiap manusia berjuang dan berusaha dengan segala kemampuannya untuk menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik layaknya sebagai manusia merupakan tujuan yang diperjuangkan. Maka semua dihalalkan dan dipertaruhkan supaya tujuan hidup manusia dengan semua hak dan martabatnya boleh terpenuhi dan dipelihara. Oleh prestasi dan tingkatannya dalam domen kehidupan manusia mendapatkan sukacita dan kebahagian. Pada titik itu manusia, dapat dianggap sudah mampu mewujudkan dirinya sebagai ciptaan yang bermartabat.
Meraih kesuksesan dalam hidup yang melahirkan sukacita merupakan skala prioritas yang terbingkai dalam tujuan hidup manusia. Demikian juga dalam hidup mahkluk beragama dan umat beriman.
Kalau kita umat beriman merujuk pada ajaran Gereja dan iman kita, ada tertulis bahwa Yesus Kristus datang untuk menyelamat kita umat-Nya dari perbudakan dosa dan supaya semuanya DIKUDUSKAN. Yesus menyucikan Gereja-Nya dengan anugerah Roh Kudus. Maka kekudusan Gereja dan umatnya merupakan tugas mulia dari misi Yesus.
Kekudusan dan atau keselamatan merupakan anugerah Tuhan bagi kita umat beriman. Tetapi itu tidak berarti bahwa untuk mendapatinya tidak perlu ada usaha dari pihak kita, umat beriman. Kita, umat beriman tetap berusaha dan memperjuangkan.
Dalam konteks bacaan Suci kita hari ini, ada terlihat beberapa poin yang tergolong dalam prioritas usaha dan perjuangan bagi kita. Dalam bacaan I (1Ptr. 1: 10-16) disebutkan bahwa Kristus itu kudus adanya. Berarti bahwa kita berusaha menjadi kudus dengan taat kepada-Nya dan kita tidak dikuasai oleh hawa nafsu. Bahwa Guru dan Tuhan kita sudah kudus maka kita umat beriman hendaknya kudus. Bahwa perjuangan kita tidak terlepas dari kasih karunia yang diperuntukan bagi kita; dalam Roh yang namanya penderitaan membuahkan kemuliaan; berusaha melayani sesama manusia; hidup kita selalu berdasar pada iman.
Sementara itu, Injil (Mrk. 10: 28-31) menyajikan kepada kita contoh dan teladan dari para murid Yesus, seperti meninggalkan semua yang menghalangi panggilan mencintai, mengikuti Yesus, dan dengan cara itu kita akan mendapatkan banyak dan layak masuk Kerajaan Allah dan atau hidup yang kekal.
Di sini kita melihat bahwa kita perlu memelihara kemurnian hidup dan hati serta kita pun harus hidup dengan semangat lepas bebas dan dengan berani meninggalkan semua yang terbilang batu sandungan untuk “berusaha menjadi kudus” dan meraih kekedusan itu. Inilah cita-cita kita, umat beriman. Cita-cita yang mulia dan membahagiakan.
Mari kita berjuang dengan iman dan bersama Allah sendiri. Allah telah menyelenggarakan kekudusan dan keselamatan itu bagi kita. Yang terakhir yang dituntut dari kita umat beriman adalah usaha dan perjuangan dengan kasih. Amin.***
*). Imam Keuskupan Pangkalpinang