(Foto : RD Justin Ta’Laleng bersama anak-anak komuni pertama di Katedral St Yosef Pangkalpinang)
*)Oleh : RD Justin Ta’Laleng
Bacaan-Bacaan suci pada hari Minggu Biasa XVII, Tuhan mengajak kita untuk mau berbagi dengan sesama.
Bacaan pertama 2 Raj 4 :42-44 mengisahkan bahwa ada seorang datang membawa dua puluh roti jelai serta gandum baru. Ia isi bawaannya itu, dalam sebuah kantong. Lalu ia berikan itu kepada u Elisa.
Lantas, Elisa menyuruh abdi itu untuk mebagikan makanan itu kepada banyak orang yang ada bersama mereka. Namun, sang abdi itu keberatan, sebab jumlahnya sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah orang yang hendak makan.
Elisa menyuruh abdi itu untuk memberi mereka makan sebab Tuhan sendiri telah berjanji bahwa mereka akan makan sampai kenyang dan masih ada sisanya. Dan benar bahwa, janji Tuhan sungguh terjadi, dimana, dengan hanya sekantong makanan dapat memberi makan kepada seratus orang dan masih ada sisanya.
Kisah ini mirip dengan peristiwa penggandaan roti yang kita dengar dalam Injil Minggu Biasa 17 tahun B ini.
Seperti kata orang, di situ ada gula, di situ pula ada semut. Begitupun demikian kisah Injil Hari Minggu Biasa 17 ini. Di mana ada Yesus, di situ pula banyak orang berbondong-bondong mengikutiNya.
Padahal ketika itu, Tuhan Yesus bersama para murid-Nya tidak bermaksud membuat acara keremunan tertentu. Ia Bersama MuridNya malah memilih menjaga jarak dengan khalayak atau massa dengan cara berangkat ke seberang danau Galilea.
Entah apa yang merasuki orang banyak itu, sehingga mereka malah berbondong-bondong terus mengikuti Yesus. Hmmmm….semestinya jaga jarak malah mereka terus ikuti Dia. Memang fanatisme mereka untuk mengikuti Yesus, tidak dicegah dengan aturan PPKM sekalipun. Pasalnya mereka sudah melihat sendiri secara kasat mata, segala mujizat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus.
Melihat orang banyak yang datang itu, Yesus tidak menyuruh Murid-MuridNya untuk ukur suhu segala. Malah Yesus memanggil Filipus untuk mengkomunikasi suatu pesan kepada teman-temannya yang lain. Pesan itu tak lain, tak bukan, “berilah mereka makan.”
Mendengar perintah tersebut, Filipus berasumsi bahwa roti seharga dua ratus dinar pun tidaklah cukup untuk membeli makanan bagi orang sebanyak itu. Di tengah kegaluan Filipus itu, Andreas saudara Simon mengatakan bahwa ada seorang anak yang membawa lima roti jelai dan dua ikan kecil.
Hanya saja, sekali lagi melihat jumlah uang yang terbatas dan jumlah roti dan ikan ini maka kelihatan para rasul masih berpikir panjang untuk berbagi dengan orang banyak itu.
Ternyata kebingungan manusiawi para Rasul itu, menjadi moment bagi Yesus untuk mengajar sesuatu nilai kepada para murid-Nya. Ia mengajarkan agar Para RasulNya itu memiliki sikap batin murah hati dan memiliki kesanggupan untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan.
Yesus pun meminta para murid untuk menyuruh orang banyak itu duduk. Kemudian IA mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada orang banyak itu.
Demikian juga dilakukan-NYA yang sama dengan ikan-ikan itu. Dan dikatakan, setelah mereka kenyang,, Yesus menyuruh para murid untuk mengumpulkan potongan-potongan yang lebih agar tidak dibuang. Dan masih tersisa begitu banyak.
Pesannya Untuk Kita
Berdasarkan bacaan-bacaan suci ini, khususnya Bacaan pertama dan bacaan Injil, Tuhan sedang mengajarkan kepada kita berberapa sikap batin dan Tindakan yang harus kita hidupi sebagai pengikut Yesus.
Pertama: Tuhan mengajar kita untuk selalu bersyukur meskipun sedikit yang kita miliki. Tuhan bersyukur atau berekaristi sehingga mukjizat terjadi karena syukur tanpa henti. Ia mengambil roti, dan ikan, mengucap syukur dan membagi-bagikannya. Apakah kita pernah bersyukur atas sedikit yang kita miliki dan mampu berbagi kepada sesama?
Kedua: Yesus mengajarkan kita untuk berani berbagi meskipun kita memiliki keterbatasan tertentu dalam hal karunia, berkat yang telah kita terima.. Sedikit yang kita miliki janganlah membuat kita pelit. Tuhan yang akan melakukannya melalui kita bagi orang lain. Yesus memberikan dengan kemurahan hati-Nya dengan berlimpah, sampai semua dapat makan sampai kenyang, dan masih mempunyai sisa, untuk dapat dibagikan kepada orang-orang lain yang membutuhkan.
Ketiga, pada akhir kisah penggandaan roti, Yesus menyuruh para murid-Nya untuk mengumpulkan potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang (lih. Yoh 6:12). Yesus Kristus menghendaki agar sisa tersebut dikumpulkan. Hal ini mengajarkan kita untuk agar jangan kita menyia-nyiakan ataupun membuang percuma hal-hal yang Tuhan berikan kepada kita.
Semua berkat Tuhan yang diberikan kepada kita, harus digunakan dengan bijak, dengan semangat kemiskinan dalam artian digunakan sampai habis sesuai dengan kebutuhan, namun jika ada sisanya, dikumpulkan agar dapat digunakan oleh orang lain yang membutuhkan.
Maka sesungguhnya, ayat Yoh 6:12 ini adalah ayat yang sangat baik untuk mengingatkan kita di masa yang sulit karena pendemi corona, untuk dapat menggunakan berkat-berkat yang Tuhan berikan dengan bijak, tidak memboroskannya dan membuang percuma, namun untuk membagikannya juga kepada saudara-saudari kita yang membutuhkannya. Inilah panggilan kita sebagai orang kristiani untuk maksud yang mulia, yaitu jika ia dapat menggunakan berkat-berkat yang diberikan oleh Tuhan untuk mengembangkan diri dan sesamanya, dan hidup dalam persaudaraan kasih dengan sesama manusia, dan mengakui bahwa segala yang diterimanya sebagai anugerah dari Tuhan. Semoga Tuhan memampukan kita untuk berbersyukur berkat yang kita terima dari pada-NYA dan mendorong kita untuk selalu berbagi dengan sesama. (***/edBRKT)*) RD Justin Ta’Laleng (Imam Diosesan Pangkalpinang, saat ini menjadi Pastor Paroki Katedral St Yosef Pangkalpinang)