Oleh RD. Frengky M, Pastor Paroki Regina Pacis, Tanjungpandan Belitung
Pekan Biasa ke XXV
Sanak Keluarga yang terkasih….
Membaca tiga bacaan suci kita hari ini, (termasuk Kitab Mazmur), saya boleh menegaskan bahwa panggilan kita semua para murid Kristus adalah mewartakan belaskasihan Tuhan dan membawa wajah kerahiman-Nya bagi sesama. Berikut ini saya share-kan sebuah pengalaman sederhana yang saya alami di stasi santo Paulus-Gantung-Paroki Regina Pacis-Belitung, tempat tugas saya saat ini. Setelah mengikuti Novena Kerahiman Ilahi secara berturut-turut di gereja Paroki, saya kemudian harus merayakan Ekaristi Kerahiman Tuhan (Minggu Paskah Kedua), di stasi Santo Paulus-Gantung.
Dalam perjalanan menuju ke Gantung, saya teringat akan pesan Yesus sendiri kepada Santa Faustina, dalam sebuah penampakkan, “perlihatkanlah gambar Kerahiman-Ku kepada seluruh umat pada Pesta Kerahiman Ilahi dan para imam harus menjelaskan Kerahiman-Ku ini”. Pesan ini terus menggema dalam hatiku, maka ketika sampai di Gantung, saya langsung bergegas untuk mencari gambar Kerahiman Ilahi. Setau saya, di gereja Gantung ini, banyak tersimpan gambar Kerahiman Ilahi. Awalnya saya mencarinya di dalam lemari. Semua tumpukan buku buku, saya bolak balik, rak demi rak saya bongkar untuk gambar ini, tetapi saya tidak menemukannya. setelah sekian lama mencari, saya menuju gudang.
Di sana juga saya cari, tetapi hasilnya adalah sia sia. Berjalan dari gudang menuju lemari yang telah saya bongkar, dalam hati saya berkata kepada Yesus, ”Tuhan Yesus, hari ini adalah hari Kerahiman-Mu; hari di mana Engkau sendiri yang meminta agar gambar Kerahiman-Mu diperlihatkan kepada umat, dan dihormati dalam Perayaan Ekaristi. Tuhan Yesus, saya mau menunjukkan gambar-Mu itu kepada umat-Mu. Tolong tunjukkan wajah-Mu lewat gambar Kerahiman Ilahi. Setibanya di lemari itu, saya langsung mengarahkan tangan saya ke atas lemari. Sebab di sana ada beberapa buku doa. Dan di sinilah pengalaman indah saya alami. Saya mengambil sebuah buku doa, yang seharusnya sampul depan itu adalah gambar Bunda Maria sedang mengatupkan tangan. Tetapi begitu buku itu saya ambil, rupanya gambar pertama yang terlihat oleh saya adalah gambar Kerahiman Ilahi, yang seharusnya itu adalah gambar yang ada di halaman halaman terakhir buku doa itu.
Begitu melihat gambar itu, saya meneteskan air mata, sambil berkata; “Tuhan Yesus, terima kasih. Memang Engkau sendiri yang menghendaki supaya saya memperlihatkan gambar Kerahiman-Mu kepada umat di stasi Santo Paulus-Gantung. Akhirnya, gambar itu saya bawa dan saya perlihatkan kepada umat, sembari menjelaskan tentang Allah Yang Maharahim dan Murah Hati. Dan di akhir homili saya, saya mengajak semua umat untuk berlutut dan menghormati gambar Kerahiman Ilahi itu.
Sanak keluarga yang terkasih…
Mungkin bagi anda semua, kisah di atas adalah sebuah cerita yang biasa biasa saja. Tetapi tidak untuk saya. Bagi saya, inilah adalah sebuah pengalaman rohani, sebuah pengalaman iman yang menakjubkan, bagaimana Tuhan Yesus sendiri meminta saya untuk terus mewartakan Kerahiman-Nya kepada siapun. Kendati itu hanyalah sebuah gambar, tetapi bukankah gambar bisa menolong kita untuk masuk dan mengalami kehadiran Tuhan? Untuk itulah saya mengatakan bahwa ini adalah sebuah pengalaman yang memang luar biasa.
Imam Ezra, yang kita dengar dalam bacaan pertama, menyadari bahwa di hadapan Tuhan, hakikat kita ciptaan, adalah pendosa yang sudah selayaknya dihukum. Hidup dalam gelimang dosa, membuat manusia tak berdaya di hadapan Tuhan. Walaupun demikian, Tuhan adalah Dia yang tidak memperhitungkan dosa kita. Di hadapan-Nya, Ezra bersyukur sebab Allah menyatakan pengampunan-Nya yang tak terhingga, dan meminta kita untuk meninggaalkan dosa untuk memperoleh belaskasihan-Nya. Senada dengan Imam Ezra, Sang Pemazmur mengajak kita untuk memuji Allah yang hidup selama-lamanya, sebab Allah menyiksa tetapi mengasihani, Ia menurunkan ke dunia orang mati, tetapi menaikannya dari sana. Ia memperlihatkan wajah-Nya kepada kita, asalkan dengan segenap hati kita berbalik dari dosa kepada-Nya.
Kisah perutusan para murid, yang dikumandangkan kepada kita dalam Injil Lukas, adalah sebuah perutusan untuk mewartakan Wajah Allah yang Berbelaskasih. Para murid diutus untuk menjadi saksi kerahiman Allah, agar banyak orang boleh mengalami-Nya. Dan sama seperti para murid, Gereja, saya dan anda semua, harus terlibat untuk melanjutkan tugas perutusan ini, agar kita mampu meneladani Allah Bapa Maharahim yang memperlihatkan Kerahiman-Nya dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita, “MISERICORDES SICUT PATER”. ***