Home KATEKESE Renungan Harian Senin 21 Maret 2022

Renungan Harian Senin 21 Maret 2022

by Alfons Liwun

Hari Senin Prapaskah III

Bacaan pertama,2Raja-raja 5:1-15a, Banyak orang sakit kusta, dan tak seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain daripada Naaman orang Syria itu; Mazmur 42: 3, Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?; Bacaan Injil Lukas 4: 24-30, Yesus seperti Elia dan Elisa, diutus bukan kepada orang-orang Yahudi.

Kita Butuh “Air Pengobatan” dari Elia, Elisa dan Yesus

Oleh: Alfons Liwun*)

 Bacaan pertama mengisahkan seorang tokoh. Tokoh itu bernama Naaman, panglima perang Aram, anak kesayangan raja Aram. Namun, sayang sekali. Ia tentara yang sakit kusta. Dalam diri Naaman tentu berharap, ia sembuh. Supaya bisa bergabung dengan tentara-tentara lain dan ikut berperang. Keinginan Naaman ini ditanggapi secara serius oleh seorang gadis Israel yang sedang ditawan. Kata gadis Israel itu, supaya Naaman pergi ke Israel dan berjumpa dengan Elia, raja Israel untuk disembuhkan.

Niat baik Naaman pun terwujud dengan meminta kepada raja Aram. Raja Aram meminta supaya menyiapkan hadiah khusus untuk Elia. Hadiah ini diberikan kepada raja, sebagai tanda kesembuhannya.

Dengan pasukan berkuda, Naaman dan rombongannya pergi ke Israel dengan membawa surat pesan raja Aram. Respons raja Israel, kaget. Tidak hanya itu, tetapi Elia memahami pesan raja Aram semacam bahan olokan. Respons lain raja Israel ialah mengoyakan jubahnya. Namun, isteri raja Israel, Elisa merespons cara rajanya, dengan mengatakan kepada Naaman untuk pergi mandi di Sungai Yordan.

Keraguaan Naaman, berubah menjadi kesembuhan (foto:alkitab.sabda.org)

Naaman pun mengikutinya, namun keraguaan Naaman pun muncul. Beda konsep penyembuhan yang dimiliki Naaman dengan Elisa. Pikir Naaman, penyembuhannya cara pengobatan seperti dokter. Model penyembuhan inilah yang menjadi keraguaannya. Tetapi karena dorongan untuk sembuh, Naaman pun ikut. Dorongan Naaman perlu dimaknai bahwa kesembuhaannya, karena kepasrahannya pada permintaan gadis kecil, gadis tawanan, wujud malaikat Tuhan. Bahwa keselamatan Allah tidak hanya berbatas pada orang-orang Isarael, tetapi juga untuk bangsa lain.

Bacaan Injil, Yesus tampil sebagai seorang nabi. Nabi yang ditolak dari kampung halamannya sendiri. Bahkan Yesus mau dilempar dari tebing yang tinggi. Ini mencerminkan sikap sombong, gengsi dan tidak terbuka atas karya keselamatan Allah yang sedang terlaksana.

Penolakan Yesus ini pun menandai bahwa keselamatan tidak hanya berbatas pada orang-orang kampung halamannya, tetapi juga untuk orang-orang lain. Tepat sekali teks Lukas ini karena mengutip juga tokoh Elia dan Elisa, dua tokoh tabib Perjanjian Lama.

Bagaimana dengan kita? Keselamatan Allah memang sebuah tawaran. Tawaran Allah terkadang ditolak karena sikap gengsi, tidak patuh, sombong, bahkan ceroboh untuk melakukan sikap kasar. Karena itu, patutlah kita butuh “pengobatan” dari Elia, Elisa, dan Yesus.

Pengobatan dibutuhkan supaya sikap gengsi, tidak patuh, dan sombong diubah oleh air pengobatan sehingga “bejana tubuh” yang menjadi kemah Roh Kudus, bersinar juga bagi orang lain. Amin!.

*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.