Home HUMANIORA Jurnal Sabda Akhir Pekan, Sabtu 9 Oktober 2021

Jurnal Sabda Akhir Pekan, Sabtu 9 Oktober 2021

by Alfons Liwun

Bacaan 1: Yl 3: 12-21; Mzm. 97:1-2.5-6.11-12; Bacaan Injil: Luk. 11: 27-28

Egoisme Dan Pergulatan Seorang Peziarah

RD. Lucius Poya H., Pastor Keuskupan Pangkalpinang

Hidup ini sebuah ziarah; sebuah perjalanan menuju titik final kehidupan, yakni Kerajaan Allah. Dari sanalah hidup itu berasal dan ke sana pula manusia harus kembali. Dan oleh karena itu, dunia hanyalah tempat manusia melintasi hari hidup, seraya memaknainya, dalam perjalanan menuju titik final itu.

Bunda Maria Di Tengah Para Rasul (foto: KomKat KWI)

Karena entitas peziarah adalah sesuatu yang eksistensial pada manusia, maka sejak awal Allah sudah mewanti-wanti: ”Tidak baik manusia hidup sendirian.” Manusia tidak dicipta untuk hidup terbelenggu  dalam egoisme dan individualisme, teralienasi dengan sesama; juga tidak dicipta untuk memanfaatkan sesama sebagai obyek pelampiasan insting egoisme, sebagaimana diingatkan oleh Kitab Kejadian dan oleh Yesus, saat mengawali ziarah pekan ini, di hari minggu yang silam.

Namun perumpamaan Yesus, tentang Orang Samaria, hari Senin, untuk menolong sang professor taurat memaknai arti sesama dalam ziarah hidup, seakan menyingkapkan fakta bahwa tidak semua peziarah, termasuk para imam dan mereka yang berkecimpung di bait Allah (Lewi), terbebas dari kecenderungan egoistis itu. Buah dari hidup terkungkung oleh  egoisme dan individualisme itu, tampak dalam sikap tak lagi tergerak hati oleh belaskasihan; tahu akan penderitaan orang tetapi berusaha menghindar; tak berani mencari jalan keluar, selain mencari jalan lain untuk menyelamatkan diri sendiri.

Penyebab utama, dalam refleksi Lukas atas fenomen egositis yang mewabah sampai ke diri Imam dan Lewi  ini,  adalah matinya rasa mencintai Tuhan. Ketika kecemerlangan pengetahuan akan Tuhan tidak menumbuhkan rasa cinta kepada-Nya, sebagai amanat sentral taurat yang harus dihayati, sehingga tak lagi mendengarkan perintah-Nya, apalagi melaksanakannya, maka cinta akan sesama dipastikan terabai.

Belajar juga dari sebuah kehidupan (foto:fb-stefani)

Rasanya pengalaman buruk Imam dan Lewi itu ingin dibaharui oleh Maria dari Betania, di hari Selasa.  Cinta akan Tuhan mendorongnya duduk dekat kaki Yesus, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut-Nya. Sikapnya ini membuat ia dipuji oleh Yesus, karena tindakannya itu adalah pilihan yang terbaik, dalam hidup. Itulah doa yang sejati. Doa sejati selalu dipicu oleh rasa cinta akan Allah seperti Maria, bukan dipicu oleh egioisme sebagaimana diperlihatkan Martha, saat datang kepada Yesus.

Itulah sebabnya ketika diminta para murid untuk diajarkan doa, sebagaimana dilansir hari Rabu, Yesus memberi doa Bapa kami. Sebuah doa pendek yang memperlihatkan bahwa doa pertama-tama bukan untuk meminta Tuhan memenuhi keinginan egoistis seseorang, melainkan untuk memuliakan nama Allah dan agar Kerajaan-Nya mewujudnyata di dunia. Penghayatan doa sebagaimana diajarkan Yesus ini hanya bisa menjadi habitus kristiani, bila dipicu oleh rasa cinta kepada Allah. Ketika rasa cinta diri mendominasi, maka doa justru sebagai saat memanfaatkan Allah untuk melampiaskan egoisme.

Ya!  Manusia itu peziarah; dunia hanyalah tempat ziarah. Dan oleh karena itu duduk dekat kaki Tuhan dan mendengarkan suara-Nya, bukan sekedar sebuah tempelan, melainkan harus menjadi keutamaan hidup seorang kristiani. Kisah tentang tuduhan atas kuasa Yesus sebagai yang berasal dari Beelzebul, sebagaimaa dikumandangkan Lukas hari Jumat kemarin, memperlihatkan dengan jelas, bahwa setan tak pernah berhenti berjuang mengepakkan sayap kuasanya atas manusia. Ia dengan segala cara memberi pengaruh melalui saluran egoisme, agar seseorang bisa dikuasainya.

Dan oleh karena itu, di bulan suci Rosario ini, kita perlu belajar kepada Bunda Maria. Ia sosok pendengar dan pelaksana Sabda Allah sejati. Ia tidak menutup diri dalam belenggu egoisme, melainkan mempersembahkan seluruh dirinya demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, sebagaimana dilansir Lukas, pada pesta Ratu Rosario, hari Kamis. Keteguhan mempersembahkan hidup dan dirinya demi Tuhan dan manusia itu kembali dipuji oleh Putra yang ia susui, sebagaimana dilansir di akhir pekan hari ini.

Ia bunda peziarah. Mari berjalan bersama dia, seraya berdoa Rosario, karena rosario lambang suci, penghalang setan dan nafsu pun musuh yang kejam. ***

Salam Komunio!

Related Articles

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.