Menjadi Gereja Partisipatif_Sinodal adalah keharusan bagi Keuskupan Pangkalpinang saat ini. Inilah yang diperjuangkan selama ini, dan menjadi refleksi dan evaluasi diri umat Allah Keuskupan Pangkalpinang selama tahun syukur, 100 Tahun Keuskupan Pangkalpinang.
Sebanyak 89 pserta yang terdiri dari Bapa Uskup, Para Imam, utusan Lembaga Hidup Bhakti (LHB) dan utusan umat dari ke-7 Paroki di Kevikepan Bangka Belitung, berkumpul di Puri Shadana, Jalan Koba pada tanggal 29-30 Agustus 2023. Para utusan umat dan param imam serta utusan LHB berjumpa dalam rapat mendengarkan laporan hasil evaluasi diri (29/08) dari umat KBG-KBG, umat kelompok kategorial, Lembaga Hidup Bhakti, dan unit-unit karya Keuskupan Pangkalpinang.
Mendengarkan laporan hasil evaluasi diri sebagai satu Kevikepan Selatan, dimulai dengan Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Bapa Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko ofm; didampingi RD. Antonius Moa Tolipung, Vikjend Keuskupan Pangkalpinang serta Romo Vikep Kepulauan Bangka Belitung, RD. Justin Ta’laleng.
Bapa Uskup dalam kata pengantar perayaan, mengajak seluruh peserta yang hadir untuk saling mendengarkan satu sama lain ketika ada yang melaporkan. Tidak hanya itu, Mgr. Adrianus pun menegaskan dalam kotbahnya bahwa saat ini moment yang bagus untuk kita mendengarkan, dan memberikan masukan yang berguna untuk pertumbuhan Gereja Partisipatif-Sinodal untuk lima tahun ke depan.
Laporan Evaluasi Diri dan Proses Penentuan Lima Prioritas Tema
Rapat mendengarlan laporan evaluasi diri dilaksanakan selama sehari, 29 Agustus 2023. Pengalaman menghidupkan sepuluh tema Sinode Para Uskup Sedunia selama bulan Januati hingga Mei 2023, dipresentasi oleh ke-7 paroki di Kevikepan Selatan, utusan Lembaga Hidup Bhakti dan kelompok kategorial.
Dalam rapat tingkat kevikepan Kepulauan Bangka Belitung, sangat terlihat bahwa adanya keterbukaan untuk mendengarkan, saling ambil bagian, kesetiaan, ketaatan, rasa memiliki serta tanggungjawab terhadap hidup dan misi gereja. Identitas Gereja Partisipatif-Sinodal sudah dirasakan dan dialami sebagian besar Umat Allah.
Sukacita dan harapan yang alami oleh umat Kevikepan Bangka Belitung bahwa banyak umat berpartisipasi dengan sukacita dalam perayaan selebrasi dan evaluasi diri di KBG-KBG, wilayah maupun di tingkat paroki. Kendati pun masih ada beberapa KBG dan kelompok kategorial, bapak-bapak dan orang muda yang kurang terlibat. Tidak hanya itu, juga adanya keterlibatan Lembaga Hidup Bhakti (LHB) dalam perayaan syukur Keuskupan, baik di KBG, Paroki maupun ikut memberi kontribusi keseluruhan perayaan 100 tahun Keuskupan. Ini menunjukkan bahwa Lembaga Hidup Bhakti merupakan bagian dari Umat Allah Keuskupan ini; merasa diterima dan berada bersama umat.
Kehadiran kelompok kategorial dialami memberi sesuatu yang “khas” menjadi suplemen – vitamin sesuai dengan identitas mereka kepada umat. Seperti pembinaan umat dengan metode kreatif sesuai dengan tradisi kelompok kategorial tersebut. Merasa diterima oleh Paroki dan terlibat dalam berbagai kegiatan di Paroki; mereka tidak eksklusif. Pengalaman paling signifikan adalah “perjalanan bersama di “intern” Gereja. Kendati demikian, tema teman seperjalanan masih menjadi salah satu usulan prioritas terbanyak.
Perjalanan bersama dengan masyarakat “hampir tidak disinggung dalam pelaksanaan perayaan ini di tingkat Paroki, Lembaga Hidup Bhakti maupun Kelompok-Kelompok Kategorial. Karena itulah mengapa tema Teman Seperjalanan, dan Dialog sangat dibutuhkan di Kevikepan Bangka Belitung. Ada sukacita (mendoakan doa tahun syukur, menyanyikan lagu syukur, rekreasi komunitas, misa komunitas, makan bersama, ziarah, jambore anak, IYD, Ulang Tahun Komunitas, aksi nyata, Bhakti sosial, kunjung ke RS, dll.) sekaligus kesadaran akan panggilan Roh Kudus kepada pertobatan dan pembaruan diri, khususnya dalam hal-hal yang berhubungan dengan usulan prioritas sesuai dengan “harapan” masing-masing komunitas.
Sesudah mendengarkan Refleksi, Evaluasi dan Usulan dari Umat Allah Keuskupan Pangkalpinang di Kevikepan Bangka Belitung, saatnya kita menimbang-nimbang dan menentukan 5 tema yang kita anggap sebagai kebutuhan yang perlu diperhatikan oleh Keuskupan kita. Kelima tema itu: Dialog Didalam Gereja dan Masyarakat, Teman seperjalanan, Membentuk/Membina Diri Sendiri dalam Sinodalitas, Kewenangan dan Partisipasi, dan Mendengarkan-Berbicara.
Napak Tilas ke Sombong dan Situs Pakam Jemaat Perdana Sungai Selan
Rapat kevikepan Bangka Belitung kemudian dilanjutkan dengan napak tilas sejarah awal umat Keuskupan Pangkalpinang. Perjalanan umat yang mengikuti rapat, dimulai dari Puri Shadana kemudian ke Sambong. Di Sambong para utusan umat dari ke-7 Paroki Kevikepan Bangka Belitung, melihat beberapa situs peninggalan berupa bekas rumah/baraq dulu, air sumur, dan tempat bangunan baraq dulu.
Banyak juga umat yang kaget dengan tempat di Sambong, karena tak pernah tahu tempat itu. Namun mengetahui bahwa Sambong adalah stasi pengganti setelah Stasi Sungaiselan. Stasi Sambong, menurut kisah alm. FX. Hendrawinata berpelindungkan Santo Gerardus Mayella, tercatat September 1918 – Mei 1931.
Dari Sambong, rombongan umat menuju situs makam Rasul Awam umat Perdana Keuskupan Pangkalpinang, Paulus Tsen On Ngie di Sungaiselan, Lampur. Di Sungaiselan, utusan umat diajak merenung perjalanan iman 100 tahun sebagai umat Keuskupan Pangkalpinang oleh RD. Marcel Gabriel. Setelah merenung sejenak di situs pemakaman Paulus Tsen On Ngie, rombongan umat diajak untuk makan siang bersama di Gereja Stasi Lampur. Dari Lampur, umat diajak kembali ke Puri Shadana, dan sore pukul 17.00 para utusan paroki merayakan penutupan pertemuan dengan Misa Penutup di Wilayah Gereja Katolik Kampung Jeruk. Malamnya, terlaksana resepsi sederhana bersama umat Kampung Jeruk di Basment Gereja. Umat Kampung Jeruk bersukacita merayakan 100 tahun bersama utusan umat Kevikepan Bangka Belitung. ***al**