Bacaan Pertama, 1Raja-raja 12:26-32; 13: 33-34, Raja Yerobeam membuat dua anak lembu emas; Mazmur 106: 6-7a. 19-20. 21-22, Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat; Bacaan Injil Markus 8: 1-10, Mereka semua makan sampai kenyang.
Solider dan Peduli Cara Allah Mendekati Manusia
Oleh: Alfons Liwun *)
Ketika Yesus tampil di depan umum, Yesus tidak hanya diterima banyak orang. Dari sekian banyak yang terima, ada juga yang tidak menolak. Yang tidak menolak kehadiran-Nya, nampak dalam sikap dan cara mereka.
Selama sepekan ini, Penginjil Markus menampilkan berbagai karya Yesus di depan publik. Karya-karya-Nya dilakukan secara terbuka. Tidak sembunyi-sembunyi. Karya-karya yang ditunjukkan, bukan mau menunjukkan citra diri-Nya. Namun, lebih dari itu, Dia yang datang dan untuk dunia itu, menghadirkan wajah Allah yang solider dan peduli kepada kehidupan. Yesus dan Bapa adalah satu, pro Kehidupan.
Karena itu, nampak banyak orang datang kepada-Nya dengan berbagai situasi. Orang sakit dan orang lumpuh, datang berdesakkan kepada-Nya supaya disembuhkan. “Semua orang yang menjamah Yesus, menjadi sembuh” (Mrk. 6:53-56), ini yang dikumandankan pada Senin awal pekan lalu.
Sementara itu, kehadiran Yesus di depan umum, tidak hanya berbuat nyata menyembuhkan, tetapi Dia juga mengajarkan kepada orang-orang yang datang. Yesus mengajar kepada orang yang tegar tengkuk, seperti ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi. Kepada kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat yang lebih mengutamakan tekstual dan hukum adat istiadatnya, Yesus dengan tegas menegur mereka. “Kamu mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia”, (Mrk 7: 1-13), teks inilah yang kita dengar pada Selasa. Sikap tegas Yesus tidak sampai disitu. Dalam Injil Markus 7:14-34, yang dilansir pada hari Rabu, Yesus menjawab ketegaran mereka lagi demikian: Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskan.
Rupanya, najis atau tidak bukan pada apa yang dikeluarkan dari seseorang, tetapi kemurnian niat dan tujuan yang kuat dari dalam diri untuk keselamatan, itulah yang diperjuangkan oleh manusia. Kita dapat belajar dari perempuan Siro-Fenesia bagaimana kekuatan imannya untuk meminta belaskasih Yesus menyelamatkan anaknya yang sakit. “Anjing-anjing pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak” (Mrk 7: 24-30), dikisahkan pada hari Kamis.
Ternyata karya-karya Yesus tidak hanya mau menunjukkan solider dan peduli Allah kepada manusia, namun Dia pun menuntun kerendahan hati dan kejujuran diri manusia dihadapan-Nya. Si Tuli dan Bisu telah memberikan belajar yang berharga bagi kita. Karena kerendahan hati dan kejujuran dihadapan-Nya, “Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya bicara” (Mrk 7: 31-37), teks ini yang kita baca pada hari Jumat kemarin.
Bacaan Injil hari ini (12/2) Penginjil Markus, (8: 1-10), menutup pekan ini dan sekaligus membuka lembaran pekan baru dengan mengajak kita untuk lebih mendekatkan diri kita dalam satu meja perjamuan komunio dengan diri-Nya. Ia mengungkapkan “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini”. Karena seharian banyak orang ini mengikuti Dia dan mau mendengarkan pengajaran-Nya dan memohon pertolongan-Nya. Gerakkan hati yang lahir dari keintiman relasi-Nya dengan Bapa inilah yang menghantar “Mereka semua makan sampai kenyang”. Kenyang dalam kegembiraan pesta perjamuan komunio, dimana perjumpaan Allah dalam diri Yesus bersama umat-Nya dilayani oleh para rasul dan partisipasi banyak orang yang ada dalam satu tubuh Bapa di Surga.
Maka benarlah, kata kunci dalam tayangan Jurnal Sabda Akhir Pekan selama ini ditegaskan oleg RD. Lucius Poya. Bahwa perjalanan manusia adalah Homo Viator. Sebuah perjalanan yang menenun makna komunio asali (communio Tritunggal Mahakudus) sembali merajut masa depan kita hingga berlabu pada Rumah Bapa. Tuhan memberkati kita. Salam communio dan mission. ***
*). Staf PIPA Keuskupan Pangkalpinang