Bacaan 1: Yun. 3:1-10; Mzm. 130: 1-2.3-4ab.7-8; Bacaan Injil Lukas 10: 38-42
Skala Prioritas Dalam Rencana Hidupmu
Oleh: RD. Zakarias Ujan
Hidup manusia menyejarah dalam ruang dan waktu. Dan manusia itu adalah “rekan kerja” Tuhan. Manusia juga mempunyai rencana dalam hidupnya. Maka manusia mau tidak mau mempunyai skala prioritas. Memang itu tidak terelakan. Dia, manusia wajib mengetahui dan pandai membedakan hal yang utama dan yang tambahan atau sekunder dalam hidup dan karyanya.
Umpanya, dalam dunia pelayaran, nahkoda kapal seharusnya yang ahli dan trampil, pandai berenang. Di samping itu, faktor alam (hujan, angin, badai) menjadi penting ketika hendak berlayar sampai ke tujuan. Dari semua yang disebutkan di atas itu, bagi saya, yang utama dan terpenting adalah “La Presence Cachée” (Ada yang tidak Kelihatan) yakni tokoh utama yang bekerja dibalik layar dan sekaligus Nahkoda Utama yang berkuasa atas alam dan hidup manusia yaitu Allah yang Menjelma: Yesus Kristus. Nahkoda yang bijak tentu tetap percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi dalam karyanya.
Martha dan Maria adalah bersaudara. Mereka bersahabat amat mendalam dengan Yesus. Kalau diteropongi dari orang Samaria, Martha tentunya akan dipuji karena pelayanannya yang praktis kepada Yesus. Dia sibuk dengan urusan di dapur selayaknya menyiapkan yang perlu untuk menjamu Yesus. Nyatanya, tindakannya tidaklah dipuji bahkan diremehkan. Dan dia ditantang untuk meninjau prioritas dalam hidup dan kerjanya. Sedangkan Maria, saudaranya, duduk di dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan sabda-Nya. Pemuridan Kristiani terutama adalah keterikatan dengan Yesus. Harus punya waktu untuk “Mendengarkan Sabda-Nya”. Berbakti kepada Yesus adalah satu-satu yang dituntut.
Tampilan figur Martha dan Maria menguraikan ketegangan dalam menentukan pilihan dalam pelayanan kasih. Tetapi perlulah disadari bahwa sebuah bentuk pelayanan kasih tidak terlepas dari doa. Kedua figur, Maria dan Marta memperlihatkan dirinya dalam pelayanan kasih, dalam memperhatikan kebutuhan sesama. Tetapi kalau tanpa doa, itu dapat dianggap bukan kasih. Hal serupa mengingatkan kita akan penting dan perlunya “ora et labora”. Figur Marta dan Maria serta pilihan prioritas akan kesibukan menampilkan dua type manusia yang hidup dan bekerja sesuai tugas dan jabatannya masing-masing. Ceritera tentang Orang Samaria, Marta dan Maria memberikan ilustrasi perinta ganda dalam urutan yang terbalik: tindakan orang Samaria menekankan kasih kepada sesama, sedangkan tindakan Martha dan Maria menekankan kasih kepada Yesus Tuhan. Injil suci adalah sumber inspirasi bagi pelayanan kasih.
Kisah Maria dan Marta mau mengatakan juga kepada kita manusia zaman now yang serba digital dan instan bahwa buah-buah kemajuan iptek itu tidak boleh menenggelamkan skala prioritas atau mengaburkan dan atau membutakan kita akan apa yang utama dan tambahan dalam hidup ini. Kita, entah umat nasrani, para Romo, orangtua, anak, anggota kelompok kategorial apa pun, bisa bertanya diri: “apa yang utama dan tambahan” dalam hidup kita, atau dalam kehidupan menggereja?
Dari semua fihak yang terkait, saya dan anda, kita, harus tahu dan bedakan mana yg utama dan tambahan. Dalam domen iman dan kepercayaan, bagi kita semua tanpa kecuali, yang utama dan terpenting adalah muatan iman yakni Yesus Kristus dan semua aspek Credo para rasul. Sementara itu, semua unsur yang merujuk dan terkait pada yang utama itu tergolong tambahan (sekunder). Meskipun diterima sebagai tambahan tapi amatlah berfungsi untuk menerima, mengimani, dan menghayati yang utama itu.
Kita berdoa agar kita tetap setia pada pilihan akan isi iman: Yesus Kristus, sebagai skala prioritas kita. Semoga dalam peziarahan ini, berkat doa Bunda Maria, kita semakin dekat pada Yesus Puteranya dan semakin bijak untuk “duduk dekat Yesus”, mendengar dan belajar pada-Nya. Dan semoga “api” dapur pelayanan tak terpadamkan dan tetap menyemangati kita untuk saling melayani. Amin.***
Salam komunio!