Bacaan 1, Dan. 1: 1-6.8-20, Di antara mereka tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya; Dan. 3: 52-56, Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami; Bacaan Injil Lukas 21: 1-4, Yesus melihat seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti derma.
Janda ini Memberi dari Kekurangannya
Oleh: Alfons Liwun
Raja Nebukadnezar, pemimpin yang terkenal pada Kerajaan Babilonia. Dikenal karena mempunyai kehebatan dalam politik, kekuatan militer dan istana yang megah. Sisi gelapnya dikisahkan sebagai penjahat yang besar. Sisi jatidiri Nebukanedzar ini sangat kontras.
Kehebatan berpolitik membawanya lupa diri. Kekuatan militernya yang hebat pun mengantarnya untuk mengolah gen keperkasaannya menjadi gila kuasa. Tidak heran, menjadi raja hampir 43 tahun di Kerajaan Babilonia. Karena merasa hebat dalam kekuatan militernya, bacaan pertama mengisahkan bahwa pasukan Nebukanedzar mengepung kota Yerusalem, ibu kota Kerajaan Yehuda.
Akibat serangan Raja Nebukanedzar, Yerusalem jatuh pada tangannya. Yoyakim, Raja Yehuda harus berjuang keras setiap tahun membayar pajak kepadanya. Bahkan tidak hanya itu, rakyat ditawannya sehingga menyebar ke berbagai wilayah Kerajaan Babilonia. Ikut dalam tawanan Raja Babilonia, empat tokoh yang disebut dalam Kitab Daniel, yaitu Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya. Keempatnya orang cerdas dan setia pada Tuhan. Keempatnya diminta Raja Nebukanedzar untuk bekerja sebagai pegawai istana. Keempatnya mengikuti ritme kehidupan istana Kerajaan Babilonia yang glamour. Makanan dan minuman Raja pun setara dengan makanan dan minuman mereka.
Menariknya bahwa keempat orang cerdas tawanan Yehuda ini berpegang teguh pada imannya. Sikap keempat orang ini luar biasa, suatu perjuangan hidup untuk menahan diri dan tidak terpengaruh pada kehidupan istana. Menahan diri dengan setia pada kehidupan mereka seperti di Yehuda adalah sikap rela berkurban, setia pada iman, setia pengabdi, penuh kasih dalam bekerja dan berelasi dengan pimpinan pegawai istana, dan tulus dalam memberi diri melayani istana Kerajaan Babilonia.
Gaya hidup sehat dan cerdas yang dimiliki keempat tawaran Yehuda ini mengantar pimpinan pegawai istana raja menjadi seorang pegawai yang bersikap lembut hati, mau mendengarkan kata-kata Daniel, cs dan berkurban diri untuk siap dimarahi raja. Pimpinan pegawai istana takluk dengan kata-kata Daniel, cs. Inilah menjadi cara Daniel, cs menunjukkan kualitas hidup di istana raja. Cara bersaksi hidup akan kualitas hidup jika setia pada Tuhan. Daniel, cs dari asalnya menghidup prinsip: setia, iman, tulus dan berkorban, hingga jauh dari Yehuda sebagai tawanan perang pun mereka bersikap yang sama. Inilah yang kemudian dikenal “prinsip hidup” atau “karakter hidup”.
Perjuangan hidup dalam kesetiaan, rela berkurban, sederhana, tulus ikhlas, dan mau berbagi, dikisahkan kembali dalam Injil Lukas hari ini, tentang pemberian kepada Tuhan dari seorang janda. Lukas mengisahkan secercah pengalaman di Bait Allah. Dikatakan bahwa “Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.” (Luk. 21:1-2)
Pemandangan Yesus yang ditampilkan Lukas merupakan sebuah pemandangan yang kontras. Pemandangan yang kontras karena, dua orang yang sedang memberikan persembahan kepada Tuhan, memiliki makna pemberian yang berbeda.
Pertama, si kaya memberikan persembahan berdasarkan kelebihan hidupnya, sementara si janda memberikan persembahan berdasarkan kekurangannya. Kedua, si kaya memberikan persembahan tidak dengan tulus, tidak dengan ikhlas, tidak dengan penuh pengorbanan, sementara si janda memberikan hidupnya sendiri, tulus, ikhlas, dan rela berkurban. Ketiga, Injil Lukas tidak menyebut bagaimana kedua tokoh ini menunjukan sikap dan cara memberikan persembahan. Namun, bisa saja dibayangkan, bagaimana sikap dan cara kedua tokoh ini memberikan persembahan.
Dari kedua bacaan suci yang kita baca dan dengarkan hari ini, bagaimana maknanya untuk hidup kita sebagai seorang nasrani masa kini?
Pertama, Daniel, cs memiliki perjuangan hidup untuk melawan Raja Nebukanedzar dengan cara yang lembut. Daniel, cs menjalani hidup di istana raja, tempat tawanan dengan tetap setia pada gaya hidup mereka ketika di Yehuda. Mereka tidak terpengaruh dengan suasana istana yang glamour.
Dengan cara hidup mereka: setia pada iman, rela berkurban dalam melayani istana, berelasi yang lembut dengan para pegawai dan terkhusus kepada pimpinan istana, Daniel, cs bersaksi dalam istana akan kemulian hidup dalam Tuhan. Bahwa kecerdasan bekerja dan berelasi pun memiliki hubungan yang erat dengan sang Pencipta kehidupan ini. Cara Daniel, cs bersaksi tentang bait tubuh mereka sebagai cipta Tuhan dihargai sebagai hadiah Tuhan untuk dibangun dengan cara hidup sehat.
Kedua, Katekese Yesus tentang cara memberikan persembahan kepada Allah dengan tulus ikhlas, sesuai dengan apa yang dipunyai, sikap berkurban, dan sederhana si Janda menjadi tawaran menarik untuk kita renungan. Isi katekese Yesus di dalam Bait Allah, bukan soal berapa besar harus diberikan kepada Allah. Namun, seberapa tulus-ikhlas, orang Nasrani mempersembahkan sesuatu kepada Allah. Yesus pun tidak menekankan mengenai barang atau benda apa yang dipersembahkan kepada Allah. Yesus justru menegaskan sikap, cara hidup yang sebenar mengenai “hati manusia”. Dari hati akan keluar segala sesuatu yang bisa dibaca, dilihat, dan dirasakan.
Cara pandangan Yesus jauh berbeda dengan cara pandangan manusia. Menembus dinding-dinding batas tubuh manusia, Yesus melihat, menyentuh, dan mengalami. Dalam ranah inilah Yesus mau menegaskan soal substansi hidup manusia: dimana posisi saya sekarang, kemana saya akan pergi, dan bagaimana cara saya mencapai tujuan kebahagian hidup bersama Allah.
Semoga Tuhan tetap bersemanyam dalam nurani kita, menggerakan kita berbuat kebaikan dan menyempurnakan cara hidup kita. Salam sinodalitas…. salam communio. Tuhan memberkati kita! ***